36. Ujung Maut

775 94 19
                                    

DOR!!

Semua orang tampak terkejut ketika suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar diiringi suara riuh air kolam. Perasaan Naren sudah tidak karuan, apalagi melihat Karina dan satu bodyguard-nya keluar dari area kolam renang dengan tergesa.

"Nayla," pelan Naren kemudian berlari secepat mungkin ke dalam area kolam renang.

"Pak!! Pak!! Itu istri bapak bukan?!! Tadi dia ditembak terus di dorong ke kolam renang!!" seru salah satu ibu-ibu yang terlihat histeris.

Rasanya nyawa Naren hilang ketika mendengar penuturan ibu-ibu tersebut, namun ia masih sadar bahwa ia harus menyelamatkan nyawa istrinya sebelum terlambat.

"Bu, saya titip anak saya sebentar ya." Tangan Naren yang sudah bergetar hebat pun menyerahkan Nana pada ibu itu.

"NGGAK MAU!! NANA MAU SAMA PAPA!!" Nana pun memberontak. 

Tanpa mempedulikan Nana yang masih menangis menyerukan papanya, Naren berlari dan melompat menuju kolam dengan kedalaman 7 meter yang airnya sudah berubah menjadi warna merah.

Pria itu bersyukur karena dulu papanya memaksa dirinya untuk ikut kursus renang jadi hari ini ia bisa menyelamatkan sosok yang begitu berharga dalam hidupnya.

Naren terus berenang ke bawah, mencoba menjangkau tubuh Nayla yang hampir menyentuh dasar kolam. 

Setelah perjuangan yang cukup menguras tenaga, akhirnya pria itu berhasil meraih tangan Nayla dan segera berenang permukaan.

Namun baru setengah perjalanan, pria itu hampir kehilangan kesadarannya karena terlalu lama menahan napas di dalam air. Pun tenaganya juga sudah terkuras habis, apalagi akhir-akhir ini ia jarang berolahraga.

Pria itu menatap Nayla yang tak sadarkan diri dalam pelukannya sembari berusaha keras berenang menuju permukaan. Ia juga sempat berpikir kenapa tidak ada satupun orang di atas sana yang membantunya.

Keadaan semakin buruk ketika kaki Naren tiba-tiba keram karena ia tidak ada pemanasan sama sekali sebelum masuk ke dalam kolam.

Naren hanya bisa berpasrah diri, berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkan mereka. Pria itupun berhenti bergerak dan membiarkan tubuhnya beserta Nayla turun dengan sendirinya ke dasar kolam. Dadanya juga kian terasa sesak karena kekurangan oksigen.

"Nana.. Papa minta maaf.." lirih Naren dalam hati.

Di ambang kesadaran, Naren merasa ada sesuatu yang menyentuh kepalanya. Ia mendongak dan melihat sebuah tali, segera ia meraih tali tersebut dan menariknya sekuat tenaga untuk memberi sinyal pada yang di atas sana.

Perlahan tapi pasti, tubuh Naren pun ditarik ke atas. Mati-matian ia berusaha bertahan demi istri dan anaknya.

"CEPAT BAWA NAIK!!" 

Samar-samar Naren mendengar teriakan itu kemudian merasa dirinya dikeluarkan dari air. Ia sempat terbatuk dan memuntahkan air kolam yang tertelan.

"PAPA!!" 

Naren baru sadar sepenuhnya ketika mendengar teriakan Nana, namun fokusnya langsung tertuju pada Nayla yang tergeletak tak sadarkan diri di sebelahnya.

"Tolong panggil ambulance.." lirih Naren.

"Ambulance sudah menuju kesini, Pak," balas seseorang.

Naren menepuk pelan pipi Nayla, "Nay, bangun.."

Bagaimanapun juga, Naren juga manusia biasa. Dirinya tentu saja panik dan hilang akal ketika melihat istrinya diambang kematian.

"Aku mohon, Nay. Bangun.."







DUREN (Duda Keren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang