—————
Sebuah bus berhenti di depan halte, kemudian keluarlah seorang gadis yang berpakaian seragam dari dalam bus. Ochi membelalakkan matanya ketika melihat jam tangannya menunjukkan angka tujuh. Kemudian ia segera berlari menuju ke arah sekolahnya dan berharap semoga gerbang sekolah belum ditutup.
Ochi mengatur napasnya yang terengah-engah dengan keadaan dirinya yang sudah berkeringat dan rambutnya sudah berantakan. Kemudian ia menatap ke arah gerbang sekolah yang sudah ditutup oleh satpam. Ia memukul-mukul gerbangnya agar segera dibuka, namun sayangnya pos satpamnya kosong dan tidak ada satpam di sana.
Berkali-kali ia mengumpat dan mendengus kesal. Hari ini mungkin hari yang sial baginya karena tadi bangun kesiangan dan sekarang ia terlambat ke sekolah.
"Bukain gerbangnya dong," teriak Ochi agar seseorang yang mendengarnya datang ke sini untuk membukakannya.
"Bukain please gue pengen belajar di sekolah, masak gak bolehin muridnya masuk ke sekolah," keluh Ochi.
Ia menghentakkan kakinya kesal karena gerbangnya tak kunjung di buka. Masak ia harus pulang ke rumah kan percuma ia buang-buang waktu untuk datang ke sekolah. Kemudian ia celingak-celinguk mencari cara agar ia dapat masuk ke dalam sekolah.
Tin tin tin
Ochi tersentak kaget mendengar suara motor yang berada di sampingnya. Seorang siswa yang duduk di atas motor dengan seragamnya yang berantakan dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam membunyikan klakson motornya berulang kali agar gerbang sekolahnya segera dibuka. Ternyata dia juga terlambat seperti dirinya.
"Heh percuma lo bunyiin klakson motor lo. Gue udah teriak-teriak dari tadi belum ada yang mau bukain," ucap Ochi kepada siswa itu.
"KALIAN BERDUA CEPAT MASUK DAN LAKSANAKAN HUKUMAN KARENA SUDAH TERLAMBAT!" teriak Pak Ian dari jauh menuju ke gerbang sekolah untuk membukakan kedua anak didikannya yang terlambat.
"See ada yang bukain," ucap siswa itu sambil membuka kaca helm full face dan menampilkan wajahnya yang tersenyum remeh.
Ochi membelalakkan matanya terkejut. "Oscar!"
Kemudian Oscar segera menjalankan motornya untuk masuk ke dalam sekolahan dan dengan rasa malas sekaligus terpaksa Ochi harus mengikuti Pak Ian yang ingin memberikan hukuman kepadanya.
Saat ini Ochi dan Oscar berada di tengah lapangan. Mereka berdua mendongakkan kepalanya seraya memberikan hormat kepada bendera merah putih yang berkibar di atas. Di pinggir lapangan ada Pak Ian yang setia mengawasi siswa-siswinya yang sedang menjalankan hukumannya.
Pagi ini sinar matahari terasa panas menyengat di kulit. Keringat telah keluar membasahi tubuhnya. Untung saja Ochi memakai kaos dalam sehingga jika seragamnya basah tidak mencetak bentuk dalamannya. Berkali-kali Ochi mengusap keringat yang bercucuran di dahinya bahkan tangan yang digunakan untuk hormat ia gunakan untuk menutupi wajahnya agar tidak terkena silauan matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager? [END]
Teen FictionSebelumnya follow wattpadku dulu ya!! Ini cerita tentang Hannele Sharren atau yang biasa dipanggil Sharren. Seorang wanita berusia 38 tahun yang sudah berkeluarga. Dirinya berubah menjadi seorang remaja berusia 17 tahun. Saat ia kembali menjadi rema...