Ting Tung~
Bel berbunyi. Nana yang tengah sibuk menggambar pun berlari secepat kilat menyusul ayahnya menuju pintu.
"BU DOKTER!!" Anak itu tampak heboh sendiri melihat kedatangan Nayla ke apartemen.
Naren menepati janjinya untuk menelepon gadis itu dan Nana merengek untuk menyuruh Nayla main ke apartemen. Berhubung hari ini jatah libur Nayla dan ia tak punya rencana apapun, akhirnya gadis itupun memutuskan untuk mengiyakan ucapan Nana.
"Ayo masuk," ucap Naren dengan ramah.
Nayla tersenyum canggung kemudian melepas alas kakinya dan meletakkannya di rak sepatu.
"Bu Dokter, ayo masuk!"
Nayla mengelak ketika Nana hendak memegang tangannya, "Bu Dokter cuci tangan dulu ya."
Nana pun mengangguk kemudian berlari lebih dulu ke ruang tamu.
"Ayo," ucap Naren kemudian berjalan lebih dulu menuju wastafel. "Kamu bisa cuci tangan disini."
Nayla pun mengangguk kemudian mencuci tangannya menggunakan sabun dan Nana dengan setia berdiri di sebelah kakinya.
"Beneran nggak apa-apa kamu datang kesini?" tanya Naren.
Nayla mengibaskan tangannya di wastafel kemudian menatap Naren. "Nggak apa-apa, Pak. Lagipula nggak ada rencana apa-apa hari ini."
Naren menahan tawa kemudian menganggukkan kepala.
"Kenapa?" tanya Nayla.
"Nggak usah panggil Pak lah, jadi merasa tua banget," Naren terkikik. "Panggil Naren aja, atau Mas juga boleh."
Nayla tersenyum canggung, "Iya.. Mas."
"Bu Dokter, ayo main!!" Nana yang sedari tadi hanya memperhatikan lantas membuka suara sembari menarik-narik cardi yang dikenakan Nayla.
"Yaudah, ayo."
Nana lantas menggandeng tangan Nayla ke ruang tamu sementara Naren sibuk membuat teh di dapur.
"Bu Dokter bawa oleh-oleh buat Nana," ucap Nayla.
"Wah, apa?!!" tanya Nana antusias.
"Tadaa!! Ini ada strawberry sama pita rambut."
Nana bertepuk tangan karena saking senangnya. "Makasih ya, Bu Dokter!!"
Nayla mengangguk, "Nana suka?"
"Suka banget!!" seru Nana. "Tapi, Nana baru aja habis makan stobeli."
"Yaudah, taruh di kulkas dulu. Makannya nanti aja."
Nana menganggukkan kepala kemudian membawa sekotak strawberry itu ke ayahnya karena anak itu tidak bisa membuka pintu kulkas. Tak lama kemudian, iapun kembali bersama Naren yang membawa segelas teh hangat.
"Makasi ya udah bawain Nana oleh-oleh," ucap Naren. "Ini tehnya diminum dulu."
Nayla mengangguk, "Makasi juga tehnya, Mas."
"Iya, sama-sama."
"Oh iya, Mas Naren nggak kerja?" tanya Nayla.
"Pengennya kerja, tapi nggak tega nitipin Nana di penitipan. Apalagi dia baru sembuh," ucap Naren sembari melirik putrinya yang tengah asik menggambar.
"Mas Naren kerja aja, biar aku yang jaga Nana disini."
Naren tampak berpikir, "Memangnya nggak apa-apa?"
Nayla terkekeh, "Nggak apa-apa. Hari ini aku free dan kayaknya Nana nggak rewel juga."
Naren melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul 8 pagi. "Ya udah, kalo gitu aku siap-siap dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...