Six

7 1 0
                                    

Atika POV

Setelah keberangkatan Ian dan papinya, aku dan mami Ian lansung menuju kesalah satu restaurant berbintang untuk menghadiri arisan tante Diana, tentu saja dengan ajakan beliau.

Sampai di restaurant mewah tersebut tante Diana merangkulku dan berjalan bersama kedalam restaurant. Jujur saja aku merasa begitu canggung diperlakukan seperti ini, tapi aku mencoba bersikap sewajarnya agar beliau juga nyaman berada didekatku.

Didalam restaurant tepatnya disebuah ruangan vip direstaurant ini sudah hadir beberapa ibu-ibu sosialita dengan dandanan hampir sama dengan tante Diana, elegan dan berkelas. Sekali lagi aku merasa canggung dan minder berada disekitar mereka.

"siapa nih jeng? Calon mantu?" pertanyaan tersebut diajukan oleh salah satu dari ibu-ibu arisan itu, dan dijawab dengan senyuman anggun oleh tante Diana

"iya, kenalin jeng-jeng sekalian. Ini Atika, calon tunangannya Ian" dengan merangkul bahuku, tante Diana memperkenalkan ku kepada kerabatnya

Hampir semua yg ada disana nampak senang dengan diperkenalkan nya aku, kecuali satu org nyonya yg sejak kedatangan ku terlihat memperhatikanku mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki

"jadi, kamu memegang salah satu perusahaan ayah kamu atau masih kuliah?" tiba2 pertanyaan itu keluar dari mulut nyonya yg daritadi memperhatikan ku.

"nggak. Atika ini baru aja kemarin wisudah" Tante Diana lebih dulu menjawab sebelum aku membuka mulut

"universitas mana? Dalam atau luar kota? Luar negeri dong pasti" lanjut nyonya tadi

"dalam kota tante, orangtua sya gak sanggup kalau harus kuliah diluar kota apalagi luar negeri" kali ini aku yang menjawab pertanyaannya. Kening nyonya tadi berkerut heran

"loh? Orangtua kamu memangnya punya berapa perusahaan sampe ga sanggup kalo cuma buat nguliahin anak?"

"ayah saya hanya seorang pensiunan PNS tante, ga punya perusahaan apa-apa, dan ibu saya hanya seorang ibu rumahtangga biasa" bisa kulihat raut wajah nyonya-nyonya yang ada diruangan ini berubah terkejut.

"kamu dan Ian kenal dimana?" kali ini nyonya dengan perwakan turki yang mengajukan pertanyaan

"dikantor pusat perusahaan om Wihardi waktu saya SMK, saya PKL disana dan sering ketemu sama Ian"

Senyum dibibir ku tidak pernah kulenyapkan saat berbicara dengan mereka, sampai pertanyaan menusuk itu terlontar dari mulut nyonya yang daritadi terus bertanya tapi aku belum tau namanya

"kamu pake pelet ya?" mataku sontak terbelalak mendengar itu, apa? Pelet? Apa sekarang masih ada hal semacam itu buat dapetin pasangan?

"ngomong apasih jeng Siska? Jaman sekarang emang masih ada yang pake gitu-gituan?" tante Diana sambil terkekeh menanggapi omongan jeng Siska

"yah kali aja kan. Masa sih, Ian putra tunggal dari bapak Wihardi dan nyonya Diana yg punya perusahaan besar dimana-mana. Punya pacar dari kalangan biasa gini? Jamannya cinderella kali ah" balasnya dengan menatapku meremehkan dan ditanggapi dengan kekehan oleh ibu-ibu yang ada disitu, kecuali tante Diana.

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, bingung ingin menjawab apa pernyataan dari nyonya Siska tadi.

"enggak lah. Iyakan sayang? Mami ga percaya ada gitu-gituan jaman sekarang" aku mengangkat keoalaku dan kulihat tante Diana menatapku sambil tersenyum dan refleks kedua sudut bibirku juga ikut terangkat

Sayup2 kudengar salah satu dari mereka mempersilakan untuk menyantap hidangan mereka sebelum mengocok arisan

"tante, Atika pamit ke toilet sebentar yah" setelah membisikkan ketelinga tante Diana dan mendapat anggukan darinya, aku bangkit dari dudukku dan tersenyum simpul kepada semua yang ada disana lalu berlalu keluar dari ruangan ini

Menyusuri koridor restaurant hingga aku menemukan yang aku cari, aku segera masuk dan mencari bilik kosong dan segera mengeluarkan apa yang aku tahan dari tadi, legaaa

Aku keluar dari bilik lalu menuju westafel dan memncuci tangan ku, kutatap pantulan diriku di cermin westafel, moodku sedikit terganggu mengingat apa yang dituduhkan oleh nyonya Siska tadi tapi seketika ku enyahkan semuanya mengingat pembelaan tante Diana tadi, beliau percaya sama aku dan itu lebih baik dari segalanya

Aku merapikan penampilanku sekali lagi lalu melangkah keluar dari toilet, langkahku terhenti saat kudengar seseorang memanggilku

"Atika Nisfah kan?" tanya seorang perempuan dengan pakaian yang sama dengan pelayan direstaurant ini setelah aku membalikkan tubuhku

"I..iya?" sedikit ragu aku mengamati wajahnya yg tidak asing tapi aku benar-benar tidak mengingatnya

"astagaaa. Gue Putri, teman sebangku lo waktu SMP."

"yaampun puteeee. Banyak berubah yah lo, dulu ganteng tapi sekarang jadi cantik gini whahaha" akupun lansung memeluknya setelah berpikir sejenak. Iya, dia teman sebangku ku waktu SMP.

Wajar jika aku tidak mengenalinya, dulu penampilannya persis laki-laki, gaya pakaiannya, berjalannya, bahkan jika dia berbicara selalu menirukan suara serak khas laki-laki. Tapi sekarang, 180° betul-berbeda

"hahaha iyanih. Insyaf gue, dan sekarang lebih nyaman kayak gini."

"Iya, adem liatnya. Sekarang jadi hijabers yah"

Hampir 15menit aku dan Putri mengobrol membahas masa-masa SMP kami dulu, dan aku menepuk jidatku krn baru mengingat sesuatu.

"aduh keasyikan ngobrol kan, gue lupa balik ke meja gue. Udah ditungguin nih pasti"

"ohiya. Lo kesini sama siapa?"

"ehemm... Sama camer" aku merasakan pipiku bersemu menyebut kata terakhirku

"cielah, yaudah balik sana. Dipecat jadi calon mantu baru tau rasa lo" ledeknya sambil tertawa, dan akupun ikut tertawa bersamanya

Setelah berbagi kontak whatssapp , akupun berlalu dan kembali ke ruangan tempat tante Dian dan teman-temannya.

Aku mengetuk pintu cokelat didepanku lalu memutar handle pintu dan masuk kedalamnya. Suasana didalam masih sama seperti saat aku tinggal tadi, hanya pandangan nyonya Siska yang kelihatan semakin rendah terhadapku dan...

"yaudah yuk jeng. Arisannya udah dikocok juga, lanjut jalan aja kan" usul dari tante Diana sesaat setelah aku mendaratkan bokongku dikursi

"eh iya kebetulan aku lagi pengen nambah koleksi perhiasan. Kita ke toko perhiasannya jeng Siska sekalian yuk!" lanjut tante dengan perawakan oriental yang duduk tepat diseberangku

"yaudah cuss deh"

Sejurus kemudian semua yang ada diruangan ini bangkit dari duduk dan beriringan keluar dari ruangan tak terkecuali tante Diana. Hanya saja ada yang berbeda sedikit dari beliau.

"ehm, tante mau jalan sama teman2 tante yah? Aku.. Aku ikut atau lansung pulang aja?" aku sedikit gugup mengajukan pertanyaan itu karena sikap tante Diana tidak sehangat tadi, dia tidak pernah menatap ku lagi apalagi menggandeng tanganku saat keluar dari restaurant seperti ketika kami datang tadi

"kamu pulang aja deh"

"ah iya. Aku pulang ya tante, makasih untuk makan siang nya"

Aku tersenyum sopan kepadanya dan mengajukan tangan bermaksud untuk menyalaminya tapi beliau lansung memutar tubuh dan masuk kedalam mobil mewah nya.

❤❤❤


Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang