Hai hai mblo!
Karena udh nembus targetnya, aku up!
VOTE DLU DONG!
Happy reading!
****
Cowok itu tak membalas apapun, ia masukkan ponselnya buru-buru. "Maaf saya boleh pulang duluan? Perempuan saya butuh bantuan saya."
Layaknya seorang artis papan atas, atensi semua orang tertuju pada pemuda yang memiliki wajah terkesan judes itu.
"Perempuan lo, siapa?" Fawaz menumpukan satu tangannya di lantai, ia bertanya pada Daffa lewat belakang tubuh Abdiel.
"Orang." Itu balasan Daffa sebelum akhirnya berdiri karena mendapat izin dari Ustadz itu. Ikut kajian seperti itu seru, kapan-kapan ia akan meminta Abdiel mengajaknya.
Setelah kepergian Daffa, diam-diam Abdiel mengukir senyum tipis. "Mulai suka sama dia, tuh anak?" gumamnya pelan yang di dengar samar-samar oleh Fawaz.
"Ha? Apa Ab?!"
Abdiel memutar matanya malas, ia mendelik ke sahabatnya itu karena mengeluarkan suara cukup keras. Menyadari perbuatannya, Fawaz nyengir lebar ke arah Ustaz. "Maaf Ustaz, maaf teman-teman ku!"
Setelah kurang lebih lima belas menit mengendarai motor hitam miliknya. Daffa berhenti di halaman rumah minimalis, tempat tinggalnya hampir satu bulan ini. Bersama seorang gadis.
Daffa memperbaiki tata letak tas ranselnya saat turun dari motornya, ia menatap datar orang yang terlihat mengunci pintu. Cowok itu berjalan kemudian berdehem singkat, membuat cewek berjilbab segiempat berwarna hitam di padukan dengan cardigan berwarna Lilac yang di dalamnya baju kaos putih dan juga rok plisket berwarna hitam itu memberhentikan pergerakannya itu. Gladis, dan kesederhanaannya.
Ia berbalik, kemudian mengerutkan dahinya. "Udah pulang?" tanyanya basa basi.
Daffa menaikkan satu alisnya, ia bersandar di tembok samping cewek itu sembari bersedekap dada. "Buta?"
Gladis terkekeh, ia sedikit membungkuk. "Maaf yang mulia raja, saya hanya basa-basi."
Daffa mendelik kesal. "Kok sama seperti Fawaz tadi?"
Gladis mengerutkan dahi, namun itu tak kurung lama saat laki-laki yang masih menggunakan pakaian seragam sekolah lengkap itu mengeluarkan suara. "Gue ikut," pungkasnya kemudian kembali berdiri tegak.
"Kemana?"
"Kemana pun lo pergi." Setelah itu, laki-laki itu merebut kunci rumah yang ada di tangan Gladis.
🦋🦋🦋
Sore itu, seorang gadis nampak terganggu dari tidurnya di karenakan suara dering yang bunyi dari ponselnya. Cewek cantik memiliki rambut panjang yang indah itu menghembuskan nafas kasar. Kenapa ketiduran itu enak sekali? sangat beda kalau ia memaksa matanya tertutup kalau malam.
Ketiduran setelah nonton drakor itu yang menimpah gadis cantik itu. Vanya meraih ponsel genggam miliknya, ia berusaha membuka mata, mencari tau siapa yang menelponnya begini. Mungkin Daffa?
Tapi...
Saat mata cewek itu terbuka, ia mengerutkan dahi saat nomor yang sedari dulu tidak aktif itu, kini menghubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...