Twenty Nine

3 1 0
                                    

"Aku gak yakin bisa kembali menumbuhkan harapan dihati aku. Yang kemarin terlalu menyakitkan buat aku, membuat aku beranggapan kalo Harapan itu angan, angan itu imajinasi dan imajinasi itu gak nyata."

"Tapi aku, aku yang akan membuat harapan itu bukan sekedar angan."Ucap Faiz yakin lalu kembali menyentuh dagu Atika dan membuatnya menoleh agar bisa menatapnya langsung.

"Setiap manusia punya masa lalu, pahit, manis, asam, itulah kehidupan. Seseorang akan naik kelas setelah ujian begitu juga kehidupan. Untuk itu izinkan aku untuk menyembuhkan bahkan membuatmu lupa jika pernah merasakan sakit itu" Setetes bulir bening lolos dari pelupuk mata Atika yang terus menatap mata Faiz.

"Loh kok nangis?"  Tanya Faiz menangkup pipi Atika dengan kedua telapak tangannya dan mengusap pipi gadis itu yang kembali basah karena airmata.

"Tapi aku takut, aku cuma jadiin kamu pelarian." Faiz tersenyum miring mendengarnya.

"Gak apa-pa, jadiin aku pelarian dan aku akan buat kamu gak bisa lari dari aku." masih menangkup pipi Atika, Faiz menatap kedalam mata lalu turun ke bibir 'tahan Faiz tahan, dia bakalan kabur dan menjauh kalo lo seagresif itu' ia membatin sambil mengenyahkan pikiran kotornya saat melihat bibir ranum gadis didepannya, dia pemuda normal tentu akan tergoda hanya dengan melihat bibir merah seorang gadis apalagi hanya mereka berdua yang berada di satu ruangan.

"Kamu mau kan kasih aku kesempatan?" Tanya Faiz lagi dan Atika lagi-lagi lebih dulu memutuskan pandangan karena tidak bisa mengatur laju detak jantungnya.

"Boleh kasih aku waktu?" Tanya Atika lirih, Faiz mengerutkan kening lalu menghembuskan nafas.

"Kamu mau menghindar lagi?" Tatapan Faiz menjadi sendu mendengar pertanyaan Atika.

"Ng.nggak. Kita ketemu seperti biasa, cuman aku belum bisa ngasih jawaban sekarang." Faiz yang mendengarnya hanya bisa menghembuskan nafas berat.

"Yaudah. Segimana enaknya kamu aja." Atika menoleh-menatap Faiz dan dibalas senyuman oleh Faiz yang membuat Atika juga ikut tersenyum.

"Mau pulang sekarang?" Atika menjawab dengan anggukan dan masih dengan senyuman.

• • •

Hari ini Atika masuk kerja shift siang, ia melirik jam didinding yang jarum pendeknya sudah menunjuk angka 1, ia baru ingin rebahan barang satu jam saat ponselnya bergetar sekali tanda pesan masuk.

Ia meraih benda tipis yang tergeletak di nakas samping ranjangnya lalu membuka notifikasi chat berwarna hijau. Beberapa pesan yang belum terbaca dan kebanyakan dari grup toko dan laporan-laporan kerjaannya, dan ia lebih tertarik untuk membuka chat yang berada dibaris paling atas-dari Faiz.

Faiz:
Assalamualaikum. Masuk shift apa?

Atika:
Waalaikumsalam. Entar masuk siang.

Faiz:
Udah makan siang?

Atika berpikir sejenak, 'aku belum makan siang yah? Tadi abis sarapan, bantu ibu beberes trus mandi dan keterusan nonton drakor recommended dari Alana. Ya kan belom maksi gue, pantesan perut udah kempes aja.' ia berdialog sendiri sambil menepuk jidat dan baru menyadari kalau pesan kedua dari Faiz sudah masuk lagi.

Faiz:
Mau nemenin aku makan siang?

Ia kembali berpikir, 'gak ada salahnya terima ajakan dia tik. Yuk cuss!' Sambil mengangguk ia mengetikkan balasan.

Atika:
Boleh. Ketemu dimana?

Faiz:
Aku didepan rumah kamu.

Whattt?? Seketika Atika bangun dari rebahannya lalu berjalan cepat ke arah jendela kamar yang bisa menampilkan keadaan depan pagar rumah, dan benar disana sudah terparkir mobil silver.

Hope Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang