Tentang Kaniyah

9 1 0
                                    

Tiara di sibukkan mencuci semua pakaian yang di pakai sewaktu di rumah sakit,beruntung kamarnya selalu di bersihkan oleh bibi ....pembantu di rumah Pak Andik.Kepulangannya membuat Asifa ceria,setiap malam dia tidur bersamanya.
"Kangeennnn....cerita !"sambutnya ketika ikut jemput Tiara di rumah sakit.Di peluk dan di cium pipi Tiara dengan bahagia,Gilang yang melihatnyapun ikut senang.
"Mbak juga kangen..."
"Aku boleh tidur dengan Mbak kan?"di genggam erat telapak Tiara,Tiara tersenyum dan mengangguk.
"Kalau aku boleh gak Raa ngajak makan....yang kemarin itu kan gak jadi ,keburu masuk rumah sakit?"
"Oh ya....bolehlah...tapi rame rame!"
"Siappp!"Gilang memasukkan bawaan Tiara yang banyak sekali karena baju gantinya tidak ada yang di bawa pulang.

Setelah 3 hari kepulangannya,Tante menyempatkan ke rumah Pak Andik untuk memastikan ponakannya benar benar pulih,tetapi Tiara sudah masuk kerja .
"Maaf ...Tiara hari ini sudah minta kerja ...apa biar di telpon biar pulang?"Tante Tiara menggeleng ,meski kecewa tapi ada rasa syukur itu artinya ponakannya benar benar sudah sehat.
"Makasih ,salam buat Tiara ...bilang suruh main ke rumah ya,saya pulang saja!"
"Loh...ayo duduk dulu sudah di buatkan minum sama bibi....mari silakan!"benar saja bibi membawa dua dua gelas teh ,untuk menghormatinya Tante duduk juga akhirnya.
"Oh ya...gimana Tiara di sini?"
"Alhamdulillah ,anaknya rajin....pagi pagi sudah bangun ...kami memng menganggapnya seperti anak sendiri....apalagi karena dia Gilang bisa lewati masa sulitnya."
"Alhamdulillah...memang begitu biasanya,tolong di jaga ponakan saya."
"Tentu...tanpa di minta!"
"Terima kasih tehnya,saya pulang dulu ya...salam untuk Tiara!"belum berdiri tangan Ibu Sima memegangnya.
"Maaf....kalau kurang berkenan....apa Tiara pernah bertemu seseorang?"
"Maksudnya?"
"Hmmmmm.....lelaki .....kekasihnya di rumah ?"Tante menggeleng ,karena tidak pernah Tiara membawa atau menerima tamu lelaki ketika ada di rumahnya.
"Syukurlah."katanya pelan.
"Kenapa Jeng?"
"Masih ada harapan."
"Untuk?"Tante ingin penjelasan ,duduk dan menatap wanita di depannya.Seperti enggan ,tapi akhirnya Ibu menyampaikan keinginannya untuk melamarnya .Tante tersenyum....benar dugaanku....beruntung Tiara .
"Kalau itu terserah Tiara ,kami tidak ikut menjalaninya....semoga bisa terkabul....Aamiin."
"Aamiin."rasa penuh harap dari kata kata Ibu.

Di kantor Tiara mulai menata pekerjaannya yang hampir 2 minggu,tapi Tiara heran semua sudah rapi ....kerjaannyapun sudah selesai.
"Mas...siapa yang kerjakan itu semua!"Rahmat mendongakkan kepala,menggelengkan ke arah Ridho.
"Oh....!"
Kembali Tiara berkutat dengan pekerjaannya,semangatnya tetap sama ,penuh dengan keceriaan.Ketiga sahabat saling memandanginya.
"Raa...nanti kita makan bareng ya...kamu gak bawa bekal kan?"Gilang mulai pembicaraanya.Tiara mengangguk ....pagi ini Tiara sengaja gak bawa,karena gak sempat rencana titip Nia.
"Saya keluar bentar Mas?"
"Gak di jawab ...malah di tinggal....apa maunya...hhhhh!"gerutu Gilang.

"Niaaaa!"
"Raaa....Ya Allah....sudah kembali,Alhamdulillah...maaf ya aku gak jenguk kamu...malu...maafkan aku!"Dipeluk teman berceritanya itu.
"Gak papa...tapi tega ya kamu ...gak kangen sama aku ya!"
"Kangeenn....sini duduk bentar!"di tarik lengan Kaniyah untuk menyampaikan keinginannya.
"Nanti temeni aku makan siang ya!"
"Raa....aku...!"
"Sudah ...ada aku,bersikap pe de aja....kita sama sama manusia kok,gak ada beda ,yang membuat beda kita sendiri di mata Allah sama ,perbuatan yang membedakan Ni...kamu harus mulai mandang ke depan...jangan karena trauma itu buat kamu gak bergaul dengan yang lain."
"Tapi Raaa...."
"Yakinlah,yang penting kita bener ...gak usah takut atau malu,niat kita baik...baik juga jadinya...setelah sholat kutunggu ya!"Di usap rambut Nia yang masih termangu.

Berlima mereka pergi makan siang ,Tiara senang akhirnya Nia ikut.Nia yang pendiam,pemalu,baik hati,wajahnya yamg cantik tertutup oleh rasa traumanya.
"Mas...ini Kaniyah!"
"Sudah kenal...!"jawab Gilang yang duduk di depan sebelah kemudi,Rahmat tidak ikut dalam mobil bawa motor ,karena langsung ke lapangan setelah selesai makan siang.
"Mas Ridho kan belum!"jawab Tiara.
"Aku Ridho....!"jawab Ridho sambil melihat spion .....tahu sih ,tapi gak tahu namanya ....lumayan juga manis.
"Raa...menunya apa ...biar aku pesen sekarang?"Gilang melihat ke arahnya.
"Apa aja ,yang penting makan Mas!"Tiara tersenyum,di lirik Nia seperti cemas....di pegang tangannya ....Ya Allah dingin banget ...apa kamu setakut itu.
"Niii....kamu kenapa?"
"Aku takut ...grogi Raaa!"Tiara mengenggam tanganya ,mengajaknya cerita sampai ke tempat tujuan.

Rahmat sudah ada di sana,di meja sudah tersedia aneka menu dan minuman.Kursi pun sudah tersedia.
Gilang menarik satu kursi untuk Tiara.
"Raaa...duduklah!"
"Makasih!"Tiara sengaja mengambil tempat agar bisa bersebelahan dengan Nia...walhasil niat Gilang untuk sebelahan dengan Tiara gagal...dia duduk persis depan Nia.
"Ayo di makan...santap habis Dho!"Tawa Rahmat...
Gilang mau tidak mau melihat gadis di depanya yang terus menunduk,karena tidak melihat piring tempat ikan....tangan keduanya bertemu ketika akan mengambilnya,Nia berusaha tenang ...dengan tersenyum...ah....harusnya Tiara...tapi dia manis juga batinnya,di ambil ikan yang sudah di pegang di taruh di pirimg Nia....
"Ambillah!"Nia mengangguk,Tiara melihatnya dan tersenyum pada keduanya.
"Oh ya kamu di bagian apa ...?"Rahmat bertanya pada Nia.
"Sayaa?"jawabnya dengan suara serak.
"Iyaa....masak Tiara ....kan sudah tahu kalau dia!"Rahmat tertawa dan melihat ke arahnya.
"Packing !"jawabnya seperti gemetar,Tiara kembali memegangnya untuk tetep tenang.
Gilang melirik ke arahnya ,kenapa dia sepertinya takut?
Sampai selesai Nia tidak ikut bicara selain menjawab pertanyaan mereka yang bergantian ingin tahu,dadanya bergemuruh bisa bareng dengan lelaki yang di matanya cukup mapan...salah satunya putra bosnya.
Ridho pergi terlebih dulu,karena ada janji ....yang lain kembali ke mobil,entah saking takutnya ketika berjalan Nia tersandung ,Gilang spontan memegang tangannya agar tidak terjatuh.

Beberapa hari setelah kejadian itu,Tiara sering meminta Nia makan bersamanya di ruangannya ,pertemuan dengan Gilang dan sahabatnya jadi sering terjadi.

"Raa...boleh tanya gak?"
"Iya!"di toleh Ridho yang selesai makan siang itu.
"Kenapa kamu ajak dia ke sini?"
"Gak boleh ?"
"Boleh sih...jadi beda aja!"jawab Ridho,Gilang hanya mendengarkan saja.
"Dia pemalu banget ya,padahal beberapa kali ketemu kita..."
"Memang....tapi asyik kok kalau sudah ngobrol...perlu pemanasan aja...tapi cantik kan Mas?"
"Yah...lumayanlah....!"jawab Rahmat.
"Lang...diem aja....kenapa?"tanya Ridho.
"Denger kok!Aku keluar dulu ada janji!"
"Ati ati Lang!"Jawab sahabatnya hampir bersamaan.
"Mas aku pulang dulu ya!"
"Bareng sopir aja...awas kalau bareng ...!"Gilang menunjuk kepada dua sahabatnya.Di jawab dengan tertawa .

Malam itu,Gilang mengajaknya berbincang di teras depan.
"Raa...kapan kamu pulang?"
"Belum tahu...kapan ya?"
"Segeralah ,orang tuamu pasti menunggumu!"
"Iya juga...atau Minggu depan ya...ijin ya Mas!"
"Bilang Ayah ...kan bukan aku bosnya."jawabnya tersenyum.
"Oh ya....Mas ....nurut Mas Nia itu gimana?"
"Apanya?"Gilang pura pura ,dia tahu Tiara sengaja mengalihkannya.
"Orangnya ....baik ...atau gimana gitu loh Mas!"
"Baik sih...!"
"Cantik ?"
"Lumayan...cantikkan kamu Raa!"Gilang tertawa melihat wajah Tiara yang cemberut.
"Nah kalau gini malah tambah ..."suaranya semakin meninggi.
"Nia ...baik...nurut aku cantik,dia trauma Mas...menjalin beberapa kali hubungan tapi kandas karena alasan ekonomi,keluarga Nia keluarga sepertiku...dari kampung,pas pasan ....bedanya aku punya banyak adik...Nia hanya satu adik....setiap tahu kebenaranya mereka langsung menjauhinya....kasihan..."
"Tidak semua begitu Raa!"
"Fakta yang di terimanya seperti itu Mas...makanya dia seperti takut kalau dekat dengan lelaki...menjalin hubungan apa lagi..."
"Kamu?"
"Aku sih pasrah...siapapun jodohku kelak yang penting bisa terima aku ...dan keluargaku...aku gak pernah malu dengan keluargaku ...meski kami pas pasan tapi kami mencarinya dengan kerja keras kami ..kaya ...miskin ...itu takdir...kamipun ingin kaya ,semua ada ...tapi kami bersyukur dengan ini semua itulah yang Allah berikan...punya kerjaan ,di terima baik di keluarga ini...punya teman sahabat itu rezeki,setiap bangun bisa bernafas bisa lihat matahari itu anugrah yang amat besar."
"Kata katamu sulit kumengerti Raa...aku belum pernah kekurangan soal uang...tapi rasaku yang hilang ....tapi...makasih karenamu aku bisa menemukannya."
"Alhamdulillah...jadi Mas bisa kan bantu Nia...untuk menatap masa depannya..untuk bisa percaya diri bahwa dirinya layak untuk di cintai!"
"Maksudmu Raa?"Gilang terkejut mendengarnya.
"Anggap dia aku ...ajak ngobrol berbagi cerita ...gituuu!"Ah....kirain apa Raa...
"Udah malam Raa...tidurlah...besok kamu bangun pagi kan!"
"Mas juga tidur....Mas...!"
"Hmmmm....!"Gilang menoleh ke arahnya.
"Mas tidak ingin buka lembaran baru lagi,Mas cukup dewasa kan?"
"Banget tapi yang di ajak gak mau Raa...!"Gilang tertawa.
"Aku bisa bantu ...!"
"Bisa sih ...tapi aku gak yakin kamu bisa...udah tidur sana!"Tiara bertanya kenapa gak bisa ,belum usaha ....besok aku tanya kenapa begitu.
Di lihat punggung Gilang yang beranjak menyalakan lampu halaman samping yang terlihat gelap.

Di Ujung PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang