Assalamualaikum, hai!Udah buka? udah tarwih? udah ngaji?
*****
Kedua kaki Gladis berayun masuk ke dalam rumah bernuansa putih yang tak terlalu besar. Tepat sasaran, rumah itu adalah tempat tinggalnya sedari kecil.
Gladis terus melangkah menaiki anak tangga, menghela nafas pelan ketika sudah sampai di kamar. Setelah ini, ia gak langsung istirahat melainkan membersihkan rumah. Males banget gak sih?
"GLADIS!"
Gadis itu spontan menoleh, ia mengerutkan dahinya ketika mendengar suara Ayahnya yang memanggil namanya. Ayahnya sudah pulang? secepat ini?
"GLADIS!" Sekali lagi, panggilan itu terdengar nyaring di telinga Gladis. Gadis itu segera keluar dari kamar, untuk mencari Ayahnya tersebut.
"Ayah, tumben cepat pulang?" tanya Gladis ketika sudah berdiri di hadapan Ayahnya.
Ferdi memutar matanya malas. "Cepat bersih-bersih, calon suami kamu mau datang."
Ucapan memerintah itu tak membuat Gladis bergerak dari tempatnya. Gadis itu hanya diam, sembari menggeleng. "Gladis gak mau nikah---"
"Kamu ngomong apa?" Ferdi memegang salah satu bahu gadis itu, matanya menghunus tajam ke arah putri tunggalnya. "Ayah berikan yang terbaik untuk kamu!" katanya mulai menaikkan suaranya satu oktaf.
Gladis memberanikan diri mengangkat kepalanya membalas menatap Ayahnya, namun bedanya matanya terlihat sendu.
"Itu cuma ke baikan Ayah aja," bantahnya.
"Sini kamu!" Ferdi menarik tangan Gladis membawanya ke kamar gadis itu, menyeretnya menaiki tangga. Membuat langkah Gladis terseok-seok karena tak bisa menyimbangi langkahnya.
"DIA ANAK ARKAN GLADIS!"
Gladis meringis, ketika tubuhnya di hempaskan di benda kramik yang dingin itu. Gadis itu terdiam.
"KAMU INGAT DIA?" Suara besar Ferdi kembali terdengar, ia menoyor kepala gadis tersebut. "DIA YANG SUDAH KAMU BUNUH!"
Gladis tersentak, ia mendongak dengan mata berkilau ingin menumpahkan cairan bening yang tertampung di sana. "Glad gak sengaja Yah----"
Plak!
Wajah gadis itu teroleh ke samping ketika tamparan mendarat di pipi kanannya.
"Dan tidak kesengajaan kamu itu, sudah merenggut nyawa orang!" Tangan lelaki tua itu mendarat di sisi kepala gadis tersebut. "Kamu tau?"
Gladis kembali mendongak.
"SAYA BENCI PUNYA ANAK PEMBUNUH SEPERTI KAMU!" Air mata Gladis berhasil turun, menerobos ke luar.
"Punya anak satu-satu, cuma tau membunuh." Ferdi berkata ketus, ia mengatakan itu tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Ayah benci sama Glad?" tanya Gladis parau. "Ayah?"
Ferdi keluar dari kamar gadis itu sebelum itu, ia membanting pintu dengan keras. Menghasilkan bunyi yang cukup mengganggu telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...