Siap komen setiap part?
Happy reading!
*****
Flashback satu tahun lalu
Seorang gadis yang sedang tertidur lemah di sebuah ruang rawat di salah satu rumah sakit yang berada di Jakarta. Perlahan membuka mata, merasakan kepalanya yang sedikit pusing.
Gadis itu kemudian berangsur duduk, walau sedikit susah. Matanya menjelajah mencari keberadaan kedua orangtuanya, namun nihil. Ia tak melihat batang hidung Ayah dan Bundanya.
"Gue takut…" lirih gadis itu, mengingat kecelakaan tadi yang hampir merenggut nyawanya.
Kedua suster masuk kedalam ruangan gadis itu. "Eh adek sudah bangun?" tanya salah satu Suster itu.
Gladis memutar matanya malas "Buta Lo yah!" balasnya sedikit jengkel. Bukan apanya ia lagi malas buat berbasa-basi.
Salah satu suster itu terkekeh melihat ekspresi temannya yang jengkel mendengar jawaban pasien.
"Bunda sama Ayah mana?" tanya Gladis ketus.
"Mungkin keluar sebentar Dek. Adek sebaiknya kembali tidur yah," ucap Suster tadi memerintah.
Gladis menggeleng. "Bisa panggilin?"
"Yaudah, jangan banyak gerak dulu yah"
Gladis menghela nafas kasar, ia memegang kepalanya yang terlapis perban itu. Rasanya sangat perih. Cewek itu mengambil jilbab tipis yang ada di dekatnya. Was-was ketika ada laki-laki lain selain Ayahnya masuk ke dalam sana. Ia sudah konsisten pakai jilbab sejak masuk SMA. Walaupun kelakuan masih kayak setan setengah.
Lagi dan lagi Gladis memutar matanya malas. Kedua suster itu masih berdiri di hadapannya. Ingin rasanya ia memaki, tapi kepalanya nyut-nyutan. "Mereka gak ada kan? Mereka kerja lagi kan?"
Kedua Suster itu terdiam, ia melihat sorot sendu dari anak SMA yang masih menggunakan pakaian pasien. "Kami keluar menelpon dulu yah." Tak menunggu balasan Gladis, kedua suster itu keluar dari ruangan.
Dan yah…
Lagi dan lagi, Gladis sendiri. Cewek itu menggigit bibirnya kuat-kuat. "Mereka beneran udah pergi?"
Satu helaan nafas keluar dari mulutnya. Gladis, sungguh kepalanya sangat sakit. Jika tadi bukan keajaiban, maka di udah mati.
Lalu orang itu? Gladis terdiam.
"Glad!"
Brak!
Gladis tersentak ketika pintu di buka dengan kasar. Cewek itu menahan diri agar tidak menangis ketika telunjuk Ayahnya mendorong kepalanya. Itu sangat sakit, perbannya masih basah.
"Dia…mati…"
Dua kata itu membuat Gladis terdiam seribu bahasa. Mukanya memucat seiring dengan jantung yang berdetak sangat cepat.
"Orang yang kamu tabrak, itu mati."
"DAN KAMU TAU DIA SIAPA HA?!" Gladis menutup matanya ketika bentakan itu keluar dari mulut Ferdi--Ayahnya.
"DIA ARKANA, SAHABAT DEKAT AYAH!"
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi Gladis bersamaan dengan rasa takut yang menyiksanya telah hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...