Fiveteen

1 0 0
                                    

Ian POV

Aku langsung merebahkan tubuh ditempat tidur besar begitu masuk ke kamar Gibran yang tidak terkunci, rumah Gibran sudah seperti rumah kedua bagiku begitupun sebaliknya jadi ketika kami mengunjungi rumah satu sama lain tak ada basa-basi dan lansung menuju tempat atau ruang yang menjadi tujuan

"Yang baru pulang dari bali apa kabar, tumben lansung kesini gk kerumah Atika?" Gibran kembali fokus pada game yang sedang ia mainkan di PS3 nya setelah menoleh sebentar untuk melihat siapa yang masuk ke kamarnya

Mendengar nama Atika membuat dadanya kembali nyeri mengingat penolakan sang mami

"Ban, lu tau Ferdinan Adiyatma?"

"Tau. Pemilik toko perhiasan di beberapa mall besar di kota ini kan?" Iban-begitu sapaan orang-orang terdekat Gibran, menjawab dengan pandangan tetap tertuju pada layar tv dihadapannya

"Selly anaknya lu tau?" Mendengar pertanyaan Ian, Gibran menekan tombol pause pada stik game nya lalu berbalik menatap Ian menyelidik

"Kenapa? Jangan bilang lu tertarik sama dia?"

Ian mendengus mendengar pertanyaan Gibran
"Gua nanya, lu tau atau nggak?"

"Tau sih, putri tunggal Ferdinan Adiyatma kan? Yang baru nyelesain S1 nya di Aussy. Kenapa sih?"

"Mami jodohin gue sama dia" Ian mengatakannya dengan mata menatap kosong pada langit-langit kamar Gibran dengan hati yang berkecamuk

"WHAT?" Gibran yang kaget mendengar ucapan Ian dengan cepat melompat naik ke tempat tidur
"Lu gak becanda kan?" Ian menjawab dengan dehaman
"Kok bisa? Abis badai? Atika gimana? Bukannya sebelum lo ke bali kalian abis dinner berempat kan?" Lagi Ian hanya berdehem menjawab pertanyaan-pertanyaan Gibran
"Tanggapan mami sama papi gimana waktu itu?"

"Mereka wellcome. Bahkan mami ngajak Atika ke arisan di hari gue ke bali" Ian menghela napas berat
"Gue juga gak ngerti kenapa tiba-tiba mami jadi nolak Atika abis-abisan bahkan nekat nyelakain diri sendiri begitu tau kalo gue gak terima perjodohannya dan tetap bertahan dengan Atika" lanjutnya lalu mengusap dengan kasar wajahnya

"Siska istrinya Ferdinan temen arisan mami kan?" Ian menjawab dengan anggukan
"Kok gue ngerasa ada aura-aura hasutan disini" Ian menoleh mendengar penuturan Gibran

"Maksudnya?" Ian bangkit dari pembaringannya menatap Gibran serius

"Keluarga Ferdinan itu terkenal ambisius, apapun yang menjadi tujuannya bakal mereka kejar apapun jalannya, apapun hambatannya akan mereka singkirkan bagaimanapun caranya" Gibran menjeda sejenak penjelasannya
"Yahh. Semoga ajasih ini cuman feeling gue, dan semoga feeling gue ini salah"

"Bro. Lo sayang sama Atika? Lo cinta kan sama doi?" Ian hanya mendelik lalu kembali merebahkan tubuh nya mendengar pertanyaan Gibran
"Saran gue lebih baik lo terima perjodohan ini" Ian memebelalakkan mata lalu kembali terduduk mendengar penuturan Gibran

"Lo gila? Gue kira, gue kesini bakal dapat saran dan solusi terbaik"

"Justru ini saran terbaik dari gue, yan.  Gue tau betapa ambisius nya keluarga Ferdinan. Mereka bakal ngelakuin apa aja buat capai tujuan mereka, sekalipun itu harus menyakiti orang"

"Gue gak peduli"

"Sama Atika lo juga gak peduli?" Ian menatap Gibran dengan kening berkerut
"Mereka mungkin gak bakal nyentuh lo karena justru elo lah tujuan mereka. Tapi Atika? Mereka bisa aja ngelakuin hal yang nekat karena Atika salah satu penghalang mereka buat jodohin lo sama anaknya"

"Br*ngsek!" Ian mengacak rambutnya frustasi. Membayangkan Atika dalam masalah apalagi disakiti oleh mereka-keluarga Ferdinan karena dirinya, membuatnya benar-benar frustasi karena tidak menemukan jalan keluar

"Bro, posisi lo ini pernah dirasain sama Farrel Adiyatma-Putra pertama Ferdinan. Dia pernah jatuh cinta dan menjalin hubungan sama perempuan dari kalangan biasa seperti Atika. Perempuan itu salahsatu karyawan ditoko perhiasan mereka dan jelas itu tidak direstui oleh orangtuanya" Ian kembali menatap Gibran dengan tatapan serius

"Si Farrel tetap berjuang pertahanin hubungan mereka dan apa yang terjadi?" Gibran menjeda ceritanya sebentar lalu kembali melanjutkan
"Si cewe dipecat dari toko perhiasan keluarganya Farrel-tempat dia kerja, dan sebelum dipecat doi di maki-maki di toko perhiasan mereka yang mana pengunjung lagi rame-rame nya, dipermalukan, harga dirinya diinjak-injak di muka umum dan yang terparah doi di jebak"

"Dijebak? Gimana?"

"Pasca dipecat, doi jadi pengangguran dan susah dapet kerjaan sampe suatu hari ada yang nelpon kalo di salah satu hotel lagi buka lowongan. Karna doi emang lagi butuh kerjaan, doi lansung ke hotel yang disebutin ditelfon. Dan sampe disana, doi gak mikir apa-apa lansung masuk ke kamar yang disebutin di sms yang dirim ke hp nya dia dan ternyata doi dijebak, didalam kamar udah ada beberapa suruhan keluarga Farrel doi hampir di lecehin dan diperk*sa"

"Separah itu?" Ian sampai membelalakkan mata mendengar cerita Gibran yang panjang lebar

"Makanya gue bilang mending lo relain Atika dan terima perjodohan itu. Gue yang udah nganggap Atika saudara sendiri juga gak bakal rela kalau Atika sampai disakiti apalagi diperlakukan gak pantas sama keluarga Ferdinan" Ian berpikir dan membayangkan jika hal semengerikan itu terjadi pada Atika,  membayangkannya saja membuat dirinya merasakan amarah yang besar di dadanya

"Tapi lo tau sebanyak itu darimana?"

"Bang Ervan sekelas ama Farrel waktu kuliah dan jadi sahabatan sampe sekarang" Ervan adalah kakak Gibran yang sekarang menjadi pimpinan di salah satu hotel besar di Makassar dan dibeberapa kota besar lainnya di Indonesia, meneruskan tongkat estafet ayahnya, karena itu lah Gibran di usianya yang tidak jauh dengan Ian masih bebas melakukan apapun keinginannya karena urusan perusahaan sudah di ambil alih oleh sang kakak, mungkin beberapa tahun lagi baru dia akan bergabung di perusahaan yang telah dirintis sang kakek buyut dan menjadi tongkat estafet keluarga mereka berbeda dengan Ian yang merupakan anak tunggal dari mami dan papi nya.

"Kok gue gak tau?"

"Dih, emang semuanya harus lo tau?" Gibran tertawa kemudian harus mengatupkan mulut saat Ian menatapnya tajam
"Oke lanjut, si cewe ini berhasil kabur dari tempat itu karena bantuan bang Ervan, karena pemilik hotel yang mereka tempati milik rekan bang Ervan dan entah dengan cara apa dan bagaimana dia bisa nyelamatin cewenya Farrel dari tempat itu karena bang Erfan cuma ceritain kalo dia yang bantuin Farrel buat keluarin cewenya dari sana"

"B*ngs*t. Gini amat takdir gue sampe gue harus ninggalin Atika yang ibarat air jernih dan harus tunangan apalagi nikah sama perempuan dari keluarga kayak air comberan gitu" Gibran menepuk pundaknya pelan

"Lo jalanin aja dulu bro. Takdir bener-bener gak ada yang bisa nebak, jodoh gak ada yang tau. Mungkin saat ini lo harus lepasin Atika tapi kalo emang Tuhan udah garisin tangan lo untuk berjodoh dengan dia, sejauh apapun jarak dan serumit apapun jalannya kalian pasti bisa sama-sama lagi" Ian berbalik menatap Gibran yang menatap nya sambil tersenyum
"Dan yang gue tau, Selly ini anaknya baik dan manis kok dan semoga aja anak-anak dari Ferdinan dan Siska gak ada yang warisi sifat ambisius orangtuanya. Contoh nya si Farrel ini kan"

🖤🖤🖤

Enjoy HIU 🤗😘

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang