Kenyataan yang menyakitkan

43.1K 4.3K 1.6K
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

"Sejujur apapun aku berucap, tetap akan salah di matamu"
~Gladis Shafa Reisha~

_

"Belajar yang giat cantik." Tangan Shaka naik untuk mengacak-acak puncak kepala Vanya. Cewek itu tersenyum cerah, ia mengangguk.

Hari ini, Shaka yang mengantarkannya ke sekolah. Shaka yang menggantikan Daffa. Sulit untuk melupakan Daffa tapi, bersama Shaka ia bisa melaluinya.

Shaka tersenyum, ia melambaikan tangan pada Vanya yang mulai menjauh darinya. Rambut cewek itu menari-nari mengikuti langkahnya. Cowok itu terus memerhatikan Vanya yang mulai menghilang dari pandangannya. Setelah itu, ia kembali menancapkan gas motornya untuk pergi dari area sekolah.

Di sisi lain, Daffa mengetuk pintu rumah yang semalaman ia tinggalkan begitu saja. Tak mendapat sahutan, ia memutar handle pintu.

Jantungnya berdetak dengan cepat ketika pintu itu tak di kunci. Gladis tidak mengunci pintu semalaman? Cowok itu berdecak. Tanpa mengucapkan satu kata pun ia masuk kedalam rumah.

Daffa mencari keberadaan Gladis yang tidak ada di manapun. Cowok itu mulai resah. Ia berjalan ke arah kamar, segera ia membukanya.

Cowok itu terdiam, ketika melihat seseorang cewek masih tertidur di lantai yang dingin, tanpa menggunakan alasan untuk sekedar melindungi tubuhnya.

Melihat ada pergerakan dari orang itu membuat Daffa tersadar dari keterdiamnya. Ia menghampiri Gladis, dan jongkok di samping cewek itu.

Dipegangnya kening cewek itu, ia tersentak ketika merasakan panas pada kulit Gladis. Daffa berdecak, ia menelisik setiap inci wajahnya Gladis yang tertidur damai. Satu helaan nafas keluar dari mulutnya. Daffa segera mengangkat Gladis ala bridal style, dan membawanya pada kasur untuk tidur.

Daffa kembali memegang kening cewek itu yang sangat panas. Ia menatap Gladis lama kemudian keluar dari kamar.

Rupanya Daffa pergi ke dapur untuk meletakkan air hangat pada baskom kecil kemudian mengambil handuk kecil juga. Ia segera ke kamar Gladis.

Tak ada suara apapun, Daffa duduk di tepi ranjang. Diperasnya handuk kecil yang sudah ia celupkan di air hangat itu. Kemudian menyimpannya pada kening Gladis.

Daffa kembali menatap Gladis dalam, sedari tadi ia belum mengeluarkan suara. Hanya decakan yang sering keluar dari mulutnya. Hingga samar-samar, mata Gladis terbuka. Daffa berdiri, ia melongos untuk mengambil baju sekolah di lemari. Sebelumnya, ia ke rumah hanya ingin mengambil baju sekolahnya yang tertinggal. Namun, melihat kondisi Gladis yang begitu mengharuskannya melakukan itu.

Daffa masuk ke dalam kamar mandi, tak butuh waktu lama baju sekolah sudah melekat di tubuhnya. Gladis terus memerhatikan, matanya sayu. Kepalanya sakit, jadi untuk bangun untuk membantu Daffa rasanya sulit.

"Daf…" Gladis memanggil pelan. Daffa menoleh namun hanya sebentar, setelahnya ia meraih tasnya dan keluar dari kamar. Dia meninggalkan Gladis yang lagi sakit.

Gladis menghela nafas pelan, ketika mendengar suara motor cowok itu mulai menjauh dari area rumahnya. "Maafin gue…" lirihnya.

Cewek itu meraih sebuah handuk di keningnya, ia baru menyadari itu. Tadi malam ia ketiduran di lantai. Berarti…Daffa memindahkannya?

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang