Gk usah basa-basi yah, aku tau kalian udh kangen bngtt, ahaha
Happy reading!
******
Masih pada posisi sebelumnya, keduanya enggan untuk pergi dari mesjid itu. Duduk berdua pada tangga mesjid itu. Sesekali Gladis mengajak senyum Ibu-ibu yang ikut sholat berjamaah tadi yang lewat di dekatnya. Agak aneh, ketika keduanya duduk pada tangga mesjid. Tapi gak apa-apa kalau bisa, tunggu isya juga gak ada masalah.
"Tertarik?" ulang Gladis saat pernyataan yang Daffa lontarkan tadi sudah lewat kurang lebih lima menit lamanya. Sekarang, laki-laki itu hanya menatap ponselnya. Dinaikkannya kedua bahunya untuk merespon Gladis.
"Gak usah pura-pura bego," jawabnya.
Senyum perlahan terbit dibibir Gladis, tak lama tawa kecil keluar dari mulutnya. Ia terkikik geli. Kesenangan.
Daffa menoleh, ia mengerutkan dahinya. "Gak mau punya istri gila."
Gladis membekap mulutnya, ia menggeleng sembari mengrjabkan matanya beberapa kali. Ia membuka bekapannya. "Ampun tuan Raja," katanya menirukan nada seorang maid pada sebuah film kerajaan yang pernah ia nonton.
"Tapi saya tidak gila, Tuan. Istri anda masih sehat lahir dan batin." Gladis menundukkan kepalanya hormat kepada Daffa.
Daffa memalingkan mukanya ke samping. "Benar-benar gila," sadisnya.
Alun-alun suaranya itu Gladis dengar. Repleks perempuan itu memukul lengan cowok itu kasar.
Alis Daffa menukik ketika menatapnya. "Mulai gak beradab sama suami, hm?"
Muka Gladis memerah, mau salting tapi ia lagi kesel. Menatap kedepan itu lebih baik. Daffa memasukkan ponselnya pada saku celananya. Entah kenapa, tangannya selalu saja ingin hingga di kepala Gladis, mengelus pelan sampai mengacak gemes. Seperti sekarang ini, tangannya kembali bergerak untuk mengelus kepala cewek itu.
Gladis terdiam sekejab. Tiba-tiba saja ucapan Daffa beberapa waktu lalu kini menyita pikirannya. "Awal nikah dulu, gue mau benci Lo. Udah gue retapin dalam hati buat gak suka sama Lo."
Gladis menoleh sehingga netranya kini bertubrukan langsung dengan mata Legam milik Daffa yang terlihat berkilau pada malam ini. "Lo, pernah benci gue?"
Daffa mengangguk. "Hm."
"Sekarang?"
"Enggak."
Gladis tersenyum tipis. "Benci jadi cinta," gumamnya yang di dengar jelas oleh Daffa. Laki-laki itu nampak tak terima, terbukti dari gelengan yang ia lakukan.
"Belum."
Mendengarnya Gladis tertawa. "Berarti ada niat?"
"Ada."
Gladis menipiskan bibirnya, rasa panas menjalar di pipinya. Ia memalingkan wajahnya dari Daffa, kemudian berdehem singkat.
Daffa meraih tangan cewek itu, sehingga Gladis menoleh ke arahnya. "Kenapa?"
Daffa berdehem singkat, ia tersenyum kaku. Tak seperti sebelum-sebelumnya. "Pacaran sama gue, mau?"
WHAT!
🦋🦋🦋
Hiruk piruk kota Jakarta di malam hari ini lumayan rame. Kendaraan saling bersahutan satu sama lain. Daffa menghentikan mobilnya pada sebuah pasar malam yang baru-baru ini di adakan di sebuah mall besar yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAPA HARUS DIA? (New Version)
Teen Fiction"Vanya emang Pacar gue, tapi lo..." "Lo istri gue, Glad..." *** Kata Vanya, Gladis itu penghianat... Gladis itu perebut... Gladis itu munafik... Tentang Gladis Shafa Raisha yang harus menikah muda dengan Daffa laki-laki bermata dingin berwajah jutek...