Bismillahirrahmanirrahim...
Vote dulu sebelum baca(
_
Daffa memasukkan kedua tangannya pada masing-masing saku celana abu-abunya. Tatapannya lurus kedepan, tak menoleh ketika ada yang menyapanya. Laki-laki itu seolah tuli, ia terus saja berjalan untuk segera sampai di kelasnya.
Pagi ini, setelah mengantar Gladis ke kelasnya. Daffa ingin menemui seseorang. Seeorang yang harusnya sudah dari kemarin ia beri pelajaran, karena melanggar peringatan pertamanya.
Satu langkah memasuki kelas. Daffa berdiri di ambang pintu, tepat sekali seorang yang baru saja ingin keluar itu yang sedari tadi ia cari. Raka menaikkan alisnya satu ketika teman satu bangkunya menatapnya tajam.
"Gue udah bilang sama Lo. Jangan, ngusik, Gladis--"
Bugh!
Satu pukulan berhasil mendarat di rahang tegas Raka. Daffa meraih kerah baju cowok itu, kemudian menyeretnya untuk keluar bersama.
Anak-anak lain kaget bukan main, begitu juga dengan Fawaz dan juga Abdiel kedua curut itu segera berdiri dari duduknya dan berlari kecil mengejar Daffa yang menyeret Raka dengan kasar.
"Lo apaan sih!"
Daffa membawa Raka pada belakang sekolah. Cowok itu tersenyum miring saat Raka menatap jengkel ke arahnya.
"Ngomong apa sama Gladis?" Daffa bertanya dengan nada dingin. Ia mengangkat tangannya ketika Fawaz dan juga Abdiel ingin menghampirinya.
"Bawa yang lain jauh dari sini," perintahnya kepada kedua sahabatnya.
"Daf--"
"Lo berdua yang nyuruh, atau gue seret satu persatu?"
Mendengar kata dari mulut Daffa membuat, anak-anak yang kepo tadi perlahan menjauh. Mereka sangat penasaran, tapi, mereka juga takut jika Daffa benar-benar menyeret mereka satu persatu. Aura cowok dingin itu, sungguh mengejutkan.
Fawaz dan Abdiel mengusir siswa siswi yang ingin menonton.
"Mereka cuma mau privasi, belajar hargai orang," cerocos Abdiel ketika ada beberapa anak yang enggan untuk beranjak. Siswa dan siswi itu menurunkan bahunya acuh.
Sepeninggalan mereka, Daffa menatap Raka dingin. "Gak usah ganggu--"
"Bukan urusan lo--"
"Anjing!"
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Beberapa pukulan berturut-turut menghantam Raka. Baik itu pipi kanan kiri beserta keningnya. Cowok itu mendesis. "Sialan!"
Daffa meraih kerah baju Raka kasar. "Berhenti, gangguin, Gladis!"
"Gue gak mau." Raka tersenyum miring, ia baralih mendorong Daffa hingga Cowok itu mundur beberapa langkah darinya. "Gue suka sama Gladis, dan begitupun dengan Gladis."
Daffa meludah di sampingnya. "Halu," katanya.
Raka tersenyum remeh. Sialan, kedua pipinya cenat-cenut gara-gara Daffa.
"Lo tau cinta pertama Gladis?" Raka bertanya.
Daffa mengepalkan tangannya.
"Itu gue."
Bugh!
Daffa kembali menghajar Raka, namun kali ini Raka berusaha melawan. Ia ikut-ikut memberikan pukulan telak pada rahang tegas milik laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...