42. Kamu Boleh Pergi

732 84 4
                                    

"Katanya lo temen deket gue? Apa ada buktinya?"

Sena menghela napas pelan kemudian mengeluarkan ponselnya, "Ini foto selfie kita. Ini isi chat room kita dan ini daftar riwayat panggilan sebelum lo ditembak."

Nayla meneleti setiap bukti yang ditunjukkan Sena dengan seksama. "Oke, gue percaya. Jadi, lo bisa ceritain latar belakang gue seperti apa?"

"Lo ini Dokter Anak, sama kayak gue. Nih, liat tanda pengenal lo."

"Wah keren banget gue ya?" 

"Lo itu baru aja nikah. Ya kurang lebih 3 bulan lah, lo nikah seminggu lebih dulu dibandingkan gue."

"Jangan bilang gue nikah sama pria itu? Siapa ya namanya.."

"Mas Naren?" tanya Sena.

"Nah, itu dia!"

"Iya, memang lo nikah sama dia."

"Kok bisa??"

Sena mengerutkan keningnya, "Karena lo suka sama dia lah, ogeb!"

"Emang lumayan ganteng sih, selera gue nggak jelek-jelek amat," ucap Nayla. "Terus Mark?"

"Dulu lo itu dijodohin sama Mark tapi lo nggak mau dan lebih milih Mas Naren."

"Wow, drama banget ya hidup gue."

"Emang!" sungut Sena. "Sekarang juga masih drama!"

"Ini kan di luar kuasa gue," ucap Nayla dengan santai.

"Iya iya, terus sekarang hubungan lo sama Mas Naren gimana?"

"Gue belum bisa inget apa-apa." Nayla menghela napas pelan. "Gimana ya caranya biar gue inget semuanya?"

"Gimana kalo jedotin kepala lo ke tembok? Biasanya trik ini mempan banget di sinetron."

"Otak lo kebanyakan sinetron." Nayla menoyor kepala Sena.

Sena hendak membalas perbuatan keji sahabatnya, namun ia urungkan ketika melihat Naren datang. "Udah dijemput tuh."

Nayla mengangguk kemudian berjalan menghampiri Naren.

"Gimana?" tanya Naren.

"Aku masih belum bisa inget apa-apa," ucap Nayla sendu.

"Pelan-pelan ya." Naren mengusap surai gadisnya. "Oh iya, Sena kita balik duluan ya. Makasih udah luangin waktu buat Nayla."

"Santai aja kali, Mas."

Naren tersenyum simpul kemudian mengajak gadisnya untuk pergi dari rumah sakit.

"Kita dulu emang biasa gini ya? Maksudnya kemana-mana naik motor gitu?" tanya Nayla.

"Enggak. Aku baru aja jual mobil, maaf ya."

"Kenapa mobilnya dijual?" 

Naren tersenyum kemudian memasangkan tali helm milik Nayla, "Kenapa cerewet banget sih?"

"Kan cuma tanya.."

"Ayo buruan naik."

Nayla mengangguk kemudian naik ke atas motor dan tak lupa berpegangan pada besi belakang.

"Kamu jual mobil untuk bayar biaya rumah sakit aku ya?" tanya Nayla.

Naren tak menjawabnya, ia hanya fokus pada jalanan.

"Aku pasti nyusahin kamu."

"Enggak kok."

Setelahnya tak ada lagi yang berbicara hingga keduanya sampai di rumah Andy.

DUREN (Duda Keren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang