Twenty Two

1 1 0
                                    

Atika dan Faiz tiba didepan rumah bertingkat dua dengan kesan sederhana tapi nyaman, bercat biru muda dengan pohon mangga dan rambutan yang rindang dihalaman rumah membuat kesan semakin sejuk dan nyaman.

Diteras rumah terlihat sepasang suami istri paruhbaya sedang mengobrol santai dengan dua cangkir teh dan kue lapis labu diatas meja ditengah-tengah mereka.

Faiz menarik rem tangan dan memarkir mobilnya ditepi jalan depan rumah Atika

"Kamu gk usah turun" Atika yang melihat Faiz melepaskan seatbelt mencegahnya, ia tidak ingin ibu dan Alana heboh melihat Faiz mampir lagi

"Kenapa?" Faiz yang heran hanya mengerutkan kening menatap Atika

"engh. Gak apa-apa, cuman.." Atika bingung tidak tau harus memberi alasan apa pada Faiz agar ia tak mampir

"Gak sopan kalo aku cuma nganter sampe sini padahal orangtua kamu ada didepan rumah ngeliatin kita" mereka serentak menoleh kearah Ayah dan Ibu yang terus menatap mobil dengan tatapan bertanya.

Atika menarik nafas pelan lalu menghembuskannya, mencoba menghilangkan rasa gugupnya

"Yaudah, yuk!" Mereka membuka pintu mobil hampir bersamaan lalu berjalan melewati pagar yang sedikit terbuka dan menghampiri orang tua Atika.

"Assalamualaikum, Atika pulang" Atika yang lebih dulu meraih tangan Ayah dan ibu dan mencium punggung tangan bergantian.

"Assalamualaikum, sore om, tante" diikuti Faiz yang melakukan hal yang sama dengan Atika

"Ayah, ini loh pak supervisior yang Ibu ceritain" Atika yang mendengar ibu hanya bisa berdesis sambil menutup mata dan memalingkan wajah
"Siapa namanya? hmm ibu lupa"

"Faiz tante" Faiz dengan senyumnya memandang ibu yang terlihat berpikir

"Ahh iya pak Faiz" seloroh ibu bersemangat

"Panggil Faiz aja tante" ralat Faiz yang mendengar ibu menyebutnya pak

"Kamu kan atasan Atika, tidak sopan kalau kami hanya menyebut nama" kini Ayah yang buka suara dengan tatapan datarnya pada Faiz

"Gak apa-apa kok om. Lagian ini udah bukan ditempat kerja dan jam kerja juga udah lewat" Ayah hanya mangut-mangut menanggapinya dan mempersilahkan masuk

"ehm maaf om, tante. Saya mau lansung pamit aja, udah hampir maghriban juga takutnya gak nyampe rumah sebelum maghrib" Faiz yang ingin pamit pada orangtua Atika tapi dicegah oleh ibu

"Udah dua kali kesini tapi belom pernah masuk kerumah loh nak Faiz. Sholat maghrib disini aja, kita berjamaah" ajak ibu semangat membuat Atika hanya melemaskan bahu melihatnya

"Emang boleh tante?"

"Ya boleh dong. Yakan Ayah?" ibu dengan senyum semangatnya meminta persetujuan Ayah dan hanya dijawab dengan anggukan. Faiz menatap Atika yang juga menatapnya lalu kompak tersenyum satu sama lain membuat sesuatu didadanya terasa kembang kempis, lalu berjalan masuk ke ruang tamu.

"Kamu tunggu disini yah, aku mau mandi dulu" Faiz mengangguk dan Atika berjalan naik ke kamarnya meninggalkan Faiz diruang tamu bersama Ayah.

Tidak lebih dari 10menit, Atika selesai mandi dan sudah berganti baju dengan piyama satin berwarna hijau pastel dengan motif bunga emboss. Ia tidak langsung turun tapi malah mengintip dari tangga atas-Faiz dan Ayah yang sedang mengobrol diruang tamu

"Hayolohh!" Alana yang mengagetkannya dari belakang hampir membuatnya kehilangan keseimbangan

"erghhh. Jail banget si jadi orang, rese" Atika yang merasa kesal tapi harus menahan dan berbicara dengan setengah berbisik

"Lagian, ngintip apasih? Kenapa gak langsung turun ajah?"

"Kepo"  desis Atika kemudian meninggalkan Alana yang hanya terheran melihat tingkah kakaknya.

"Hai. Nunggu lama?" Atika menghampiri Faiz lalu mendudukkan diri disampingnya

"Gak juga" Faiz tersenyum menatap wajah polos Atika yang biasanya dipolesi make up tipis saat bekerja tapi sekarang benar-benar polos tapi masih terkesan segar apalagi bau sabun mandi, lotion, dan minyak telon yang bercampur menyeruak ke hidung Faiz saat Atika duduk disampingnya, ditambah lagi rambutnya yang tergerai menambah kesan manis pada gadis itu.

"Ehemm" Ayah berdehem melihat Faiz yang tanpa berkedip menatap putrinya sambil tersenyum dan pun dibalas senyum manis sang putri membuat Ayah terlihat jengah. Sontak Faiz dan Atika salah tingkah sambil melempar pandangan berlawanan.

"Ayah udah waktunya sholat maghrib, berwudhu dulu gih ajak nak Faiz sekalian. Atika sini bantuin ibu nyiapin sajadah buat kita berjamaah" Atika berdiri dan mengampiri Ibu diruang tengah. Ayah pun mengajak Faiz untuk berwudhu didalam.

Begitu masuk melewati dapur dan sampai didepan keran air yang memang disediakan untuk memudahkan berwudhu, Ayah dengan suara tegas dengan wajah yang teduh berkata pada Faiz yang berdiri di belakamhnya,

"Kalau kamu serius sama Atika, tolong jaga dia dengan baik dan jangan sakiti putri saya, jangan kecewakan dia. Jika kamu sudah tidak menyukainya dan hubungan kalian sudah tidak bisa berlanjut lagi, tolong akhiri baik-baik" Faiz yang sedikit kaget dan heran mendengar pesan Ayah hanya menatap wajah teduh pria parubaya itu dan tak urung ia pun mengangguk patuh seakan menyanggupi permintaan Ayah dan Ayah tersenyum dan menepuk pelan pundak Faiz lalu berbalik ke arah keran dan mulai berwudhu.

Atika yang terduduk dikursi sambil membuka beberapa notifikasi diponselnya setelah menyiapkan sajadah untuk mereka sholat berjamaah-mengangkat kepala saat Faiz dan Ayah keluar dari dalam dapur dengan rambut yang basah karna air wudhu membuat Atika menelan ludah melihat wajah Faiz yang berkali-kali lipat lebih tampan saat ini.

"Gak usah diliatin ampe segitunya kali" Bisikan Alana di telinganya membuatnya menoleh

"Apasih" ia mendelik lalu berdiri dan berjalan kedapur meninggalkan Alana yang terkekeh.

Sholat maghrib berjamaah mereka telah selesai yang diimami oleh Ayah. Atika mengantar Faiz ke pagar setelah ia pamit pulang pada Ayah dan Ibu meski beberapa kali Ibu menawari untuk ikut makan malam bersama tapi Faiz tetap menolak karena masih merasa terlalu canggung untuk ikut makan malam bersama keluarga dari perempuan yang baru seharian ini dekat dengannya.

"Waktu aku tinggal mandi tadi, Ayah gak jutek kan sama kamu?" kini mereka berdua sudah berada disamping mobil silver yang biasa dipakai Faiz.

"hmmm. Agak sih, tapi it's ok. Wajar lah, kalo ada laki-laki asing yang bertamu dan seharian abis jalan sama anak perempuannya" Atika tertawa kecil mendengar Faiz lalu menanggapi.

"Siapa juga yang abis jalan. Kita kan abis kerja" Dan Faiz hanya tersenyum tipis menanggapinya

"Tapi tadi Ayah kamu nitip kamu ke aku" Faiz yang tadinya sudah ingin menarik handle pintu mobil kembali berbalik dan menatap Atika yang masih berdiri tidak jauh dari mobil menunggunya pergi.

"Nitip? Emang aku barang?" Atika hanya terkekeh menanggapi Faiz yang terlihat gundah, ingin menceritakan ke Atika apa yang tadi dikatakan Ayahnya sebelum ia berwudhu tapi ia urungkan dan memilih untuk segera pulang.

'Apa maksudnya Ayah nitip aku ke dia?' Bathin Atika sambil menatap mobil Faiz menjauh lalu menoleh melihat Ibu dan Alana yang sudah masuk menyisakan Ayah yang juga sedang menatapnya lalu tersenyum lembut dan mengangguk, membuatnya makin mengerutkan kening tidak mengerti.

🖤🖤🖤

Enjoy HIU 🤗😘

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang