Thirty Three

2 1 0
                                    

Pasca sore itu, Atika dan Faiz menjalaninya dengan baik. Faiz menjadi pria yang benar-benar baik dan selalu memperlakukan Atika dengan manis. Faiz juga bisa bersikap profesional saat ditempat kerja, dia akan memperlakukan Atika sama dengan karyawan-karyawan lainnya.

Mereka menjalaninya seperti pasangan-pasangan pada umumnya, saling memberi kabar, jalan dan berkencan saat ada waktu luang, selama mereka jalanpun kontak fisik terintens mereka hanya pegangan tangan membuat Atika semakin yakin kalau Faiz benar-benar jenis pria yang menghargai pasangannya.

Satu hal yang Atika mengerti dari Faiz, dia bukanlah pria dingin dan kaku seperti yang selama ini orang-orang pikir. Saat bersama Atika, Faiz menjadi orang yang banyak senyum bahkan dua bulan bersama, pria itu terkadang membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu dan justru karena kegaringan itu Atika bisa tertawa bersamanya.

Tapi masih terlalu banyak yang tidak diketahui Atika tentang pria itu, asal-usul keluarganya misalnya. Dua bulan menjalani hubungan dengan Faiz, Atika masih belum mengenal tentang keluarga Faiz, yang Atika tau hanya sebatas keluarga Faiz tinggal di desa dan Faiz merupakan anak kedua dari dua bersaudara, selebihnya seperti apa pekerjaan orangtua Faiz, pria itu belum pernah menceritakannya tapi Atika tidak memepermasalahkannya, toh hubungan mereka masih terlalu dini untuk membicarakan perkara keluarga besar, yang terpenting saat ini Atika nyaman menjalin hubungan dengan Faiz.

Malam ini Atika menemani Faiz menghadiri resepsi pernikahan anak pemilik perusahaan ritel terbesar dikota ini alias bos minimarket tempat mereka bekerja.

Atika terlihat cantik dengan gaun brokat berwarna rose pink dengan rok bagian belakang sedikit lebih panjang dibanding depan yang hanya sebatas lutut, gaun tersebut berlengan sebatas sikut dipermanis dengan heels setinggi 5cm berwarna rose gold dan hand bag berwarna senada dan rambut hitam sepunggungnya ia biarkan tergerai dengan ujung rambut yang sedikit di curly, tak lupa make up flawless menambah kesan manisnya malam ini.

Mereka berjalan beriringan masuk ke hotel berbintang tempat pesta digelar, dengan tangan Atika melingkar dilengan Faiz. Beberapa kali mereka menyapa sesama tamu yang dikenali. Mereka masih betah duduk dan mengobrol dengan beberapa rekan sesama supervisior nya Faiz dan beberapa manager setelah mereka menyelamati kedua mempelai dan menyantap beberapa hidangan di pesta itu.

"Aku ke toilet bentar yah?" Pamit Atika yang diangguki Faiz yang masih mengobrol santai bersama Dion dan rekan lainnya.

Atika meninggalkan meja bundar tersebut lalu berjalan menyusuri koridor ballroom, lalu berbelok masuk ke toilet. Sebenarnya ia ke toilet hanya untuk membetulkan make up dan penampilannya agar tetap enak dilihat setelah makan tadi. Setelah dirasa tidak ada yang salah, ia pun berniat keluar dari toilet dan kembali ke pesta tepatnya disamping Faiz.

"Permisi!" Suara berat seorang pria dibelakangnya membuatnya menghentikan langkah lalu berbalik.
"Hai, kamu yang namanya Atika?" Tanya pria tersebut, tatapannya tajam tapi terlihat ramah dengan senyum yang tidak asing menurut Atika.

"Iya, maaf anda siapa?"

"Oh ternyata benar." Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan ingin berjabat tangan.
"Kenalkan, saya Yudha Shiddiq Arthama." Atika menatap tangan besar lelaki didepannya bergantian dengan wajah tersenyum pria itu, baru saja ia ingin menyambut uluran tangan pria yang mengaku bernama Yudha itu, sebuah tangan besar lainnya dengan cepat menampik tangan Yudha membuat Atika tersentak lalu menoleh dan melihat Faiz yang sudah berdiri menjulang disampingnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Mau apa lo?" Tanya Faiz dengan tatapan tidak kalah tajam dan dingin.

"Kau datang terlalu cepat. Aku belum sempat berkenalan secara resmi dengan gadis cantik ini." Yudha menyunggingkan senyum lalu menatap Atika yang masih terlihat bingung.

"Gue udah pernah peringatin lo, jangan coba-coba dekati dia!" Desis Faiz yang makin mengetatkan rahang.

Faiz lalu menggenggam tangan Atika lalu menarik nya keluar dari ruangan besar itu, meninggalkan Yudha yang menatap mereka menjauh dengan senyum miring.

Atika sulit menyamai langkah Faiz yang panjang sementara ia masih mengenakan heels, meskipun tidak begitu tinggi tapi bisa membuat ia kesulitan mensejajarkan langkah panjang dan lebar Faiz karena memang kaki-kakinya yang tidak begitu jenjang dengan tinggi badan yang hanya 159cm.

Tiba di parkiran, Faiz membuka pintu mobil dibagian penumpang depan lalu memberi kode pada Atika untuk masuk, setelah Atika duduk di jok depan ia pun berjalan memutari mobil lalu masuk dan duduk di belakang kemudi.

Faiz mengendarai mobilnya dengan tatapan dingin dan lurus kedepan dengan rahang yang mengeras. Atika penasaran dan sangat ingin menanyakan siapa pria tadi, kenapa Faiz terlihat marah melihat pria itu, apa dia cemburu? Tapi kenapa? Ah sekalipun cemburu, Faiz tidak mungkin sampai seemosional ini, lagipula ia tidak melakukan apa-apa, pria tadi hanya ingin memperkenalkan diri dan Atika juga ingin tau siapa pria yang mengetahui namanya itu, tapi melihat situasi dan kondisi tidak memungkinkan, ia memilih diam.

"Lain kali jangan pernah terima jabat tangan dari sembarangan pria!" Atika menoleh ke arah Faiz mendengar pria yang kini jadi kekasihnya itu, dengan suara yang terdengar masih menahan emosi.

"Engh, emang dia siapa?" Atika akhirnya menyuarakan pertanyaan itu meskipun sedikit kikuk.

"Kamu gak perlu tau. Pokoknya, mulai sekarang jika ada orang yang sok ngenalin kamu dan menyebutkan nama dengan 'Arthama' dibelakang namanya, jangan direspon!" Kening Atika mengkerut mendengar penuturan Faiz, ia ingin kembali bertanya tapi ia tau ini bisa jadi pemicu pertengkaran pertama dihubungan mereka.

Faiz terlihat tidak suka dengan pria tadi dan, Arthama? Ada apa dengan Arthama? Atika menoleh menatap Faiz yang masih terus fokus pada jalan, wajah yang datar dan dingin
dengan kening sedikit berkerut seperti sedang berpikir.

Seperti ada yang memerintah, tangan Atika terulur dan menyentuh lengan kiri Faiz yang tidak begitu kekar tapi otot bisep nya masih bisa dirasakan kulit tangan Atika terlebih saat telapak tangannya bergerak naik-turun mengelus lengan Faiz, berharap bisa membantu menenangkan pikiran Faiz.

Merasakan usapan lembut dilengannya, Faiz melirik lengannya dan melihat tangan Atika disana. Ia lalu menurunkan tangan Atika lalu menggenggamnya erat dan membawa telapak tangan yang terlihat kecil digenggamannya itu-ke bibirnya, mengecupnya lalu kembali menggenggamnya erat.

"Aku cuma gak mau kalo sampe orang-orang nyakitin kamu." Bisik Faiz lirih tapi masih bisa didengar Atika dan membuatnya mengerutkan kening tidak mengerti, ia ingin bertanya lagi tapi kembali ia urungkan dan lebih memilih mengulas senyum saat Faiz kembali meliriknya.

🖤🖤🖤

Enjoy HIU 🤗😘

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang