"Oh iya, Bu Dokter mau temenin Nana tiup lilin nggak?"
Nayla terlihat bingung kemudian melirik Naren, "Apa boleh?"
"Boleh aja, kalo kamu nggak keberatan," balas Naren.
"Yaudah," ucap Nayla tanpa beban sama sekali. "Meja kalian dimana?"
"Kita di lantai 2. Ayo."
Ketiganya pun berjalan berdampingan menuju lantai 2, dengan Nana berada di tengah, tangan kanannya menggandeng tangan Naren, sementara tangan kirinya bertautan dengan tangan Nayla, persis seperti satu keluarga.
Untung saja letak tangga dekat dengan toilet dan jauh dari jangkauan kedua orang tuanya maupun keluarga Hauten, jadi Nayla tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk menuju lantai 2.
"Papa, ayo hidupin lilinnya!" seru Nana yang kini duduk di pangkuan Nayla sementara Naren duduk tepat di hadapannya.
"Iya, sekarang Papa hidupin," ucap Naren kemudian menyalakan lilin berbentuk angka 5 di atas kue tart rasa strawberry. "Ayo nyanyi dulu."
Nana pun bernyanyi dengan bersemangat sementara Nayla dan Naren hanya bergumam kecil sembari memperhatikan Nana.
"Papa sama Bu Dokter ikut tiup lilinnya ya," ucap Nana. Keduanya mengangguk bersamaan.
"Satu.. dua.. fiuhh.. yeyy!" Ketiganya lantas bersorak dan bertepuk tangan.
"Papa, mana hadiah Nana?" Nana menengadahkan telapak tangannya.
Naren pun mengambil paper bag dari bawah meja kemudian memberikannya pada Nana.
"Wah, gede banget!" Nana berseru sembari mengeluarkan kado yang dibungkus dengan kertas warna merah muda. "Bu Dokter bantu bukain ya?"
Nayla mengangguk kemudian membantu anak itu untuk membuka bungkus kado.
"STRAWBERRY!!" Nana berseru sembari memeluk bantal strawberry ukuran jumbo yang begitu lembut. "Makasi ya, Papa."
Naren terkekeh, "Iya, sama-sama."
"Bu Dokter nggak bawa kado, maaf ya," ucap Nayla.
"Nggak apa-apa kok, Bu Dokter. Sekarang, ayo makan kuenya!!" seru Nana.
"Biar Bu Dokter potongin ya," ucap Nayla yang mendapat anggukan dari Nana.
Gadis itupun menaruh potongan kue di piring dan memberikannya pada Nana.
"Yey!!" seru Nana begitu heboh hingga membuat beberapa pengunjung menoleh. "Suapan pertama buat Papa."
Naren menelan ludah, apakah ia harus memakan kue strawberry yang menurutnya sangat menjijikkan itu?
"Papa, ayoo," ucap Nana.
"Hng.. Papa.." Naren menggaruk tengkuknya.
"Papa bukannya nggak suka strawberry ya, Sayang?" tanya Nayla.
"Tapi ini kan kue ulang tahun Nana, masa Papa nggak mau makan?" tanya Nana berkaca-kaca.
Naren menghela napas panjang, "Iya iya, Papa makan."
Nana kembali tersenyum kemudian menyuapi Naren sesendok kue kemudian mencium pipi ayahnya itu. "Nana sayang Papa!!"
Naren mengangguk, raut wajahnya seketika berubah ketika ia mengunyah kue itu.
"Mas Naren- minum dulu, Mas." Nayla dengan cepat menyodorkan Naren segelas air ketika pria itu hampir saja muntah.
"Gimana. Mas?" Nayla tampak khawatir karena wajah Naren langsung berubah pucat pasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...