"Dokter- Eh, Nayla!!"
Nayla spontan berbalik ketika ada seseorang yang memanggilnya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat ketika melihat Naren berlari kecil ke arahnya. Kira-kira ada apa ya?
Naren tersenyum canggung yang membuat hati Nayla semakin tak karuan. "Nana mau ketemu kamu sebelum pulang."
Entah kenapa jantung Nayla rasanya mau melompat ketika Naren menyebutnya dengan sebutan KAMU.
"Nggak lagi sibuk kan?" tanya Naren karena Nayla tak kunjung meresponnya.
"Hng.. nggak kok."
"Yaudah, ayo." Naren berjalan lebih dulu dan Nayla mengikutinya dari belakang.
Tinggi, tegap, tampan, baik, dewasa, penyayang. Nayla benar-benar sudah jatuh cinta dengan sosok lelaki yang ada di hadapannya. Andai ia bisa memiliki suami seperti Naren, ah hidupnya pasti sangat bahagia.
"Silahkan masuk."
Nayla mengangguk kaku kemudian masuk ke dalam ruang rawat Nana yang cukup ramai pengunjung.
"BU DOKTER!!" Nana berseru.
Nayla tersenyum dan saling mengangguk ketika matanya tak sengaja bertemu dengan beberapa orang dewasa yang berada di sana, kemudian ia menghampiri Nana yang duduk di ranjang rumah sakit bersama 2 orang anak laki-laki.
"Bu Dokter, sebentar lagi Nana mau pulang," ujar Nana sedih.
"Lho, kok sedih? Harusnya seneng dong, kan Nana artinya udah sembuh," balas Nayla seraya mengusap lembut surai anak itu.
"Tapi Nana nggak bisa ketemu Bu Dokter lagi." Nana tampak cemberut.
Nayla tersenyum canggung kemudian melirik Naren yang berada di dekat pintu.
"Papa udah suruh Bu Dokter buat main ke rumah kok, Nana jangan sedih," ucap Naren.
Nayla cukup senang, tapi ia sadar diri bahwa Naren berkata seperti itu hanya untuk menghibur putrinya. Lagipula ia tidak akan benar-benar pergi ke rumah anak itu.
"Bener, Bu Dokter?" tanya Nana.
Nayla mengangguk, "Iya, Sayang."
"Bu Dokter, Hachi suka makan permen, katanya orang yang suka makan permen bakalan disuntik ya?" tanya Icung tiba-tiba.
"Enggak kok! Icung bohong!!" seru Hachi tak terima.
Nayla terkekeh pelan, "Iya, siapa yang suka makan permen banyak-banyak nanti pantatnya dokter suntik."
Nana pun tertawa mendengar ucapan Nayla, "Bu Dokter suntik aja pantat Hachi, dia kan suka makan permen." Nana mengarahkan telunjuknya pada anak laki-laki buntal yang duduk di ujung ranjang.
"Nggak mau!! Bapak!!!" Hachi melompat dari atas ranjang kemudian berlari menghampiri bapaknya yang duduk di sofa. "Hachi nggak mau disuntik!!"
"Makanya Hachi jangan makan permen banyak-banyak," ucap Winter selaku ibu Hachi.
"Iya," cicit Hachi dipelukan sang ayah.
"Janji ya?" Chandra mengluarkan jari kelingkingnya.
"Janji!!" seru Hachi kemudian membuat pinky promise bersama ayahnya.
"Bu Dokter, Nana mau ikat rambut yang dua itu. Tadi Hachi narik rambut Nana jadinya ikatannya lepas," ujar Nana.
"Oke, ayo ikat rambutnya dulu." Nayla sebenarnya kurang nyaman karena semua mata kini tertuju padanya, apalagi Naren sedaritadi terus memperhatikannya. "Hng.. sisirnya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanficPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...