"Papa.." Nana terbangun ketika Nayla menempelkan stetoskop di dadanya. "Papa dimana?"
Nayla tampak kebingungan dengan pertanyaan Nana, pasalnya kamar anak itu sudah kosong ketika ia masuk dan iapun tak tau dimana keberadaan Naren saat ini.
"Papa dimana??" Nana kembali bertanya dengan mata berkaca-kaca.
"Hng.. papa kamu masih makan. Sebentar lagi pasti balik kok, Nana jangan nangis ya?"
"Dokter mau suntik Nana?"
Nayla terkekeh pelan, "Enggak kok, Sayang. Siapa yang bilang dokter mau suntik Nana?"
"Papa sering bilang, kalo Nana banyak makan permen nanti Nana sakit. Terus kalo Nana sakit nanti pantatnya disuntik sama dokter."
Nayla mengulum senyum kemudian menarik kursi di sebelah ranjang Nana, "Iya, kalau sakit karena banyak makan permen nanti pantatnya disuntik, tapi sekarang Nana kan sakit bukan karena makan permen."
"Terus karena apa? Pasti gara-gara banyak makan stobeli ya?"
Nayla tak dapat menyembunyikan senyumnya, anak di hadapannya ini benar-benar menggemaskan. "Nana suka strawberry?"
Nana mengangguk, "Papa sering beliin Nana stobeli terus Nana yang habisin sendiri."
"Lho? Papa nggak dikasi?"
"Papa nggak suka stobeli, jadinya Nana yang makan semuanya."
"Oh gitu," ucap Nayla. "Terus Mama juga nggak dikasi?"
"Mama..?"
"Nana sudah bangun?" Baik Nayla maupun Nana menoleh ketika Naren tiba-tiba datang.
"Papa udah selesai makannya?" tanya Nana.
Naren tampak kebingungan, "Makan?"
"Tadi Bu Dokter bilang katanya Papa masih makan."
Nayla tersenyum canggung kemudian mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
"Oh iya, udah selesai kok, Sayang," ucap Naren. "Bu Dokter udah daritadi?"
"Sekitar 10 menit," balas Nayla.
"Bu Dokter baik banget, Pa. Pantat Nana juga nggak disuntik."
Naren menarik kursi di sebelah ranjang Nana kemudian duduk berhadapan dengan Nayla. "Iya, tapi kalo Nana banyak makan permen nanti disuntik."
"Iya. Tapi kata Bu Dokter, Nana sakit bukan gara-gara banyak makan permen."
"Terus sakit karena apa?" tanya Naren.
Nana tampak berpikir kemudian mengalihkan pandangannya pada Nayla, "Sakit karena apa ya, Bu Dokter?"
"Karena Nana terlalu banyak makan strawberry," ucap Nayla asal.
"Oh iya, lupa hehehe." Nana menepuk dahinya.
Baik Naren maupun Nayla tersenyum melihat tingkah Nana hingga netra mereka tak sengaja bertemu dan akhirnya menjadi canggung satu sama lain.
"Saya permisi dulu." Nayla bangkit dari tempat duduknya.
"Bu Dokter mau kemana?" tanya Nana.
"Bu Dokter mau periksa yang lain dulu ya."
"Tapi.. tapi nanti Bu Dokter kesini lagi kan?"
"Iya, Sayang." Nayla mengusap lembut pucuk kepala Nana.
"Yey!!" Nana bersorak kegirangan.
Nayla tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya pada Naren. "Saya permisi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...