Mood bumil

8.8K 314 7
                                    

Jangan jadi readers gelap ya, Ayo dong bantu Vote klik tombol BINTANG..

Tinggal di klik doang lo gaes, gak akan bikin pahala kurang...

Oke, Happy reading..

Caramel benci, kenapa dia jadi seperti ini, lemah hanya karna perlakuan manis dari suami, padahal dulu Keano lah yang membuat hidupnya sengsara, harusnya Caramel pergi dan tak menghiraukan Keano lagi, tapi bagaimana? Dia pun tak mengerti, niat yang awalnya akan menjauhi Keano pupus begitu saja, Caramel kesal pada dirinya.

Seperti sekarang, dia sudah berada di mobil mewah itu lagi, Keano memaksanya pulang ke rumah mereka yang dulu. Dan Caramel hanya menurut.

Menghembuskan nafasnya pelan, wanita itu menatap area taman bunga di pekarangan rumah, mobil itu diparkirkan sembarangan, membuat semua pekerja dirumah itu keluar menyambut Tuan dan Nyonya besar.

Caramel tercengang, rumah nya dan Keano dulu tampak lebih hidup dengan warna cerah dan bunga- bunga indah mengelilingi. Pandangan Caramel jatuh pada sosok perempuan paruh baya yang menatap nya penuh haru, Caramel bergerak cepat namun suara bariton lebih dulu menginterupsinya.

"Jangan turun dulu" Caramel menoleh, melirik Keano yang berjalan memutari mobil dan tepat di sebelah Caramel sekarang, ternyata lelaki itu membuka kan pintu untuk nya.

"Makasih" Keano hanya mengangguk, sambil tersenyum lembut.

"Kalian bawa barang-barang ke dalam" Ucap Keano kepada pekerja. Semua mengangguk.

"Kok jadi banyak pekerja nya Ken?" Keano tak langsung menjawab, malah merangkul pundak Caramel, mesra. Caramel masih menoleh menunggu jawaban.

"Biar lo gak capek" Keano menyentil hidung mungil itu, ingin rasanya Keano mengigitnya.

Caramel mengangkat kedua bahunya, lalu berlari cepat menuju wanita paruh paya, memeluknya erat, mereka seperti ibu dan anak yang di pisahkan.

***

Di dalam kamar dengan ukuran besar, suara pecahan kaca dan benda-benda keras saling berjatuhan, memekakkan telinga yang mendengar. Seorang gadis memutar matanya malas melihat kelakuan sahabatnya.

"AKH! BRENGSEK! ANJING!" Dengan sekuat tenaga Bianca melempar vas keramik satu-satunya ke lantai.

"Udah deh Bi" Laras tak sanggup lagi melihat kacaunya Bianca, emosi yang tak tertahan bisa-bisa melukai dirinya sendiri. Sudah berjuta kalimat penenang yang dilontarkan Laras, namun itu hanya sekedar angin saja.

"CEWEK SIALAN! BERANI LO REBUT MILIK GUE! " Bianca memukul kaca rias miliknya, melampiaskan rasa amarah yang sudah tak terbendung, apalagi dari tadi dia menghubungi Keano tak satu pun balasannya.

"Lo masih bisa balas dendam, lo bisa rebut lagi Ken dari si kampungan itu" Bianca melirik Laras di atas tempat tidurnya, benar, apa yang dikatakan Laras memang benar.

"Gue bakal hancurin jalang itu! Dia harus mati!" senyum iblis terbit dari kedua bibir Bianca.

" Tapi lo gak bakal bisa balas dendam di kampus, lo harus cari cara lain" Gadis itu sibuk berkaca di ponsel mahalnya melirik Bianca yang menggulung rambutnya asal ke atas.

"Maksud lo apa?" Laras menghembuskan nafas kasar sambil memutar bola matanya.

"Lo liat kan perlakuan Ken sama si kampungan itu, kalo lo cari gara-gara di kampus, yang ada lo yang bakal di keluarin dari sana, C'mon Bi cowok lo itu yang punya kampus" Bianca mengepalkan tangannya, tak habis pikir apa yang sudah dilakukan Caramel sehingga Keano begitu baik dan manis padanya.

SAD GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang