Naren baru saja membuka gerbang rumah Andy ketika sebuah bola air mengenai dadanya hingga membuat kaos hitamnya menjadi basah kuyup. Laki-laki itu memejamkan matanya kemudian menghela napas panjang.
Sementara itu, kelima bocah yang sedang main air itu hanya mematung di tempatnya masing-masing. Terutama si tersangka utama yang kakinya kini sudah gemetar.
"Aku kan udah bilang lemparnya jangan keras-keras, Hachi," ucap si yang paling kalem alias Zeno.
"Hachi sih bandel banget, padahal udah diingetin tadi sama Zeno," timpal si kalem nomor 2 a.k.a Rena.
"Nahloh, Om Naren pasti bakal marahin Hachi habis ini," ucap si kompor, Icung.
Hachi masih bergeming di tempatnya, matanya tampak berkaca-kaca, untung saja ia tidak ngompol karena saking takutnya.
"Hachi jangan nangis, Papa nggak mungkin marahin kamu kok." Nana mengusap punggung teman sejawatnya itu.
"SIAPA YANG LEMPAR?!" teriak Naren yang lantas membuat kelima bocah itu terkejut.
"Hachi, Om!!" Icung mengadu.
"Hachi.. Hachi.. nggak sengaja, Om. Hachi minta maaf," ucap Hachi dengan suara bergetar.
"Iya, Papa jangan marahin Hachi ya?" Nana membantu Hachi agar tidak kena marah.
Naren memijat pelipisnya, "Kalian ini ya pagi-pagi udah main air, kalo masuk angin gimana? Sana masuk!"
Kelima bocah itupun mengangguk kemudian berlarian masuk ke dalam rumah.
Naren menghela napas berat kemudian membuka gerbang lebih luas untuk memasukkan mobilnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi rumah adiknya setelah dihuni oleh kelima bocah bar-bar itu.
Naren pun mengambil snack dan minuman yang ada di jok belakang, namun pergerakannya tiba-tiba terhenti ketika melihat jepit rambut berwarna silver yang ada di kursi sebelahnya. Nana tidak punya jepit seperti itu, apa jangan-jangan itu jepit milik Nayla?
Naren tersenyum lantas mengambil jepit tersebut, "Ada alasan buat ketemu nih."
Iapun mengambil jepit tersebut lantas menyimpannya dengan rapi di dalam dompetnya, persis di sebelah foto 3x4 Nana yang memakai seragam TK.
Naren tak tau apakah dirinya sedang jatuh cinta atau tidak. Pria itu seperti mati rasa karena istri yang dulu begitu dicintainya tiba-tiba pergi dan memilih pria lain. Ia pun menjadi lebih berhati-hati dengan perempuan dan tidak ingin mencintai terlalu dalam lagi karena patah hati rasanya begitu menyakitkan.
Dengan baju kaos yang basah kuyup, pria itu turun dari mobil kemudian masuk ke rumah Andy. Dilihatnya Yuri tengah menyiapkan sarapan di meja makan, adik iparnya itu pasti sangat stres mengurus kelima bocah itu sendirian.
"Andy dimana?" tanya Naren sembari menaruh snack di atas meja makan.
"Eh, Kak Naren." Yuri tampak terkejut dengan kedatangan kakak iparnya secara tiba-tiba.
"Andy lagi mandiin anak-anak. Habis main air pada basah kuyup semua."
"Semalem gimana? Diapain kamu sama mereka?"
"Mereka sosoan nonton film hantu rekomendasi Hachi, terus selesai nonton semuanya nggak berani tidur. Kak Naren liat nih mata aku udah kayak panda gara-gara ngurusin mereka." Yuri menunjuk lingkar matanya yang tampak berwarna hitam.
Naren terkekeh pelan, "Jadi ibu memang harus ekstra sabar, Ri."
Yuri menghela napas pelan. "Iya. Itu baju Kakak kenapa basah? Tadi ikut main air sama anak-anak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...