36

4K 420 45
                                    

"ck, brengsek!!"

Sudah kesekian kalinya Mark mengumpat sejak sore tadi setelah ia sampai di rumah, tepatnya setelah bertemu dengan laki laki asing yang kurang ajarnya berhasil membuat Mark tidak bisa melupakannya.

Mark itu orang yang terlalu pemikir, bahkan hal kecil pun akan ia pikirkan. Anggaplah laki laki asing tadi hanya bercanda dan tidak ada maksud lainnya, tapi siapa yang tidak terus menerus teringat ketika candaan yang terlontar itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya?.

"arghh sialan!, lama lama stress gue kalo gini terus" gerutunya sambil mengacak acak sprei kasur yang sedang ia tempati.

Mark menghembuskan napas beratnya, ia selalu benci untuk berkeluh kesah. Tapi demi menghindari stress yang tidak diinginkan, maka saat ini juga Mark membutuhkan teman untuk mengeluarkan unek unek nya.

Mark bangkit dan melangkah ke pintu kamar. Tapi, belum benar benar telapak tangannya menyentuh kenop pintu, otaknya kembali dihinggapi kebingungan. "tapi, gue cerita ke siapa dong?"

Lagi, Mark menghembuskan napas berat untuk kesekian kalinya. Susah memang menjadi satu satunya yang mengetahui tentang rahasia keluarga, terlebih itu tentang dirinya sendiri.

Mark memang tidak peduli sampai kapan rahasia ini akan berakhir. Namun, tidak bisa dipungkiri jika di lubuk hati terdalamnya selalu menginginkan berakhirnya rahasia ini. Sebab, terkadang Mark lelah menanggung beban rahasia ini sendiri tanpa ada seorang pun yang bisa untuk diajak berbagi.

Mark menyandarkan punggungnya pada pintu lalu mendudukkan dirinya di lantai marmer kamar yang ia tempati. 'mau sampe kapan sih?' -lirihnya dalam hati.

'MARGARETTAAA!!!, KUCING KUCING LO NIH AH!, GIGITIN KAKI GUE MULU!'

Suara teriakan yang tiba tiba terdengar itu, membuyarkan semua suasana penuh kelabu yang Mark rasakan. Tidak perlu ditanya lagi, sudah jelas dan pasti kalau itu adalah Faris si biang gaduh.

'APASIH FARIS BERISIK BANGET!, AKU NGGAK PUNYA KUCING YA!!'

Dan suara melengking ini, dapat dipastikan juga jika Retta lah pelakunya. Ditambah lagi, hanya Retta saja yang sudi meladeni segala kegaduhan yang dibuat Faris.

'BODO AMAT!, POKOKNYA BAWA SEMUA PELIHARAAN LO DARI KAMAR GUE SEBELUM GUE KULITIN HIDUP HIDUP!'

'IH KEJAM!. AWAS AJA KALO BERANI SAKITIN OREO SAMA CHOCO, AKU PANGGANG KAMU HIDUP HIDUP DI OVEN PIZZA PUNYA GRANDMA!!'

'YA LO SAMA KEJEMNYA LAH KALO GITU!'

'BODO AMAT YA!, AKU NGGAK PEDULI!. OREO!, CHOCO!, SINI NGGAK USAH DEKET DEKET ORANG JAHAT!"

Dan yang terakhir ini, adalah Faesol yang pastinya selalu menjadi penengah dan pelerai dari kegaduhan Faris dan Retta, ya walaupun dengan cara yang sama gaduhnya juga sih.

Retta dan Faris yang saling berteriak dari sisi yang berlawanan. Retta yang ada di sisi kanan lantai dua, sedangkan Faris berada di sisi kiri lantai dua. Membuat suara mereka berdua bergema di seluruh penjuru rumah. Jadi, wajarlah jika bukan hanya Faesol merasa terganggu, melainkan seluruh penghuni rumah.

Setelah ketiganya memasuki kamar masing masing tidak lupa juga membanting pintu sebagai luapan emosi, suasana kembali hening. Mark yang masih terduduk bersandar di pintu kamar, tiba tiba saja otaknya menemukan satu satunya orang yang dapat ia ajak bertukar cerita.

Dengan sedikit senyum yang tersemat di bibirnya, Mark keluar dari kamarnya dan melangkah menuju salah satu kamar yang ada di sisi lain lantai dua. Namun saat melewati tangga, tidak sengaja ia bertemu dengan Taecyon dan Junho yang tepat sekali menginjakkan kakinya di lantai dua.

Saudara Baru (NCT and OC) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang