Rigel Astero

5.6K 231 23
                                    


Langkah kaki mungil disertai dengan gelak tawa itu mampu membuat yang melihat gemas sendiri, tangan kirinya mengenggam erat sebuah miniatur tyranosaurus, ditangan kanan nya menjepit sebuah ciki rasa sapi panggang yang belum terbuka. Rigel melangkah mendekat ke arah mobil sedan berwarna hijau stabilo, memberikan senyuman terbaik saat seseorang menatap nya seakan berbicara 'kali ini apa lagi?' .

"Udah uncle bilang berapa kali? Kalo mau apa-apa tunggu uncle dulu, -- lelaki itu mengangkat makhluk mungil itu dan mendudukan di kursi depan -- kalo ada apa-apa gimana? Kalo kamu jatuh atau ketabrak tadi uncle bisa dibunuh daddy mu itu," pria itu melanjutkan omelannya. Sang anak hanya menunduk sambil menggerak-gerakkan tangan tyranosaurus nya.

"Darimana kamu?" Tanya si pria sambil menyetir dan menjauh dari kawasan parkir, pasalnya dia tadi ingin buang air kecil, dan berakhirlah di sebuah masjid. Saat dia kembali, anak nakal dan menggemaskan itu sudah melarikan diri.

"Beli ini," jawab si anak sambil mengangkat ciki nya tadi. Nino mengerem mendadak, dan meluruskan tangannya di depan dada anak itu agar tidak jatuh.

"Ya ampun, Rigel! Kamu beli ini uang darimana? Kamu bawa uang? Bayar ga tadi?" Anak bernama lengkap Rigel Astero itu menggeleng pelan. Nino menepuk jidatnya, lalu memutar balik ke arah tadi. Berhenti tepat didepan minimarket.

"Uncle, kata kakak nya aku glatis, jadi ga bayal," Rigel menselonjorkan kaki kecilnya dengan nyaman, lalu mulai menggigit ujung ciki itu.

"Kok gitu?"

Menelengkan kepala, Rigel tertawa sambil menguyah cikinya, "katanya aku ganteng, jadi ga bayal deh,"

"Ihh, tetap aja itu ga boleh Gel. Jangan kayak gitu lagi, kalo mau jajan bilang sama uncle, oke!?" Mereka berdua ber high five, baru setelahnya Nino keluar berniat membayar. Anak umur 3 tahun itu sudah sangat pintar berbicara dan berdebat, Nino takut jika yang dibilang Rigel tadi hanyalah bualan saja.

Rigel mengamati dari dalam saat Nino berjalan ke arah mobil, tangan kecilnya penuh dengan bumbu micin dari ciki itu dan dijilatnya satu persatu. Melihat itu, Nino mengambil tisu dan membersihkannya, Nino pun kembali menjalankan mobilnya setelah memberi anak itu air mineral.

"Uncle, Daddy kapan pulang?"

"Uncle ga tau,"

"Kok ga tau sih? Katanya olang dewasa tau apa aja, uncle belalti masih muda dong," Rigel menyipitkan mata sambil memonyongkan bibir.

"Uncle ini emang masih muda, Gel,"

"No,no,no, Uncle kan temen nya Daddy, Daddy udah tua belalti uncle juga tua," Rigel memiringkan badannya menghadap Nino yang menyetir sambil merebahkan badan, seolah -olah orang paling lelah di dunia.

Nino memijat pangkal hidung nya, "terserah kamu deh,". Melihat Nino pasrah, Rigel tertawa dengan keras sambil bertepuk tangan.

'Duh, kelakuan anak sama bapak nya sama-sama ngeselin, lu kapan balik sih Ken?' batin Nino menggerutu.

***

Flashback, 3 tahun yang lalu.

"Semua udah teratasi bos, rencana kita berhasil," sahut lelaki diseberang telpon. Pria yang dipanggil bos ini hanya balas menggumam.

"Hilangkan bukti, jangan sampai terendus, keluarga Mahendra punya orang cerdik," lalu, pria itu mematikan secara sepihak. Dia mengamati dari lantai apartemen mewahnya, seperti menerawang jauh tak terbatas melihat hamparan awan yang menutup langit, memakai baju kaos polos hitam dengan celana pendek selutut serta raut dingin nan tegas, Ken berusaha menahan gejolak di dadanya.

Ini bukan rencana kakeknya atau daddy nya tapi dia sendiri. Membuat rencana awal berantakan dengan memalsukan kematian, Ken berusaha mengambil alih semuanya. Bahkan, Ken tak mengajak Teddy dan Justin untuk kasus ini, dia sendiri, kecuali sahabat karibnya, bukan si Ajo ya tapi Aji. Ck! Ajo terlalu bodoh untuk kasus ini.

Ken penipu handal, dia seolah ingin balas dendam seperti yang keluarganya lakukan, tapi bukan itu alasannya. Ken memang terlahir menjadi keturunan mahendra yang keras kepala, egois, dan seenaknya. Maka biarkan dia untuk menyelesaikan masalah nya sendiri kali ini, tak kan ada campur tangan keluarga, Ken membuktikan jika dia laki-laki mandiri yang bisa menemukan istri dan calon anaknya.

"Ken?" Diambang pintu sosok Aji perlahan mendekat.

"Lo yakin? Menurut gue lebih gampang kalo keluarga lo---"

"Gue bisa! Gue yakin gue bisa Ji! Kalo lo ga mau bantu, silahkan pergi dan rahasiakan," Ucap Keano memotong perkatakan Aji dengan datar.

Aji menggeleng pelan,"lo sahabat gue, meski lo lebih deket sama Ajo tapi lo tetap sahabat gue," Aji tersenyum tipis, saat melihat Keano menganggukkan kepalanya pelan.

Flash end.

Keano melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruang rawat vvip mewah, membuka pintunya dan tersenyum, istrinya masih bernapas walau melalui selang oksigen dan selang lainnya yang menunjang kehidupan nya saat ini. Mengelus kepala Caramel dengan lembut sedikit bergetar mengingat sang istri belum menampakkan perubahan yang signifikan, setelah tragedi kembali terjadi. Keano duduk disamping nya, setelah menyempatkan mencium kening Caramel.

"Hai, kamu kapan bangunnya sih?! Cape aku yang," suaranya seperti rengekkan anak kecil.

"Jagoan kita udah mulai gede, ganteng banget lagi kayak aku. Aku ga tau ternyata dia udah lahir saat aku sampe,"

"Maaf banget ya, aku kayak jago banget untuk bikin kamu sengsara terus, bego banget kan?"

"Rigel, dah mulai suka bacotin uncle-uncle nya wkwkwk, sekarang giliran Nino yang jaga, Nino yang kasih nama yang, untung anak kita dikasih nama keren, coba kalo nama yang jelek pasti udah baku hantam aku sama dia,"

"Lain kali aku pasti bawa dia kesini, tapi aku takutnya ga tega yang, kalo Rigel nanya macem-macem gimana? Aku bingung,"

"Cuekin aja aku terus, kamu ga mau ketemu oma? Oma udah tua banget sekarang, rebahan mulu dikamar. Tapi aku belum bisa jengukin, karna status aku masih jadi orang mati,"

"Aku tuh kesini karna lagi kesel juga, Rigel kayaknya lebih sayang ke Nino, Padahal aku berusaha banget buat deket tapi ya gitu, mungkin karna aku ketemu Rigel saat umur dia udah satu tahun kali ya? Sedangkan Nino kan saat masih bayi gitu, Ck! Tetap aja aku kan Daddy nya, kesel banget aku," Keano bercerita dengan bersungut-sungut, menghujat atas nama Nino karna saking kesalnya.

"Love you My Wife,"

Keano terus menggenggam tangan Caramel dengan sangat hati-hati karna banyak jarum tertancap disana. Mata keano berair lagi, selalu seperti ini, bukan salahnya, kondisi saja yang selalu mengharukan. Sekarang dia yang lebih banyak mengeluarkan air mata, entah sampai kapan. Caramel nya, istrinya, ibu dari anaknya, bisa saja pergi kapan pun, meninggalkan semuanya.

TBC !!
VOMENT GUYS!!

SAD GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang