Nino dan Axel

4.3K 168 17
                                    

Jangan jadi readers gelap ya, Ayo dong bantu Vote klik tombol BINTANG..

Tinggal di klik doang lo gaes, gak akan bikin pahala kurang...

Oke, Happy reading..

"Ken, masih marah?" tanya Mahendra sambil mengelus pundak lebar itu. "Kakek gak bermaksud bicara seperti itu Ken," Keano mendengus kasar.

"Dia berarti banget ya? Nanti kalo kita udah bisa selamatin istri kamu, kenalin ke kakek ya, kakek juga pengen gendong cicit," ucap pria lansia itu dengan terkekeh. Meskipun sudah berumur 65 tahun, tapi Mahendra masih nampak wajah limited edition nya.

Angin pun menerbangkan rambut keduanya, tak ada yang bicara setelah itu. Tiba-tiba saja suasana menjadi canggung. "Maafin kakek Ken,"

Keano menghela nafas panjang, merapatkan duduk nya pada Mahendra."Ken ga marah kek," Mahendra melihat penuh binar pada cucunya. Cucu kebanggaannya. Lalu entah siapa yang memulai duluan, akhirnya kakek dan Cucu tersebut saling berpelukan. Patih yang melihat adegan itu tersenyum geli. Dari dulu Keano memang lebih dekat dengan Mahendra ketimbang dengan dirinya.

"KAKEKKK!!"

Pelukkan mereka terlepas, lalu menoleh ke belakang, tak lama suara kekehan keluar dari mulut Mahendra saat Qibel memeluk punggung itu erat. Keano pun ikut terkekeh melihatnya.

"Bebel udah semakin berat ya? Udah gede princess nya kakek," Qibel mengusel wajahnya di leher Mahendra lalu meliuk-liuk kan badannya, malu.

"Kenapa?" Tanya Mahendra tapi Qibel hanya menggeleng cemberut. Bibirnya semakin monyong saat Keano menjepit pipi tembem itu dengan jari-jarinya. Semua orang yang menyaksikan semakin gemas.

"Kakek sama abang pelukkan nya hanya beldua, ga ngajak-ngajak Bebel,"

"Jadi Bebel mau di peluk juga? Sini Papa peluk, kita sama Bel, Papa juga ga diajak pelukkan," Ucap Patih pura-pura sedih juga.

"Ga mau, Bebel mau di peluk Abang," Ucap Bebel dengan suara bergetar menahan tangis.

"Ya udah sini Abang peluk," Qibel langsung meloncat dari pelukkan Mahendra ke pelukkan Keano. Membuat Keano dengan sigap menangkap makhluk kecil itu. Qibel terkekeh, lalu mencium pipi Keano dengan bibir kecilnya. Keano pun membalas dengan puluhan ciuman membuat Qibel tertawa lepas.

"U--hahaha-udahhh hahahah Abaaangg," Qibel sudah susah tertawa, tapi Keano masih melancarkan aksinya dengan mengelitik perut adiknya itu.

"Mamaaa tolooonngg Bebeeelll," Qibel menjangkau-jangkau Anya yang berada di pelukkan Patih dengan tangan kecilnya.

"Aaabannggg!!" Mendengar ucapan Qibel yang sudah merengek membuat Keano menghentikan aksinya. Sedangkan Qibel sudah kembali meloncat ke pangkuan Mahendra membuat Keano mengacak-ngacak rambut lurus itu.

"Udah udah sini. Kita makan sama-sama. Mama udah masak banyak dan semuanya kesukaan kalian loh,"

"Yeeyy, Bebel ga mau pake nasi ya Ma,"

"Eh, kok gitu. Ga boleh, harus pake nasi kalo gak mana kenyang Bel," Qibel cemberut lalu berlari sendiri menuju meja makan. Semua orang mengikutinya.

***

Hembusan angin yang cukup kencang, dua manusia itu saling memandang ke arah langit dengan pandangan menerawang.

"Xel?" Yang ditanya tak menjawab, hanya diam diantara mereka. Hanya ada hembusan asap rokok dari mulut lelaki itu.

"Axel,"

"Axel, lo bisa dengerin gue sekali aja gak?" lelaki itu hanya memandang dengan tatapan 'Apaan?'

"Kita gimana?"

"Apanya sih?!" Tanya Axel malas dan memandang Christy tanpa minat.

"Kita. Hubungan kita,"

"Ga ada,"

"Xel, gue udah nemenin lo dari awal. Lo balas dendam sama keluarga Mahendra gue bantuin, apa lo gak ngeliat perjuangan gue?"

"Perjuangan apaan? Lagian gue ga pernah minta,"

"Kita sama-sama berasal dari keluarga mafia Xel, dan lo tau sendiri kalo kita dijodohin,"

"Dari dulu gue gak pernah suka sama lo,"

"Apa gak ada sedikit rasa buat gue?"

"Gak,"

Christy menatap tajam punggung Axel yang perlahan menjauh. Dan mulai membanting benda apa saja yang ada di sekitarnya. 

***

"Jo?" Bukannya Ajo yang melirik melainkan Aji, kembarannya.

"Apa?"

"Lo liat tuh si kampret, anjir bener. Gak disini gak di Indo jiwa playboy tetap berkembang," Aji melirik Ajo yang duduk dengan manis nya menatap Jessi yang tengah memasak kue, sesekali cowok itu akan mengedipkan matanya membuat Jessi memerah malu.

"Namanya juga Ajo. Lu kagak tau aja, ilfil gue sebenarnya punya kembaran macam dia," Keano tergelak. Membuat Jessi yang mendengar nya menoleh.

"Kenapa kak?" Tanya Jessi heran. Pasalnya tidak ada kejadian yang lucu. Jessi merasa aneh dengan Keano.

"Ga ada lanjut aja," ucap Keano kembali memasang tampang datarnya.

"Woi Ken, kayak nya lu udah gila ya? Kelamaan ditinggal Caramel jadi gini nih,"

"Mau gue pecah otak lu!" Sontak Ajo langsung membentengi kepalanya dengan tangan. Membuat Jessi tertawa geli. Sedangkan Aji tentu saja melihatnya dengan tatapan cuek.

Akhir-akhir ini memang Keano menjadi sedikit sensian dengan nama Caramel, siapa saja yang menyebut nama Caramel mood Keano pasti langsung berubah. Contohnya saja seperti ini, Keano langsung beranjak naik ke lantai atas untuk melakukan aktivitas galaunya.

Memang susah jika sudah menyangkut cinta, apa saja bisa terjadi. Orang jenius sekali pun akan idiot jika berurusan dengan kata ini. Cinta. Hanya satu kata tapi punya banyak makna. Salah satunya, Cinta berani berkorban, apa saja akan dilakukan jika itu membuat nya senang. Alasannya simpel, dia bahagia kita juga bahagia.

Tapi Keano bukan orang seperti itu. Dia agak berbeda, dia lelaki dengan sejuta kedinginan yang membekukan. Dengan kalimat kasar dan sifat arogan yang sangat kental.

***

Pintu itu terbuka menampilkan sosok yang sudah lama tak dia lihat. Axel mendengus saat lelaki itu dengan santainya meminum minuman alkohol miliknya.

"Udah berapa lama lo di Indo?"

"Lo gak perlu tau,"

"Dih, sombong bener lo anjing," Axel terkekeh melihat raut lempeng sahabatnya.

"Kenapa bisa tau gue disini?" Dia tak menjawab, lelaki itu asyik meminum minuman itu dengan nikmat.

"Jawab gue!"

"Ish! Nyokap lu lah," Axel memicingkan matanya menatap ke arah sahabat lamanya.

"Mansion segede ini gak ada pelayan nya apa, masa gue datang gak di sambut?" Axel menepuk punggung sahabatnya pelan.

"Lo pasti ada masalah? Bilang sama gue ada apa?"

"Ga terlalu penting,"

"Ayolah, gue kenal lu dari kecil No,"

Lelaki itu hanya tertawa," gue laper, makan yok," Ucap nya sambil cengengesan.

"Anjing lo, Nino!!" Ucap Axel saat lelaki yang dia sebut 'Nino' merampas sebuah kalung di lehernya. Tangan nya mengepal bersamaan dengan suara tawa yang semakin menjauh.

TBC!!

VOMENT!!

SAD GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang