Sisi lain Daffa

60.6K 4.3K 95
                                    

Siap dengan keprikan Dapa?

Marii go

Eh eh, vote dulu dong, biar abangku bangga😙😙

Happy reading mblo!

*****

"Gue mulai tertarik dengan istri gue."

Gladis repleks mengulum senyum, ia tak bisa berkata-kata apa. Daffa belum melepas tangannya dari tengkuk cewek itu, malah ia mulai mendekatkan mukanya, hingga deru hangat dari nafas masing-masing dapat mereka rasakan.

Gladis dapat merasakan pipinya yang memerah, hal itu mengundang Daffa untuk mengelus pipi cewek itu. "Lo jelek," katanya entah niat menghina atau ada maksud lain?

Gladis hendak menjauhkan mukanya tapi Daffa menahannya. Detak jantungnya berirama tak biasanya. "Tapi sialnya, muka jelek lo gue suka."

"Lo aneh, gue juga," lanjutnya kemudian melepas tengkuk cewek itu. Cepat-cepat, Gladis sedikit menjauh dari cowok itu.

Daffa berdiam diri, ia menutup matanya untuk merasakan sensasi pada jantungnya. Iramanya cukup kencang dari biasanya. Cowok itu menatap Gladis yang hendak berdiri, ia menahan lengan cewek itu. "Jangan percaya, gue udah bilang sebelumnya."

"Gue gak tertarik." Laki-laki itu menghela nafas pelan. "Kayaknya." Ia terkekeh pelan.

Gladis mengerutkan dahinya bingung, ia tidak tahu maksud dari laki-laki yang beberapa minggu lalu jadi suaminya itu. Laki-laki jutek, tapi sialnya mampu mengguncang hatinya.

Daffa mengacak rambutnya prustasi. "Argh! lo jelek, jelek banget." Setelah itu ia berdiri dan masuk ke dalam kamarnya. "Cewek jelek," sambungnya lagi sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu.

"Stres," decak Gladis memutar matanya malas. "Gak ada lagi gue sebut cowok dingin pacar si Vanya." Cewek itu tiba-tiba terdiam. Vanya? itu tertawa dalam hati.

'Bodoh lo Glad'

Gladis berdiri dari duduknya, tak lupa ia mengambil gitar yang tadi ia mainkan. Matanya kembali mengarah ketika Daffa keluar dari kamar dengan membawa ponsel miliknya.

"Cewek jelek," ujarnya meledek. Gladis mendelik kesal di buatnya, sudah berapa kali ia mendengar kata jelek dari mulut suaminya itu.

Daffa duduk di sofa dengan menaikkan kedua kakinya untuk duduk bersila. Laki-laki itu membuka game yang sedang ia mainkan. Gladis mendengus, ketika menyimpan gitar milik cowok itu di dekat televisi.

"Adis jeleek..." Daffa kembali meledek, entah apa yang terjadi dengan cowok itu sekarang. Apa ini sisi lain dari Daffa? kayaknya ia.

"Dis, Adis, Adis," panggil Daffa tapi matanya terarah ke ponselnya. Saat Gladis menoleh ia melanjutkan ucapannya. "Adiis jelek."

"Ih!" Gladis mendelik tajam ke cowok itu, ia menghentakkan kakinya kesal, Adis? terdengar lucu tapi, kenapa harus ada kata jeleknya sih.

"Adiiis!" Daffa memanggil panjang membuat Gladis menghampirinya.

"Apa?"

"Jelek."

"Stres!" umpat Gladis akhirnya, kemudian ia menipiskan bibirnya. "Maaf," ringisnya.

"Gak dengar," jawab Daffa.

"Kenapa?"

"Gue budeg!"

"Ih"

KENAPA HARUS DIA? (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang