Thirty Eight

2 1 0
                                    

Atika menuruni tangga kemudian berjalan menuju dapur dimana sang Ibu sedang menyeduhkan teh untuk sang Ayah, ia kemudian menarik kursi didepan meja makan lalu mengoleskan selai pada roti tawar setelah mendudukkan bokong nya, menyelesaikan sarapan dalam diam meski didepannya ada Ayah dan Alana yang tengah bercerita dengan antusias mengenai ujian Nasional nya yang telah selesai dan pengumuman kelulusannya seminggu setelahnya.

Sudah memasuki bulan kedua setelah kabar resign Faiz, dan sampai sekarang ia masih belum mendengar kabar apapun dari laki-laki itu, sekarang ia sudah pasrah dan menyerahkan semuanya pada Tuhan, dia berusaha tetap tenang dan meyakinkan diri jika alasan Faiz tidak menghubunginya sampai detik ini bukan karena ingin meninggalkan atau mengakhiri hubungan mereka, melainkan satu atau beberapa hal yang belum saatnya Atika ketahui.

Meski berusaha untuk tetap bersikap seperti biasa, tetapi sikapnya yang menjadi lebih pendiam dan tidak seriang biasanya membuat Ayah dan Ibu khawatir dan mulai berpikiran buruk terhadap Faiz.

Atika pun memang belum bercerita apapun tentang Faiz kepada keluarganya, setiap ditanya ibu kenapa Faiz sudah jarang mampir, Atika hanya menjawab kalau laki-laki itu sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Dan hari ini hari ketiga yang merupakan hari terakhir assessment kenaikan jabatannya, setelah sarapan ia pun mengambil Tote bag yang tadi ia letakkan di sofa ruang tamu, kemudian kembali ke ruang makan untuk berpamitan dengan orang tua nya.

"Faiz masih sibuk banget? Ayah anter aja yah?" Tanya Ayah saat mereka jalan beriringan keluar ke teras.

"Ga usah Yah, bentar lagi ojek online pesanan aku sampai kok. Ayah istirahat aja, dokter bilang Ayah ga boleh beraktivitas berat dulu kan?" Tolak Atika yang memang sang Ayah baru pulih dari sakit asam urat nya yang kambuh beberapa hari yang lalu.

"Kalo gitu sampaikan ke Faiz, pulang kerja nanti minta dia anterin kamu pulang dan suruh mampir ke rumah, karena sesibuk apapun dia jika memang kamu prioritas nya pasti akan meluangkan waktu walau hanya mengantar kamu pulang ke rumah dengan selamat."

Degg

Atika terdiam, 'gimana mau minta dia anterin aku pulang yah, ketemu atau bahkan berbalas chat aja udah ga pernah'  gumam Atika dalam hati.

"Nghh, gak bisa Yah, Faiz ada tugas keluar daerah jadi sekarang dia gak lagi di Makassar." Atika menunduk berpura-pura merapikan sepatunya karena menyembunyikan wajahnya dan menggigit bibir bawahnya karena berbohong.

"Loh, sejak kapan? Kok gak pernah bilang? Atau seenggaknya pamit dulu sama kita, kayak Ian dulu kalo mau keluar kota pasti mampir dulu buat pamitan sama Ibu dan Ayah." Ibu yang berjalan dari arah ruang tengah langsung menimpali.

"Kok jadi banding-bangingin Faiz sama Ian sih Bu? Faiz sama Ian orang yang berbeda, kenapa harus dikait-kaitkan dengan Ian?" Atika langsung berlalu keluar melewati pagar bertepatan dengan ojol pesanan nya tiba

Ia Tidak sadar menaikkan nada bicaranya ketika mendengar Ibu menyebut nama Ian, sang Ibu pun dibuat kaget.

"Kamu juga sih, kenapa pake ungkit-ungkit tentang Ian?" Ayah menghela napas kemudian merangkul sang istri dan masuk ke dalam rumah.

***

Jam dipergelangan tangan kiri nya menunjukkan pukul 16:15, Atika berjalan menuruni tangga lalu berbelok menuju pintu kaca yang ada di lobby kantor.

Ia berniat mampir ke kantin kantor untuk membeli minuman karena tenggorokannya yang dirasa kering setelah presentasi beberapa menit tadi.

Atika duduk di kursi panjang dekat pintu masuk kantin setelah minuman pesanannya ada ditangannya sambil tangan kirinya mengutak-atik ponselnya, berniat memesan ojek online untuk segera pulang ke rumah, hingga suara bariton seorang pria menginterupsi aktivitas nya.

"Udah mau pulang Tik?"

Atika mengangkat kepalanya melihat siapa pemilik suara itu.

"Iya pak, ini baru mau pesan ojol." Atika tersenyum sesaat pada Dion kemudian melanjutkan aktivitas ditangan kirinya.

"Bareng aja yuk?"

Atika kembali mengentikan jarinya dan kembali menatap Dion.

"Yang bener aja pak, kita gak searah, malah arah rumah saya dan rumah pak Dion berlawanan arah."

"Kebetulan mau ke toko kamu, diminta Aldo buat mampir soalnya  Minggu ini dia belum sempat kunjungan katanya."

Atika berpikir sejenak, kemudian mengiyakan ajakan atasan yang juga teman dekat dari kekasihnya itu, 'lumayan, hemat ongkos' batin Atika.

Mereka pun jalan beriringan menuju parkiran dimana mobil silver seperti yang biasa dikendarai Faiz selama masih menjabat sebagai supervisor.

Dion pun mulai menyalakan mesin mobil kemudian mengendarainya keluar meninggalkan area kantor tersebut, dan baru sekitar 100m Dion menepikan mobilnya.

"Tunggu disini sebentar yah! Ada yang ketinggalan." Ucap Dion kemudian keluar dari mobil dan berjalan menjauh meninggalkan Atika dan mobil silver tersebut.

Sambil menunggu Dion kembali, Atika menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil dan memejamkan mata, ada sedikit rasa kantuk yang ia rasakan sampai ia tidak menyadari pintu mobil di bagian kemudi terbuka dan seseorang masuk kemudian melajukan mobil tersebut menjauh dari tempat mobil itu menepi tadi.

Dering ponsel di Tote bag nya membangunkan Atika dari tidurnya, ia merogoh tas pink tersebut lalu menggeser logo panggilan berwarna hijau itu.

"Iya, Yah?"

"Sudah pulang?" Tanya Ayah dari seberang.

"Iya, ini udah di jalan pulang dianter sama atasan Atika."

"Yasudah, hati-hati dijalan yah nak!"

"Iya, Yah." Atika mematikan sambungan telepon lalu memasukkan benda pipih tersebut kembali ke tasnya.

"Pak Dion kenapa ga ngebangunin say..." Baru saja ingin bertanya tapi ucapan Atika terpotong saat melihat orang dibalik kemudi ternyata bukan Dion melainkan seseorang dengan pakaian serba hitam mulai dari topi, masker, jaket dan juga celana.

"Aarrggghhhh.... Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ada di mobil ini?" Atika malah melanjutkan dengan jeritan, seluruh tubuh gadis itu gemetar karena ketakutan.

Sejurus kemudian Atika mengangkat tas di tangannya lalu memukulkannya ke bahu pria disampingnya.

"Stop! Hentikan mobilnya, aku mau turun!" Atika terus menjerit sambil tangannya masih memukuli pria tersebut.

"Aawww... Sakit, sayang berhenti, sakit!"

Mendengar pria tersebut memanggilnya 'sayang' membuat tangan Atika menggantung di udara dengan masih memegangi tas Tote bag nya.

Pria tersebut menepikan mobil yang dikendarainya, setelah mobil tersebut berhenti dengan baik, dengan cepat ia kemudian membuka topi dan masker yang sedari tadi menutupi wajahnya.

"Ini aku!"

Atika menjatuhkan tangannya, seluruh tubuhnya tiba-tiba seperti tak bertenaga saat melihat pria yang selama dua bulan ini menghilang, pria yang ia rindukan, pria yang setiap detik selalu ia nantikan kabarnya.

"Faiz?"

🖤🖤🖤

Enjoy HIU


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang