SI AYANG JUTEK

158K 7.9K 152
                                    

•••

"Seorang teman sejati adalah, dia yang memberi nasihat ketika melihat kesalahanmu dan dia yang membelamu saat kamu tidak ada". -Ali bin Abi Thalib

•••

Gadis dengan rambut panjang sepinggang. Berjalan sedikit tergesa, tatapannya menjelajah mencari seseorang. Gadis tersebut, menggerutu kesal, pasalnya tak juga menemukan sesenggok danging yang menjelma sebagai manusia itu.

Pandangannya terhenti. Mata indahnya seketika berbinar ketika melihat orang yang dari tadi ia cari berada di bawah pohon belakang sekolah sedang asik membaca buku entah itu buku apa, ia kurang tahu. Novel, mungkin.

Karena melihat gadis di bawah pohon itu serius membaca buku. Ia pun mendekatinya sambil mengendap ngendap agar gak ketahuan. Dalam hati ia menghitung sampai tiga dan--

"Dorrr!!!"

Melihat orang yang ia jahili itu, tersentak kaget. Ia menghamburkan tawanya, cukup bahagia.

"ZEVANYA!" Teriakan itu berasal dari gadis cantik dengan jilbab putih yang melekat di kepalanya, sembari memegang dadanya yang hampir meledak karena terkejut.

"Kalau gue jantungan terus meninggal gimana?" Gadis itu menatap sahabatnya dengan kesal. Sedangkan yang di tatap hanya nyengir tak berdosa.

"Yaelah gitu aja marah," ucap Vanya santai sembari menduduki dirinya di samping sahabatnya, Gladis. Gadis itu menarik turunkan alisnya membuat sahabatnya tersebut, memutar matanya malas.

Gladis Shafa Raisha. Gadis yang memiliki lubang di salah satu pipinya itu terlihat sedang menggerutu kesal.

"Giti iji mirih, orang lagi asik juga. lo gangguin, untung nih gue gak punya serangan jantung"

"Kalau punya gimana? gue bisa mati saat ini juga!"

"Ah! ngeselin lo"

"Gak peduli gue. Hahaha," balas Vanya dengan tawa receh, sambil merangkul sahabatnya yang langsung di tepis sang empu.

"Ulu ulu sahabat Vanya ngambek nih, kesal gak?" tanya Vanya masih dengan muka jahil terpampang di wajahnya.

Gladis merentangkan tangannya memeluk gadis disampingnya, yang langsung di terima Vanya. Kemudian keduanya tertawa, entah menertawakan apa. Yang jelas, tawa itu tiba-tiba saja ingin keluar di keduanya. Gila emang.

"Lemes Pren, ayang gue dingin-dingin gemesin." Vanya melepas pelukannya dengan senyum mengembang.

Gladis merotasikan matanya malas. "Gak mau dengar gue, curhatan lo yang ayang-ayangan!"

Vanya tertawa. "Dih, bilang aja mengiri, yaudah sih ke kelas yuk."

Kedua sahabat itu berdiri dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan taman belakang sekolah, menuju ke kelas mereka 12-Ipa 2

***

"Hewan marmut putih warnanya...
Si imut siapa yang punya?" Lelaki berkulit langsat itu, mengedipkan matanya berkali-kali ke cewek depannya yang merupakan primadona kelasnya.

Gadis tersebut hanya acuh, menyibukkan dirinya dengan tugas yang sedangkan ia kerjakan.

"Neng Cantik, liat aku dong!" Gadis itu menatap mata cowok tersebut.

Sebut saja, Fawaz. Atau lebih tepatnya Fawaz Asadel Damian, laki-laki playboy cap kadal tersebut, terus saja menggoda gadis di depannya.

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang