Peringatan pertama

44.6K 4.2K 512
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

BANTU SHARE CERITA INI DONGGGG:V

YAH, YAH, YAH...

OKEY MAKASI KALAU UDAH:)

HAPPY READING!!

Tanpa ucapan apapun Gladis menyentak tangan Daffa. Cewek itu melihat ke belakangnya yang sudah lumayan sepi. Yah, mereka melewati kooridor yang kurang siswa-siswi lewati. Mungkin karena jauh dari kantin.

Daffa menatap tangannya yang Gladis sentak gitu aja, ia menaikkan alisnya bingung melihat muka kesal cewek itu. "Kenapa?"

"Gue takut Daf, semua orang anggap gue perebut." Gladis meremas kedua tangannya satu sama lain. "Harusnya Lo gak pergi bareng sama gue."

"Harusnya Lo gak akuin gue sebagai pacar Lo." Gladis mendesah pelan. "Lo makin ngeribetin semuanya!"

Daffa ingin membalas Gladis, namun ucapan cewek itu mengatupkan bibirnya kembali. Cowok itu mengepalkan tangannya. Ia memandang Gladis tajam, kedua netranya menghunus di bola mata indah milik Gladis.

"Bisa gak sih Daf, berprilaku kayak dulu. Sampai kita keluar dari sekolah ini?"

"Kayak dulu?" Daffa tersenyum smirk. "Gue sama Vanya?"

Gladis membisu.

Daffa menatap Gladis dingin, lelaki itu memperbaiki tataan tasnya yang melorot kemudian berucap tegas. "Gue ngelakuin ini cuma mau lebih dekat dengan Lo!"

"Dan Lo nyuruh gue ngejauh?" Daffa tersenyum remeh. "Cara gue ngejaga Lo dari laki-laki lain gimana? Kalau gue gak berperan sebagai orang yang penting di sini."

Daffa maju lebih dekat dengan Gladis membuat cewek itu repleks mundur. "Lain kali, belajar buat gak ngebentak-bentak suami."

"Sekali lagi, gue ingatin. Lo..." Tangan Daffa terangkat untuk memasukkan sehelai rambut Gladis yang keluar dari jilbabnya. "Itu istri gue."

"Dan gue..."

Daffa menyimpan telapak tangannya pada kepala cewek itu. "Gue itu suami Lo."

"Atau perlu gue umumin?"

Gladis melototkan matanya. "Jangan!"

Daffa memutar matanya malas, ia mengangkat satu tangannya yang terdapat jam tangan yang melingkar di sana. "Dikit lagi, bell bunyi."

Cowok itu kembali menarik Gladis pelan agar menyeimbangi langkahnya yang lebar. Cewek itu kesusahan apalagi memakai rok. Tapi lucu.

Daffa terkekeh, ingin sekali ia tertawa keras. Tapi, sekuat tenaga ia tahan. Ia akhirnya memelankan laju langkahnya. Kasian Gladis susah payah menyeimbangi langkahnya.

Gladis cemberut kesal mengundang Daffa mengusap muka cewek itu pakai telapak tangannya.

"Daffa ih!"

Daffa memasukkan kedua tangannya pada masing-masing saku celana abu-abunya. Ia menyuruh cewek itu masuk ke dalam kelasnya dengan lirikan mata.

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang