Sebulan berlalu pasca insiden Faiz meninggalkan Atika di mall. Dibenak Atika selalu dipenuhi berbagai pertanyaan, siapa sebenarnya Andin, Kenapa Faiz terlihat begitu tidak menyukainya? Dan kenapa Faiz harus pergi tanpa kembali menemui Atika terlebih dahulu.
Sebulan ini pun Faiz tidak pernah berkunjung ke toko, briefing mingguan pun diambil alih oleh Aldo, salah satu rekan sejabat Faiz. Apa yang sebenarnya terjadi pada Faiz hingga harus cuti selama itu? Beberapa kali Atika mencoba menanyakannya melalui pesan singkat ataupun sambungan telfon tapi pria itu hanya menjawab "Nanti kalo waktunya udah tepat, aku pasti bakal ceritain semuanya sama kamu. Aku cuma minta kamu tunggu dan percaya sama aku."
Disatu sisi Atika berusaha mempercayai Faiz tapi disisi lain tetap saja ia menyimpan sejuta pertanyaan bahkan kecurigaan pada pria itu. Kadang ketakutan akan kembali dikecewakan dan dicampakkan menghantuinya, dan disaat perasaan semacam itu muncul ia hanya bisa menyembunyikan tangisnya dibawah bantal hingga kelelahan menangis lalu tertidur.
Hari ini ia mendapat giliran shift siang. Seperti hari-hari sebelumnya, ia berjalan dengan lesu menuju toko dan sesampai di toko ia langsung masuk menuju lokernya.
"Atika!" Ia menoleh mendengar pekikan Nindi dari balik punggungnya, melihat sahabatnya dengan wajah serius membuatnya mengerutkan kening sebagai pertanyaan "ada apa nih?"
"Lo udah tau?"
"Tau apa?" Ia semakin memperdalam kerutan keningnya mendengar pertanyaan perempuan chubby dihadapannya itu.
"Pak Faiz resign!" Kerutan kening Atika seketika berganti dengan expresi wajah pasi, ia kemudian berlari keluar menuju komputer server.
Ia mulai membuka kotak email yang berjudul 'Resign' tersebut untuk memastikan bahwa yang dikatakan Nindi adalah kebenaran. Dan setelah membaca nama yang tertera disana, ia langsung merogoh ponselnya dari saku celana kemudian menekan tombol panggilan ke kontak yang bertuliskan "Lovely Boss", namun tidak ada jawaban. Ia mencoba hingga berulang kali tapi hasilnya pun tetap sama, tak terjawab.
Dada Atika mulai bergemuruh, berbagai kemungkinan buruk berkecamuk dalam pikirannya.
"Nin, kunci motor mana?"
"Ada nih. Mau apa emang?" Nindi merogoh saku celana jeans nya lalu mengeluarkan kunci, dan tanpa berpikir panjang lagi, Atika meraih kunci motor dari tangan Nindi lalu berjalan cepat keluar dimana motor Nindi terparkir.
"Eh, Tik? Mau kemana?" Dengan wajah bingung bercampur khawatir, Nindi mengikuti Atika yang sudah berdiri disamping motornya sambil memasang helm di kepalanya.
"Gue pergi dulu, lo long shift buat gantiin gue yah nanti off day gue minggu ini buat lo." Setelah mengatakan itu Atika pun berlalu tanpa mempedulikan Nindi yang masih bingung.
Atika terus mengendarai motor matic sejuta umat milik Nindi itu, berbagai pertanyaan terus hilir mudik di benak Atika dan hanya ada satu hal yang sangat ingin ia ketahui yaitu siapa Andin? Mengapa sebegitu hebatnya pengaruh Andin terhadap Faiz hingga pekerjaan Faiz pun rela ia tinggalkan setelah bertemu dengan Andin?
Atika memarkir motor berwarna merah yang dikendarainya tepat didepan sebuah rumah sederhana. Tanpa melepas helm, ia berjalan dengan cepat melewati pekarangan kecil lalu mengetuk pintu putih rumah tersebut, sambil menghitung dalam hati Atika terus mengetuk pintu dihadapannya hingga sebuah suara seorang laki-laki dibelakangnya menghentikan tangannya mengetuk pintu.
"Siapa?" Atika menoleh mendengar suara itu dan mendapati laki-laki yang tidak asing berdiri disamping motor yang tadi dikendarainya.
"Pak Aldo?"
"Atika? Ngapain disitu?" Laki-laki bernama Aldo itupun berjalan mendekat dimana Atika berdiri.
"Nyari Faiz?" Tebak laki-laki yang mungkin seumuran Faiz itu."I..iya pak. Fa.. ehm.. Pak Faiz kemana yah? Kok rumahnya gelap, dan saya telfon juga gak diangkat?"
"Faiz kan udah resign, dan udah sebulanan dia gak pulang ke rumah ini lagi. Saya juga kaget pas tau dia resign, soalnya sebulan gak ketemu eh tau-tau resign."
"Pak Faiz gak pernah cerita apa gitu sama pak Aldo?"
"Tiga minggu yang lalu saya sempat whatsapp-an sama dia, waktu saya tanya kenapa cuti selama itu, dia cuma jawab ada urusan yang harus dia kelarin. Saya juga sempat nanya, kalo udah kelar langsung masuk lagi kan? Eh dianya jawab, liat nanti."
Atika menggigit bibir bawah bagian dalamnya mendengar cerita Aldo, matanya mulai memanas, ia tidak ingin menangis disaat seperti ini terlebih didepan atasannya.
Setelah pamit pada Aldo, Atika dengan cepat meninggalkan pria yang masih berdiri di depan rumah Faiz.
Sekelabat bayangan hubungannya dengan Ian dulu berlarian dikepalanya, dimulai dengan pertemuannya dengan Ian, bagaimana Ian berjuang untuk bisa kenal dan akhirnya mereka bisa jadian, Ian yang begitu menyayanginya, hubungan mereka yang semula baik-baik saja, tiba-tiba hancur karena Ian yang menghilang selama beberapa bulan dan berujung pengkhianatan Ian yang meskipun karena paksaan orang tuanya tapi tetap saja meninggalkan luka menganga dihatinya.
Atika menghentikan motor yang dikendarainya, mencoba menenangkan diri, mencoba meredakan debaran didadanya dan gemetar ditangannya. Entah secinta inikah ia pada Faiz hingga menimbulkan efek ketakutan yang lebih dibanding saat Ian menghilang dulu? Atau karena ia pernah merasakan sakitnya dikhianati hingga ia takut kembali merasakan itu lagi.
Atika merogoh saku depan celananya lalu mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi chat berwarna hijau kemudian mulai mengetik pesan yang ditujukan pada kontak teratas di aplikasi chat tersebut.
Atika:
Aku gak tau apa yang terjadi sama kamu, terlalu banyak pertanyaan dikepalaku tentang kamu sampai akupun gak tau harus menanyakan yang mana dulu. Yang aku tau, kamu sayang sama aku, kamu janji akan ceritain semua ke aku, dan aku percaya sama kamu, aku yakin kamu akan datang nemuin aku dan aku akan selalu nunggu kamu disini. Tapi plis, jangan terlalu lama karna aku gak mau mati penasaran sebelum tau semuanya tentang kamu :(Setelah menekan tombol send, Atika menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, kemudian mencoba menarik keatas sudut bibirnya hingga membentuk seulas senyum meskipun yang terlihat justru senyuman getir.
Setelah berhasil meredakan gemetar ditangannya, Ia mencoba kembali mengendarai motor milik Nindi, fokus pada jalanan didepannya agar bisa selamat sampai di tujuan, meskipun saat ini ia bingung harus pulang ke rumah atau kembali ke toko lagi.
🖤🖤🖤
Akhirnyaaaa bisa up setelah puluhan purnama wkwkwk
Semoga masih ada yang nungguin dan baca huhuhu 🤧
Enjoy HIU 🤗😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Is You
Lãng mạn"Harapan itu angan, angan itu imajinasi dan imajinasi itu tak nyata." [Atika Nisfah Hasyim] "Jika aku bisa menjadi aladin dan mendapat keajaiban untuk mengajukan permohonan 1saja, aku akan meminta agar waktu bisa diputar kembali kemasa dimana aku ha...