Pukul 6:15 pagi Atika selesai mandi kemudian turun ke dapur bermaksud membantu ibu menyiapkan sarapan
"eh sarapannya udah siap aja" Ibu yang berdiri menghadap kompor seketika menoleh mendengar Atika
"iya ini baru aja siap, tinggal disajiin aja" jawab ibu sambil memindahkan nasi goreng dari wajan ke mangkok besar
"pagi ibu, kakak jelek" ibu dan Atika serentak menoleh mendengar suara cempreng perempuan yang kini duduk dikursi menghadap meja makan dengan seragam putih abu-abu nya
"dih kayak yang cantik aja" Atika mencibir mendengar sapaan Alana
"iya dong, aku kan anak ibu dan ayah jadi cantik" Alana tersenyum sambil mengedip-ngedipkan mata
"siapa bilang? kamu itu anak pungut, yang ibu sama ayah temuin dipinggir jalan lagi nangis"
"ihhhh ibu, kak Atika mulai lagi kan" rengek Alana
"Atika ih, gak baik ngomong gitu" tegur ibu yang hanya dibalas tawa oleh Atika
"alhamdulillah anak ayah udah ketawa lepas" Ayah yang masuk ke ruang makan dan mengelus puncak kepala Atika mendengarnya tertawa.
Beberapa hari pasca pustusnya Atika dengan Ian, ayah memang sempat khawatir karena Atika yang selalu terlihat murung dan mata yang hampir setiap hari sembab karena menangis. Bahkan ayah sempat marah dan ingin menemui Ian tapi diurungkan karena ibu yang menenangkan nya mengatakan bahwa 'yang Atika butuhkan dukungan dari kita bukan malah menambah beban dengan membuat masalah baru. Lagian mereka masih pacaran yah, orang yang sudah terikat dalam ikatan pernikahan bertahun-tahun aja bisa pisah apapalgi mereka'
"iya yah, kayaknya karna efek pak supervisior kemarin itu Atika udah bisa move on" ibu yang sembari menyendokkan nasi goreng ke piring ayah menanggapi dan justru membuat Atika yang sedang meneguk air putih tersedak
"supervisior?" Ayah yang menatapnya meminta penjelasan menambah kegugupannya
"iya, kemarin Atika pulang diantar sama pak supervisior ganteng dan tinggi loh yah" ibu menjawab dengan antusias
"masa sih bu? ih kok gak panggil Alana, kan pengen liat juga" Alana yang menanggapi justru mendapat pelototan dari Atika yang meringis sebelum menjawab
"di..dia cuma atasan Atika yah, bukan siapa-siapa" kali ini ia mencoba menjelaskan meskipun sedikit terbata karena gugup
"kalo jadi siapa-siapa juga gak apa-apa, anaknya sopan dan keliatan baik, ibu suka sih" ibu masih kelihatan antusias menjelaskan yang justru membuat Atika memutar bola mata
"ayah gak melarang kamu buat kembali menjalin hubungan, ayah hanya gak mau melihat kamu murung dan sedih kayak kemarin lagi"
"iya ayah, Atika juga masih gak siap kok buat deket lagi sama laki-laki, cukup yang kemarin." Atika menunduk menyembunyikan raut wajah nya yang kembali mendung
"kak, kalo si pak supervisior dateng lagi, panggil Alana juga ya. Penasaran nih" bisik Alana disamping nya dan lagi mendapat pelototan dari Atika.
"Atika mau siap-siap dulu, mau ke office pusat ada meeting soalnya" stelah menghabiskan nasi goreng dipiringnya, Alana pamit lalu naik ke kamar untuk berganti baju dan kembali kebawah lagi setelah siap. Ia pun berangkat tepat pukul 7:20 diantar oleh Ayah dan tiba setelah 15 menit perjalanan.
Ia berjalan santai melewati lobby dan naik ke lantai dua dimana ruang meeting berada, ia mengetuk sebentar pintu coklat didepannya lalu membukanya, didalam ruangan kursi belum dipenuhi oleh peserta meeting dan ia memilih duduk dipinggir barisan ketiga, ia melihat kursi didepannya seorang pria berkemeja biru benhur duduk sambil menundukkan kepala dimeja kursi lipat
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Is You
Любовные романы"Harapan itu angan, angan itu imajinasi dan imajinasi itu tak nyata." [Atika Nisfah Hasyim] "Jika aku bisa menjadi aladin dan mendapat keajaiban untuk mengajukan permohonan 1saja, aku akan meminta agar waktu bisa diputar kembali kemasa dimana aku ha...