Daffa akhirnya tau?

44.7K 4.4K 1.1K
                                    

Cieee kangen, wkwk

Happy reading mblo!

****

Dion tak menyadari Daffa membuka pintu ruangannya. Pria itu membelakangi Daffa. Remaja laki-laki tersebut menatap punggung itu heran, ia tak bicara, bahkan untuk sekedar menyadarkan Pamannya itu ia malas. Terdengar suara Dion yang membuat Daffa semakin penasaran. Pria itu mengatakan.

"Kalau Daffa tau bagaimana kak." Pria itu seakan-akan gila dengan berbicara sendiri. Daffa mendengarkan Dion menyebut nama Kaka, namun pamannya tak mempunyai Kaka selain papanya. Arkana Althaf.

Dion belum juga balik badan, ia masih berceloteh. Kemeja yang di pakai pria itu di gulung hingga sampai siku. Pria nampak menghela nafas.

"Gimana kalau dia tau, kalau yang tabrak Kaka itu… istrinya."

"Gladis yang menyebabkan Kaka tiada."

Daffa mematung, jantungnya berdetak dengan cepat. "Maksudnya?" Dari sana, Daffa bisa melihat tubuh Dion yang menegang mendengar suaranya yang tiba-tiba menyahut.

"Gladis?"

Dion berbalik, pria itu nampak kelimpungan mencari alasan. Daffa bisa melihat di tangan pria itu terdapat bingkai foto yang terdapat foto papanya.

"Kenapa Gladis?" tanya Daffa lagi. Dion tak berkata apa-apa. Pria itu nampak menghela nafas.

Daffa terkekeh. "Gak usah ngarang!" sentaknya kasar. Jantungnya di dalam sana berdetak tak karuan. Ini gak mungkin.

'Puncaknya saat dia baru masuk kelas sebelas. Gladis sampai nabrak orang'

Ucapan Ferdi beberapa waktu lalu terlintas di kepala Daffa. Awal kelas sebelas juga ia mendapatkan kabar papanya tiada.

Dion menyimpan bingkai foto itu di atas meja, ia menghampiri keponakannya yang nampak menatapnya tajam. "Gladis yang memang menabrak papa kamu. Tapi dia tidak sepenuhnya salah."

Daffa terkekeh, ia menggeleng cepat. "Kenapa tidak salah?" Tak ingin mendengarkan respon apapun dari Dion. Daffa balik badan dan keluar dari ruangan itu.

Dion berteriak keras. "Daffa! Jangan salah paham!"

****

Mobil BMW berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan. Daffa menepikan mobilnya pada pinggir jalan. Cowok itu menatap ke kendaraan yang melintasi mobilnya dengan tajam.

Ia kalut, Daffa tak harus memikirkan ini. Cowok itu memukul stir mobil dengan keras sampai beberapa kali.

Argh!

Daffa menyesal saat itu pergi ke Yogyakarta untuk libur panjang, dan tak melihat papanya yang terkahir kalinya. Andaikan, dia tau bahwa Gladis penyebabnya. Ia tak akan mau menyetujui permintaan konyol mamanya.

Daffa menatap langit yang gelap, yang saat ini di taburi beberapa bintang. Cowok itu mengepalkan tangannya. "Ini trauma Lo?" Cowok itu terkekeh, kemudian kembali memukul stir mobilnya keras.

Cowok itu kembali menjalankan mobilnya dengan ugal-ugalan. Daffa ingin menemui Gladis, meminta gadis itu menjelaskan. Bahwa ini…bukan sebenarnya.

*****

"Van…" Shaka memanggil perempuan yang saat ini sibuk menatap satu persatu foto kenangannya dengan mantannya. Vanya meletakkan ponselnya, Ia menatap Shaka dengan dahi yang mengerut.

"Kenapa?"

Shaka tersenyum tulus, ia menarik satu tangan Vanya untuk ia genggam. "Gue udah cape perjuangin Lo, tanpa ada peluang sedikit pun. Buat Lo suka balik sama gue"

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang