Votee mbloo!
Happy Reading!
****
Seperti apa yang dia ketikkan di chat tadi, Daffa benar-benar menemani Gladis ke tempat di mana anak-anak jalanan itu kumpul tanpa di temani Fawaz ataupun Abdiel. Hanya berdua.Gladis turun dari mobil, cewek itu tersenyum cerah ketika para anak-anak melihatnya kemudian berlarian memeluknya. Usapan lembut ia berikan seperti biasa kepada anak-anak yang bisa ia gapai. Kekehan kecil keluar dari mulutnya melihat tingkah laku anak-anak itu.
"Kak Adis kok baru Dateng lagi?"
"Kaka!"
"Kak!" Sahutan demi sahutan kini terdengar di telinga. Semenjak sudah menikah Gladis emang sudah jarang untuk bertemu para anak-anak.
Daffa ikut keluar dari mobil, saat melihatnya ia tersenyum tipis. Menghampiri Gladis dan juga anak-anak.
"Halo," sapanya.
Gladis menoleh ia tersenyum teramat manis ke arah laki-laki itu membuat Daffa terdiam memerhatikan. Cowok itu balas tersenyum tipis. "Cantik yah," katanya.
Anak-anak melepas pelukannya pada Gladis. Gladis mengerutkan dahinya. "Gue?" Bukannya PD apa gimana, tapi laki-laki itu hanya melihatnya bukan lainnya.
Daffa mengangguk pelan. "Istri gue," balasnya.
Pipi Gladis memanas, ia menggandeng tangan Anna untuk menjauh dari sana. "Kaka Daffanya bawa makanan, biar dia yang bawa. Ayo An, Ayo yang lain juga." Bisa-bisa kalau di lanjuti tidak baik untuk kondisi jantungnya.
Melihat muka merah cewek itu membuat Daffa tertawa. Tertawa yang benar-benar lepas, kali ini, Gladis baru mendengarkan dia tertawa selepas itu. Gladis berbalik, ia melihat mata tajam cowok itu terlihat menyipit ketika tertawa. Muka yang dulunya jutek kini terlihat menggemaskan yang sangat memukau di penglihatannya.
Daffa berhenti tertawa, ia berjalan beberapa langkah untuk berdiri di samping Gladis. Satu tangannya terangkat untuk menyimpannya di atas kepala cewek itu. Kemudian ia mengacak-acak puncak kepala cewek itu yang terlapis jilbab. "Jangan salting," kekehnya
Gladis memalingkan mukanya. "Enggak."
"Mukanya lucu." Kata terkahir yang Gladis dengar sebelum ia kembali menarik anak-anak untuk duduk di rerumputan taman.
🦋🦋🦋
"Gak kangen Bunda sama Ayah?" Daffa bertanya ketika kembali masuk ke dalam mobil. Cowok itu sedikit mendengus ketika melihat cewek itu terlihat kesusahan memasang sabuk pengaman.
Daffa membantu cewek itu, mendekat dan memasangkan sabuk pengamanan. Cowok itu kembali menjauhkan badannya.
Gladis terdiam. "Kangen banget," balasnya setelah pertanyaan itu sudah berlalu beberapa menit yang lalu.
"Mampir dulu," kata Daffa. Mulai menyalakan mobilnya dan berbaur ke beberapa kendaraan lain.
Gladis mengangguk. "Gue kabari dulu, siapa tau mereka gak ada di rumah." Cewek itu merogoh tas kecil yang ia pakai, mengambil ponselnya di sana. Mencari nomor bunda atau Ayahnya.
Karena nomor yang pertama ia dapat adalah Ayahnya maka nomor itu yang ia hubungi. Panggilan pertama tak terjawab, panggilan kedua masih sama. Gladis menghela nafas, ia menoleh ke Daffa yang tampak serius mengendarai mobil. Cewek itu kembali mencoba ke panggilan ketiga dan Yah, tersambung.
"Assalamualaikum Ayah."
(...)
"Mau mampir, kalian di rumah gak? Glad kangen."
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...