Bismillahirrahmanirrahim...
Happy Reading
"Mmmmpp.”
Gladis tetap memberontak, ia benci dengan dirinya sendiri. Pria itu terus melumat hingga hampir membuat napas Gladis habis, tak peduli bahwa gadis itu terus memberontak.
Bugh!
"Anjing!"
Akhirnya Gladis bisa terbebas dari cekalan pria kurang ajar itu. Seorang laki-laki datang dan menghajar pria yang sudah melecehkannya itu tanpa ampun.
Gladis jatuh terduduk di tempatnya. Dengan tubuh yang bergetar hebat, dia meraih hijabnya yang tak jauh darinya kemudian memasangnya dengan cepat. Gladis memeluk dirinya sendiri, ia melihat laki-laki penolong itu dengan tatapan kosong. Perkelahian terjadi di antara keduanya.
“Lo telat, gue udah hancur,” batinnya.
Laki-laki itu adalah Daffa. Daffa menghajar preman itu dengan membabi buta. Laki-laki itu tak peduli jika akhirnya preman itu akan menemui ajalnya. Daffa mencekiknya dengan napas yang tak beraturan. Hingga akhirnya ia sadar karena mendengar isak tangis seorang gadis yang menyayat hatinya. Daffa menghentikan aksinya. Preman itu sudah tak sadarkan diri.
Daffa menatap Gladis dengan tatapan nanar, gadis itu menatapnya dengan tatapan yang sungguh membuatnya kehilangan napas dalam sekejap. Daffa mendekati Gladis yang memeluk dirinya sendiri dengan tubuh yang bergetar.
"Adis…," panggilnya dengan suara bergetar.
Daffa berjongkok di depan gadis itu, tanpa berpikir panjang, ia memeluk gadis itu dengan erat. Gladis semakin menangis, hatinya perih bak ada belati yang menusuknya tanpa ampun.
"Lo jahat," kata Gladis diiringi dengan isakan.
Daffa mengangguk. "Iya gue tau."
"Lo jahat."
"Gue tau, gue jahat."
"G-gue hancur."
Perkataan Gladis itu membuat Daffa meneteskan air matanya. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya pun ikut perih.
"Maaf."
"Dia sentuh gue," adu Gladis dengan getir.
"Dia lecehin gue‒"
Gladis tidak bisa melanjutkan kalimatnya, tangannya terangkat mengusap bibirnya dengan kasar, bahkan ia memukulnya. Ia jijik dengan dirinya sendiri.
Daffa yang menyadari itu langsung melepas pelukannya. Gladis mengusap bibirnya kasar, berkali-kali hingga memerah.
"Dia udah cium gue–"
Daffa memajukan wajahnya, ia mencium bibir gadis itu dengan sangat lembut. Air matanya menetes. Daffa menghilangkan bekas preman itu, jantungnya mencelos. Akhirnya Daffa melepas pagutan bibirnya. Ia beralih mencium kening Gladis.
"Maafin gue Adis."
"Maafin gue karena telat."
"Antar gue pulang." Gladis berucap dingin, ia menggigit bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/271106031-288-k855855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...