Nine

1 1 0
                                    

Atika POV

Training di hari pertamaku kemarin berjalan lancar, semua sudah ku rangkum didalam buku catatan kecil berwarna biru muda.

Hari ini hari kedua ku, aku merasa lebih bersemangat dibanding hari pertama kemarin. Kenapa? Karena hari ini Ian kembali dari Bali setelah menyelesaikan kerjaannya disana selama semingguan. Semalam ia menelfon, pesawatnya akan take off jam 2siang jadi dia bisa menjemputku pulang jam 5 sore nanti, ah senang rasanya akan bisa ketemu dia lagi.

Training hari ini berjalan lancar seperti kemarin, dimulai pada jam 8 pagi, istirahat makan siang jam 12 sampai jam 1 siang kemudian materi training dilanjutkan hingga pukul 5 sore.

Aku kelirik jam di pergelangan tangan ku, pukul 5:05 sore aku mulai menunggu Ian menjemputku dihalte depan kantor. Aku mengecek pesan whatsapp di ponsel ku, tidak ada pesan dari Ian.

15 menit aku duduk menunggu tapi belum ada tanda-tanda kemunculan Ian, aku kembali mengecek ponsel ku tidak ada panggilan ataupun pesan dari nya.

Aku mencoba mengetik pesan kepadanya kemudian menghapus nya kembali. Hufff mungkin ada sedikit kerjaan yang harus dia selesaikan. Aku keluar dari aplikasi whatsapp ku kemudian beralih ke game, mencoba mengalihkan perhatian dengan bermain game. Bosan bermain game aku beralih ke media sosial, mengecek  pembaruan beranda hingga aku melirik jam di ponselku pukul 6:10 PM. Aku membuka aplikasi whatsapp ku kemudian mulai mengetik pesan untuk Ian.

Kamu sibuk? Aku udah pulang ✓✓ daritadi. Kamu ga lupa jemput aku kan?


Ceklis dua, artinya dia menerima pesannya. Aku menunggu balasan darinya dan kembali mengalihkan perhatian ku ke arah jalanan yang ada didepan ku.

10 menit... 15menit... Tidak ada respon dari pesanku tadi. Aku beralih ke papan tombol panggilan dan melakukan panggilan ke nomor Ian, beberapa kali berdering tapi tidak ada jawaban. Aku mencoba berpikir positif, mungkin ada meeting penting yang harus dia hadiri, oke aku harus bersabar beberapa menit lagi.

Aku kembali melirik jam tangan ku, kurang 5menit pukul 7 malam. Aku mencoba menelfon Ian lagi dan masih  sama dengan sebelum nya tidak ada jawaban. Aku mulai tidak sabar dan terus melakukan panggilan ke nomornya, hingga panggilan ke 12 aku menyerah. Aku baru mau memasukkan ponsel ku ke tas tapi benda itu tiba-tiba berdering, aku menjawab dengan cepat tanpa melihat nama pemanggilnya

"Halo, kamu dimana?"

"Atika? Harusnya ibu yang nanya itu" aku menjauhkan ponsel dari telingaku lalu melihat nama pemanggilnya dan menghembuskan napas berat

"Ah iya, maaf bu aku kira temen aku yang nelfon"

"Loh emang kamu dimana? Ini udah hampir jam setengah 8, kamu kok belum sampai rumah?"

"Eh ini bu, aku lagi makan malam sama teman-teman aku jadi pulang nya agak telat. Tapi ini udah mau pulang kok" aku menjelaskan dengan menggigit bibir bawah ku karena berbohong pada ibu

"Kamu pulang naik apa?"

"Aku naik angkot bu"

"Yaudah kamu pulangnya hati-hati. Assalamualaikum"

"Iya bu, waalaikumsalam" aku mengakhiri panggilan lalu memasukkan ponsel ku ke tote bag ku lalu naik ke angkutan umum jurusan rumah ku.

•••

Seminggu berlalu setelah insiden Ian untuk pertama kalinya tidak menepati janji nya. Dan selama seminggu ini pun belum ada respon dari pesan-pesan dan panggilan telepon ku. Aku masih tetap berusaha berpikir positif, dia tidak mungkin mengabaikan ku apalagi meninggalkan ku dengan cara seperti ini tapi aku juga selalu mengoreksi diriku, apa aku melakukan kesalahan hingga dia tidak merespon segala kontak dariku?

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang