Daffa cemburu?

76.1K 5.8K 873
                                    

Bismillahirrahmanirrahim....

Jangan lupa baca surah Al-kahfi, ini malam jum'at lho.

Happy Reading..

"Dek kamu tau gak?" Orang yang di tanya itu menggeleng. Lelaki itu tersenyum menyebalkan.

"Panjangnya sejarah peminatan itu tak akan menandingi sejarah cintaku padamu!" Kalian pasti tau siapa yang selalu mengeluarkan gombalan receh. Yap, Fawaz Asadel Demian, cowok itu tersenyum manis ke cewek di sampingnya.

Adek kelas yang ber name tag Angel itu tersenyum malu-malu. "Manis banget kak, senyumnya."

Fawaz tersenyum bangga. "Iyya dong. Eh dek, mau nanya dong"

Angel mengerutkan dahinya bingung, tadinya ia hendak ke kantin tapi tak jadi ketika cowok tampan yang merupakan kakak kelasnya itu menghampirinya. "Apa kak?"

"Kalau misalkan aku nembak kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?" tanya Fawaz memberikan senyum paling manisnya. Angel nampak berpikir, ia mengangguk polos.

"Mauu!"

Fawaz tersenyum bangga. "Yaudah ayo pacaran," ajaknya.

"Kan cuma misal," balas Angel.

Fawaz menyugar rambutnya, senyum buaya masih ia perlihatkan di bibirnya. "Tapi aslinya mau kan?"

Angel menggeleng polos. "Enggak, kak."

"Anjir!" umpat Fawaz. Seketika moodnya jadi anjlok saat itu juga. Setelah menolak, adek kelas yang bernama Angel itu melongos dari sana.

🦋🦋🦋

"Glad, ikut gue ke kantin yuk!"

Gladis mendongak ke arah Vanya, ini sudah kesekian cewek itu mengajaknya untuk makan bersama di kantin tapi ia selalu menolak. Tapi, kadang dia juga ikut, kalau tak ada Daffa. Malas banget jadi obat nyamuk.

Apalagi sekarang…

Vanya memelas. "Ayo Glad, Daffa udah ada di kantin."

"Gak mau Van, ntar jadi obat nyamuk."

"Di sana ada Abdiel sama Fawaz juga," bujuk Vanya sekali lagi. Gladis tampak memasukkan buku cetaknya di dalam laci yang terdapat di mejanya.

"Glad kita sahabatan gak sih--"

"Iya-iya!"

Vanya tersenyum senang saat sahabatnya itu akhirnya mau makan di kantin bersamanya. Cewek itu menarik Gladis antusias. "Yok bisa yok!"

Keduanya berjalan menyusuri setiap koridor. Hingga akhirnya mereka sampai di pintu kantin, Vanya mengedarkan pandangannya, sampai saat dia melihat ketika cowok yang asik bercengkrama di meja paling ujung.

"Ayang gue tuh, punggungnya aja ganteng," puji Vanya. Emang, Daffa terlihat memunggungi arah pintu.

"DAPA!"

Gladis menghembuskan nafas kasar, saat semua mata menatap mereka. Daffa berbalik, ia melihat Vanya bersama…Istrinya?

Mata Daffa dan Gladis bertubrukan, Gladis mengalihkan tatapannya ketika lelaki itu tersenyum tipis kearahnya, sangat tipis tapi cewek itu dapat melihatnya.

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang