Kalau lupa alur aku saranin baca part sebelumnya sebelum baca ini.
Happy Reading!
Mendengar teriakan itu, Daffa
tersenyum sinis. Berbalik badan, mendapati cewek itu menunduk dalam. Cowok yang memiliki perawakan tinggi itu, mulai berjalan hingga ia berdiri tepat di hadapan Gladis yang masih saja menunduk. Takut, atau malu?Dengan raut datar khasnya, tangan Daffa terangkat menyentuh dagu milik Gladis hingga cewek tersebut mengangkat wajahnya. Saat sedang menatapnya, tangan yang di dagu cewek itu dia gunakan untuk menyentilkan kening Gladis pelan.
"Aw--" Gladis refleks menyentuh keningnya.
"Unboxing belanjaan lo." Daffa berucap, mencoba untuk menghilangkan pikiran kotor yang ada di otak cewek itu. Iya, cewek di hadapannya pasti berpikir yang enggak-enggak terbukti dari respon yang diberikannya, dan menunduk karena takut.
Gladis menurunkan tangannya, ia ingin sekali menghilang sekarang juga. Otaknya, astagfirullah!
"Gak mikir----"
Daffa mendengus. "Gak nafsu sama Lo." Cowok itu menarik tangan Gladis untuk segera berangkat belanja. Menuntun cewek itu agar bisa mengikuti irama langkahnya.
Gladis menipiskan bibirnya, perkataanya membuat Daffa berhenti dan langsung menghempaskan tangan milik cewek itu walaupun agak pelan. Al hasil, Gladis tersentak di buatnya.
"Lo gak takut Vanya tau?"
Cowok itu berbalik, kemudian melirik sinis ke arah Gladis. "Gue gak selingkuh," tandasnya terdengar tegas.
Gladis menunduk, kedua tangannya yang berada di kedua sisi tubuhnya ia kepalkan, agar emosinya tak keluar. Bagaimana ia bisa mengatakan itu, sedangkan posisinya sekarang ini menyakiti. Ia sangat menyakiti sahabatnya sendiri.
Daffa menutup matanya sekejap. kemudian membukanya kembali, ia berdiri kaku di depan Gladis. "Besok, gue putusin Vanya."
Entah, apakah dia bisa melakukan itu atau tidak?
Gladis langsung mendongak. Kedua tangan cowok itu menggapai kedua bahunya. Tatapan matanya melembut. "Adis…"
"Vanya emang pacar gue, tapi Lo…"
Daffa menutup matanya di saat melanjutkan kalimatnya yang tertunda. "Lo istri gue."
🦋🦋🦋
Kendaraan yang melintas saling menyahut satu sama lain itu yang mengisi kesunyian kedua manusia yang sama-sama membisu di dalam mobil itu. Daffa mengendarai mobilnya dengan tenang, tak sedikitpun ia menoleh pada cewek di sampingnya.
Sedangkan Gladis…Cewek itu menatap lurus ke arah jendela dengan tangan yang saling mengait satu sama lain dengan gelisah. Ia baru menoleh, ketika mobil yang ditumpanginya itu terhenti di sebuah minimarket.
"Udah sampai?" tanya Gladis berniat memecah keheningan. Niatnya, ingin memecah kecanggungan dan berusaha menyingkirkan segala pikiran yang menguasai otak kecil mereka masing-masing. Tidak, hari ini izinkan ia terbebas dari pikiran itu.
Daffa melirik sebentar kemudian menjawab pedas. "Kalau matanya gak bisa di gunakan, lepas aja."
Kicep, Gladis berhasil di buat malu olehnya. Cewek itu memilih keluar, ketika tangannya di cekal oleh cowok di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...