Eightteen

1 0 0
                                    

Ian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Selly yang duduk dijok penumpang sebelahnya tegang.

"I.. Ian.. hat..ti-hati" Selly pun beberapa kali mengingatkan Ian untuk berhati-hati atau memelankan laju mobilnya tapi tidak digubris oleh Ian

"IAN AWAASSS!!"
Ckiiitttttt bersamaan dengan jeritan Selly, suara decitan ban mobil karena Ian menginjak rem mendadak karena  hampir menabrak seorang pejalan kaki yang hendak menyebrang jalan

"WOIIII KALO MAU NYEBRANG DI ZEBRA CROSS G*BLOKKK!!" Ian yang mengeluarkan kepala dari jendela mobil meneriaki sang pejalan kaki yang memang menyeberang jalan tidak pada tempatnya, dan dibalas dengan pelototan dan tatapan aneh sang pejalan kaki yang tetap terus berjalan menjauh

"Sabar. Lagian kamu juga yang ngebut" Selly yang mencoba menenagkan nya dengan mengelus lembut lengannya dan dibalas dengan delikan oleh Ian yang kemudian menepikan mobilnya

"SH*T!" Ia memukul roda kemudi setelah menepikan mobilnya, melampiaskan segala kekesalan yang dirasakannya hari ini.

"dia orang yang saat ini selalu ada untuk aku. Dia calon suamiku" Atika mengatakannya dengan lantang membuat ketiga pasang mata disana terbelalak kaget termasuk Faiz.

"Gak mungkin. Kamu gak mungkin secepat itu bisa dapat pengganti aku"

"Kenapa gak mungkin? Apa kamu pikir cuma kamu yang bisa bahagia ninggalin aku karna perempuan lain? Aku juga mau bahagia, dan dia" Atika menjeda kalimatnya lalu mengangkat sebelah tangannya yang menggenggam erat tangan Faiz lalu melanjutkan
"Dia yang akan mewujudkan semua mimipi aku tentang kebahagiaan membina hubungan"

"Tapi aku yakin kamu masih sayang sama aku, masih cinta sama aku. Buktinya cincin dariku masih kamu pake" Ian melirik tangan kiri Atika-tepatnya pada jari manisnya yang masih memakai cincin perak berhiaskan berlian kecil, diikuti Faiz dan Selly melirik cincin tersebut.

Atika melepaskan genggaman tangan kanannya pada tangan kiri Faiz, melepaskan cincin perak itu dari jari manisnya lalu meraih tangan kanan Ian dan menaruh cincin itu ditelapak tangan Ian.

"Aku kembaliin. Makasih buat semuanya, makasih karna pernah menjadi salahsatu alasan untukku tersenyum" Atika kembali menggenggam tangan Faiz lalu berjalan ke mobil melewati Ian dan Selly.

Kejadian beberapa saat lalu selalu terngiang-ngiang di pikirannya membuat dadanya kembali bergemuruh, lelah memukul roda kemudi Ian menundukkan kepala bertumpu pada roda kemudi.

"Jadi dia Atika?" Tanya Selly melihat Ian berhenti memukul roda kemudi tapi tidak ditanggapi Ian
"Cantik yah, dan keliatannya dia perempuan yang baik dan penyayang. Keliatan jelas kalo kalian benar-benar saling mencintai" Selly melirik Ian yang masih menunduk dan sesekali bergumam tidak jelas.

"Dulu dari salahsatu laki-laki yang aku sayang, aku pernah melihat sorot mata terluka karna gak bisa mempertahankan orang yang disayang" Selly kembali membuka suara saat suara gumaman Ian tidak terdengar lagi
"Dia kak Farrel, kakakku satu-satunya. Dia sangat mencintai perempuan yang menjadi pacarnya selama hampir dua tahun, tapi terpaksa harus menelan pahit perpisahan karna mama-papa gak setuju sama hubungan mereka. Sama seperti kamu, dia mencintai perempuan dari status sosial yang berbeda" Selly menarik napas sejenak lalu melanjutkan ceritanya
"Dulu, aku gak bisa apa-apa saat perpisahan kak Farrel dan pacarnya, tapi sekarang aku gak akan tinggal diam melihat laki-laki yang.. ehm.. mungkin aku sayang.. menampilkan sorot mata terluka sama seperti kak Farrel" mendengar kalimat terakhir Selly, Ian mengangkat kepala dan menatap Selly dengan kening berkerut, dan Selly membalas dengan senyum yang manis sebelum melanjutkan

"Aku tau, pertunangan kita ada karna obsesi mama aku yang pengen banget besanan sama om Wihardi dan tante Diana. Sementara kamu masih sangat mencintai Atika. Aku akan bantu kamu untuk bisa kembali sama dia" mata Ian membulat mendengar ucapan Selly, dan sejurus kemudian tersenyum mengingat kalau yang di katakan Gibran dulu mungkin memang benar, anak-anak dari Ferdinan tidak seambisius orangtuanya.

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang