Ian POV
Pukul 6:15 pagi ini aku sudah berada didepan kompleks rumah Atika, menunggunya barangkali pagi ini dia lewat tapi untuk saat ini aku belum bisa untuk menemuinya.
Setelah mendengar saran dari Gibran semalam, semalaman aku tidak bisa tidur menimbang-nimbang apakah menerima saran Gibran atau tetap pada pendirianku-mempertahankan hubunganku dengan Atika. Tetapi jika mengingat kembali cerita Gibran tentang kisah Farrel, aku kembali ragu untuk bersikeras dengan hubungan kami, aku tidak ingin apa yang dialami perempuan mantan pacar Farrel juga dialami Atika. Mungkin aku bisa saja berusaha keras melindungi nya agar Atika tidak disentuh oleh siapapun, tapi siapa yang bisa menjamin jika disaat aku lengah tidak menutup kemungkinan mereka akan menyakiti Atika.
Dan aku kembali teringat kalimat terakhir Gibran, jika kami memang berjodoh seburuk apapun takdir mempermainkan kami pasti kami akan kembali dipersatukan. Beberapa saat kemudian kulihat motor Vario yang dikendarai oleh seorang pria paruhbaya dengan seorang gadis di jok penumpang, gadis yang selama semingguan ini sangat kurindukan. Tanpa membuang waktu aku menyalakan mesin mobil dan mengikuti motor Vario hitam didepanku
Beberapa menit kemudian motor itu berbelok masuk ke kompleks kawasan industri dan berhenti didepan gedung kantor yang juga merupakan gudang dari minimarket terbesar di kota ini, ah hari ini hari ketiga Atika training diperusahaan ini.
Kulihat Atika turun dari motor lalu menyalami Ayah dan mencium punggung tangan pria paruhbaya itu, Ayah pun mengusap pelan puncak kepala Atika yang membuat dadaku kembali terasa nyeri. Ayah begitu menyayangi putri nya, dan aku? Tidak bisa berbuat apa-apa untuk kebahagiaan hubungan kami, yang ada jika aku tetap bersamanya bisa menjadi ancaman bagi Atika dan mungkin juga keluarganya.
Setelah Atika masuk ke dalam gedung, Ayah pun terlihat memutar arah motor nya lalu meninggalkan gedung perusahaan itu. Dan aku tetap disini, menunggu sampai Atika pulang tapi tidak berani untuk menemuinya, aku tidak ingin pertemuan kami hanya akan menjadi masalah untuk kami.
Selama tiga hari berturut-turut aku selalu mengikutinya, mulai dari dia berangkat ke kantor sampai dia pulang ke rumah dalam keadaan baik-baik saja, hingga hari ini-hari senin aku melihatnya keluar dari gerbang rumah tapi kali ini dia tidak diantar Ayah lagi dan hari ini pun dia terlihat tidak memakai kemeja putih dan celana hitam lagi tapi memakai kemeja seragam khas pegawai minimarket.
Kulihat dia berjalan menuju minimarket yang tidak jauh dari gerbang kompleks, oh rupanya mulai hari ini dia tidak training di office pusat lagi dan mulai bekerja di toko. Beberapa menit setelah dia masuk ke toko, kulihat dia berkumpul bersama beberapa karyawan mungkin sedang melakukan briefing, sesekali dia tersenyum membuat dadaku kembali berdesir, senyum yang beberapa minggu ini kurindukan, senyum yang biasanya selalu dia persembahkan untukku.
Setelah briefing kulihat dia bersama seorang laki-laki-dengan kemeja yang sama dengan nya-berbincang serius didepan komputer samping kassa, wajahnya terlihat serius memperhatikan dan sesekali mengangguk-angguk. Kemudian laki-laki yang bersamanya tadi masuk ke area dalam toko dan tinggal dia sendiri didepan komputer, kulihat dia mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu mengarahkan ponsel ke telinganya dan saat yang bersamaan ponsel di saku celanaku bergetar, aku mengeluarkan benda pipih itu dan melihat id penelpon 'Nisku sayang', aku tidak menjawab telfonnya hingga getaran ponsel ditangan ku berhenti, aku kembali memperhatikannya dari jauh dan wajah nya terlihat murung sambil terus menatap ponsel ditangannya membuat dadaku kembali nyeri melihat pandangan kosongnya.
Aku menyalakan mesin mobil lalu meninggalkan tempat itu, mengendarai mobil menuju rumah, pulang ke rumah setelah hampir seminggu aku menginap di rumah tante Maya-mama Gibran yang merupakan adik kandung dari mami.
10menit aku mengendarai mobil dan akhirnya tiba di rumah megah ini. Aku berjalan masuk dan terus ke kamar mami, membuka pintu coklat didepanku perlahan dan setelah pintu terbuka lebar kulihat mami yang masih terbaring ditempat tidur dengan wajah pucat tanpa ada sedikitpun riasan diwajahnya seperti hari-hari biasa.
2hari dirawat di rumah sakit pasca kecelakaan, mami dibolehkan pulang oleh dokter tapi pulang kerumah tidak membuat keadaan mami membaik terlebih saat mami tau bahwa aku tidak pulang ke rumah dan lebih memilih tinggal sementara di rumah tante Maya untuk menenangkan diri, begitu yang diceritakan oleh papi melalui telfon dimalam ke tiga aku menginap di rumah tante Maya.
"mi.." aku memanggilnya sambil menyentuh tangannya pelan. Perlahan mata mami terbuka dan menatap ku sendu
"Kamu pulang?" Suaranya terdengar parau dan aku mengangguk menjawab
"Aku akan menuruti apa mau mami" aku mengatakannya dengan menekan jauh ego dan sakit didada ku dan mami menatapku sambil mencoba bangkit dari tidur nya
"Apapun?" Aku kembali mengangguk menjawabnya dan mata mami lebih berbinar dari sebelumnya
"Termasuk menikah dengan Selly?" Kali ini aku tidak lansung mengangguk tapi menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan berharap bisa meredakan sesak yang kurasa lalu sejurus kemudian mengangguk dan mami pun menampilkan senyum sumringah diwajah pucat nya• • •
Dua bulan setelah aku mengiyakan permintaan mami, malam ini akan diselenggarakan peresmianku sebagai CEO baru pengganti papi yang akan pensiun bulan kedepan dan juga pertunanganku dengan Selly
Aku dan Selly berdiri dihadapan para keluarga, kerabat dan tamu undangan, kami akan segera bertukar cincin meskipun dikepalaku selalu terbayang senyuman diwajah Atika karena harusnya malam ini aku tersenyum bahagia dengan Atika yang berada disampingku
Tepuk tangan meriah dari para tamu yang memenuhi ballroom hotel setelah aku memasangkan cincin dijari manis Selly, aku mencoba tersenyum sesumringah mungkin sambil mataku berkeliling menatap orang-orang didepanku hingga mataku tertumbuk pada seorang perempuan di belakang sana persis dibelakang pintu dengan piyama berwarna kuning dengan motif minions dibalut cardigan putih.
Mataku tetap bertatapan dengannya melihat ia sambil berbicara dengan Gibran tanpa memutuskan pandangan kami hingga kulihat dia berbalik dan meninggalkan ballroom dengan Gibran yang terus memanggil namanya.
Gibran mendekat ke tempatku berdiri dengan Selly
"Wahh congrats yah bro, Selly" ia tersenyum dan menyalami Selly dan aku
"Sell, boleh pinjam Ian nya bentar?" Lanjutnya lagi dan dijawab dengan anggukan dan senyum manis Selly.Aku mengikuti Gibran yang berjalan keluar hingga tiba disudut yang paling sepi
"Atika tadi kesini" dia memberitahuku dengan wajah yang expresinya tidak bisa kutebak
"Gue juga liat"
"Gila yah lo. Jadi lo belum mutusin Atika dan bahkan gak pernah ngasih dia kabar selama dua bulan ini?"
"Dia ngomong apa sama lo?" Aku tidak menanggapi Gibran dan lebih ingin tau tentang apa yang dikatakan perempuan yang sangat kurindukan itu
"Dia bilang, makasih buat empat tahun yang manis dan rasa sakit malam ini dan dia juga bilang kalo lo adalah laki-laki terb*ngsat, br*ngsek dan pengecut karena gak berani meminta putus baik-baik dan lebih memilih jadi pecundang karena menghilang selama dua bulan ini dan dia malah tau berita ini dari orang lain" Gibran sampai hapal betul dengan apa yang dikatakan Atika beberapa menit yang lalu
"Gue setuju sama Atika, lo pengecut. Kenapa lo gak mutusin Atika baik-baik dan jelasin ke dia apa alasan perpisahan kalian""Gue juga setuju sama Atika. Gue emang pengecut" aku menanggapi Gibran dengan mataku menatap kosong koridor didepan ku lalu berbalik dan meninggalkan Gibran yang masih terlihat kesal padaku.
🖤🖤🖤
Enjoy HIU 🤗😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Is You
Romance"Harapan itu angan, angan itu imajinasi dan imajinasi itu tak nyata." [Atika Nisfah Hasyim] "Jika aku bisa menjadi aladin dan mendapat keajaiban untuk mengajukan permohonan 1saja, aku akan meminta agar waktu bisa diputar kembali kemasa dimana aku ha...