Happy Or Sad

6.9K 263 3
                                    

Jangan jadi readers gelap ya, Ayo dong bantu Vote klik tombol BINTANG..

Tinggal di klik doang lo gaes, gak akan bikin pahala kurang...

Oke, Happy reading..

Sebuah mobil mewah terpakir di tempat yang seharusnya, mobil hitam mencolok dengan warna sedikit memiliki efek glitter yang terkesan sangat mewah. Waktu menunjukkan pukul 9 malam, perdebatan tiada henti dengan wanita di samping nya ini memakan waktu yang cukup lama. Sifat manja dan kekanakan membuat Keano harus lebih ekstra bersabar. Hingga seorang pria paruh baya mendekat dengan tampilan yang berkelas. Caramel mengeryitkan dahinya tak mengerti, ada apa ini?

Keano menggandeng tangan Caramel melangkah diatas red carpet, tak banyak orang disana hanya mereka bertiga.

"Kita sebenarnya mau apa Ken?" Caramel berjalan susah karna gaun yang dia kenakan sungguh tidak nyaman. Apalagi kini dia harus memakai heels yang lumayan tinggi.

"Makan," jawabnya singkat.

"Makan kok tempatnya kayak gini?" Keano menatap Caramel. Memuja sekali lagi akan kecantikan istrinya malam ini. Dia tersenyum.

"Gak suka?" Caramel menggeleng. "Aku suka, tapi kok sepi banget. Aku takut," Keano menyelipkan jemarinya dengan Caramel, menatap meyakinkan jika tak akan terjadi apa-apa. Berbeda dengan Caramel yang menatap khawatir.

"Duduk," Caramel mengangguk patuh. Sampai pria paruh baya tadi membawakan santapan lezat yang menggugah seleranya. Keano berdehem.

"Mau gue bantu?" Caramel mengangguk, menatap lapar makanan di depannya. Mereka makan dengan hening. Sampai suara ledakan cukup besar mengagetkan mereka. Caramel melihat ke langit, binaran matanya sampai membuat Keano berhenti napas sesaat. Sangat cantik.

Caramel tersenyum lebar, tampak sangat bahagia dengan kembang api yang sangat memukau di atas langit. Sungguh luar biasa.

"Suka banget kayaknya, sampai gue di cuekin," Caramel terkekeh. Melihat ke arah Keano, namun yang menjadi sorotannya adalah tulisan berlampu emas yang terpasang tak jauh di belakang Keano.

Caramel terdiam. Suaranya tercekat dengan badan gemetar. Dia--Keano sedang berlutut dihadapannya dengan sebuah kotak yang menampilkan cincin berlian yang sangat indah. Caramel membekap mulutnya sendiri, sulit dipercaya.

"Caramel, aku tahu ini mungkin akan membuat kamu syok, tapi aku ingin mewujudkan apa yang belum bisa aku berikan waktu itu, waktu yang harusnya aku menerima kamu malah aku yang bikin luka di hati kamu. Gak masalah kalau kamu benci aku Mel, aku tahu kesalahan aku fatal,"

"Caramel, aku ingin semuanya menjadi saksi cinta kita, bahkan bulan dan bintang pun aku undang. Kamu matahari, kamu bisa sinari kegelapan yang selama ini mengikuti ku, menenggelamkan ku di titik terendah. Aku bajingan, aku brengsek yang dengan begonya jatuh dalam pesona gadis kampung. Kamu apain aku Mel? Kenapa aku lemah cuma karna liat kamu nangis?  kenapa aku sakit liat kamu terluka? Aku tahu ini sudah terlambat tapi aku dengan segenap keyakinan ku berlutut didepan kamu. Will you marry me?"

Caramel menangis dalam diam, di tengah lampu yang semula padam mulai di hidupkan serentak, membuat pandangannya terangkat melihat semua orang berkumpul. Kapal pesiar yang semula sepi kini berubah sesak saking banyak nya orang yang datang. Di tengah itu Caramel menatap satu per satu orang yang dekat dengannya. Ada Ajo beserta kembarannya, semua teman-teman kampus mereka, dan ada Oma Shinta yang hilang bagai di telan bumi kini muncul dihadapannya. Caramel ingin memeluknya, namun senyuman lembut wanita tua itu seakan menyiratkan agar dia tetap disana.

"Mel? Jawab aku,"

Caramel membawa Keano berdiri, mengusap keringat di dahi lelaki itu. "Kamu gak perlu melakukan ini semua Ken? Aku istri kamu, baik itu dengan ada nya lamaran atau tidak. Aku mencintai kamu tulus, gak ada alasan untuk menolak kamu. Tanpa aku jawab pun kamu tahu jawabannya, Ken," Keano tersenyum lembut, menambah tingkat ketampanannya membuat semua wanita disana menahan napas.

"So?"

"Yes, i will Keano,"

"Dan satu lagi-- Keano mengeluarkan secarik kertas dari dalam jas nya, menatap Caramel-- ini surat perjanjian kita dulu," Keano merobek kertas itu menjadi kepingan kecil, Caramel tertawa pelan diikuti oleh Keano.

Mereka berpelukan. Semua orang bertepuk tangan. Kini tak ada lagi yang akan melihat Caramel dengan sebelah mata. Bunyi musik mulai terdengar, semua yang punya pasangan mulai berdansa di tengah kapal. Gemerlap lampu-lampu menambah kesan mewah suasana malam itu. Di tengah acara, Caramel terbelalak menatap satu orang lelaki dengan wajah dingin. Caramel mendekatinya dengan kepala tertunduk, meremas tangan di depan dada. Sangat jelas kegugupannya.

"No?" Nino tertawa geli, membawa Caramel ke dekapannya dan langsung dibalas erat oleh Caramel. Wanita itu menangis di pelukan lelaki hebat yang selama ini menguatkannya. Lelaki tangguh yang menjadi sandarannya, siapa pun wanita yang mendapatkan hati Nino dia sangat lah beruntung. Keano melihatnya dengan tangan terkepal. Namun, tepukan dibahunya membuat Keano menatap orang di sebelahnya.

"Biarin dulu, lo tau kan jasa Nino buat Caramel?" Keano melewati Ajo tanpa kata-kata lagi.

"Jangan nangis, bentar lagi mau jadi Mama, masa masih cengeng aja," Nino mengelap air mata Caramel dengan punggung tangan nya. Nino terkekeh.

"Makasih untuk selama ini No," Nino mengangguk. Sejujurnya dia merasa kehilangan, tak ada lagi yang akan dia jaga. Nino kehilangan satu lagi adiknya.

"Balik sana sama Ken, tadi aku liat dia ngeliat kita pelukan. Suami posessive  kamu tuh nyebelin, aku gak mau berantem sekarang," Caramel mengangguk.

"Kamu mau kemana?" Tanya Caramel.

"Aku mau pulang Mel, jaga diri kamu baik-baik. Aku gak bisa selalu jagain kamu lagi, kan udah ada suami kamu," Caramel ingin menangis lagi rasanya, matanya sangat perih saat kalimat itu terucapkan.

"Aku udah kehilangan kamu kah?" Caramel mengerjapkan matanya agar air mata tak keluar begitu saja. Keano menggeleng.

"Aku gak akan lepasin kamu. Kamu gak bakal kehilangan aku. Aku jagain kamu dari jauh. Kamu adik aku satu-satunya," Caramel mengangguk. Membiarkan Nino pergi dari tempat itu. Caramel menghela napas pelan.

Di tengah ramainya orang, Caramel berjalan tanpa heels di kakinya. Kini dia hanya berjalan dengan kaki telanjang. Caramel berdiri mencari keberadaan Keano. Sampai suara tembakan menggelegar, membuat semua orang berteriak panik. Tubuh Caramel yang kecil di tabrak begitu saja. Suara teriakan seperti pengantar jalannya acara.

DUAARR!!

Suara tembakan terdengar lagi, semua orang terus berlari meninggalkan kapal mewah itu, namun tanpa di duga pintu utama tertutup begitu saja tanpa tau siapa pelakunya. Caramel merasakan sakit dan sesak secara bersamaan, tubuhnya dibawa oleh orang-orang panik yang berlarian. Satu air mata terjatuh begitu saja, Caramel memegang perut berusaha melindungi bayinya. Suara nya tak bisa terdengar, memanggil nama Keano berulang kali tapi hanya kicauan manusia yang terdengar.

Caramel terjatuh kemudian bangkit, kejadian itu terulang beberapa kali. Rasa sesak di dadanya semakin bertambah saat di depannya ada seorang pria lengkap dengan pakaian hitam dari kepala hingga ujung kaki. Caramel mendongak meminta pertolongan, namun lelaki itu menodongkan pistol ke arahnya. Caramel menutup mata bersamaan terdengarnya suara tembakan untuk kesekian kalinya.



TBC!!

VOMENT!!

SAD GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang