"Mas-"
"APALAGI SIH, KARINA?!"
"Aku minta maaf."
"Iya, aku udah maafin kamu. Sekarang pergi dari sini."
"Tapi, Mas.." Karina menggantungkan ucapannya. "Apa kita nggak bisa balik lagi?"
"Nggak," balas Naren singkat, padat dan jelas.
"Mas.."
"Ck!" Naren berdecak kemudian menepis tangan Karina yang hendak menyentuhnya.
"Mas, aku tau aku salah. Tapi tolong, kasi aku kesempatan sekali lagi."
"Denger ya Karina, aku udah punya istri dan nggak mau berhubungan sama kamu lagi."
"Tapi setidaknya kasi aku ketemu sama anak aku, Mas."
Naren tertawa sarkas, "Anak kamu? Cih, Nana itu anak aku bukan anak kamu!"
"Tapi tetep aku ibu kandungnya, dia lahir dari rahim aku, Mas."
"Terus apa kamu lupa kalo kamu udah pergi ninggalin dia waktu bayi? Apa kamu juga lupa kalo kamu nggak mau kasi dia ASI sampai dia sakit? APA KAMU LUPA SEMUA ITU KARINA?!"
Karina yang menangis sesenggukkan lantas berlutut di hadapan Naren, "Aku nggak lupa, Mas. Aku inget semua itu, makanya aku datang lagi buat nebus semua kesalahan aku."
"Bilang aja kalo kamu udah ditinggal pergi sama selingkuhan kamu itu kan?" Naren tertawa.
"Mas, aku tau aku salah. Aku nyesel udah ninggalin kamu. Aku mohon, kasi aku kesempatan sekali lagi, Mas.."
"Hampir lima tahun kamu pergi, Karina. Kamu tau gimana susahnya jadi single parent? Kamu tau gimana stresnya besarin anak sendirian?!" Naren tertawa sarkas. "Nggak tau lah pastinya ya. Kamu kan sibuk pacaran sama selingkuhan kamu itu."
"Iya, Mas. Aku memang salah, ayo kita ulang semuanya dari awal lagi. Aku, kamu dan Nana. Kita pasti jadi keluarga bahagia."
"Kamu nggak tuli kan? Kamu nggak denger barusan aku bilang kalo aku udah nikah lagi?"
"Mas, kamu bisa kan pisah sama istri baru kamu itu terus balik sama aku lagi?"
"Kamu kira pernikahan cuma buat main-main?"
"Ayolah, Mas. Tolong kasi aku kesempatan," ucap Karina sembari memeluk kaki Naren.
"Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum aku seret kamu keluar."
"Enggak, Mas. Aku nggak akan pergi."
"Karina-"
"Kamu cuma punya aku, Mas!"
"Bangun, Karina. Aku nggak mau main tangan sama perempuan."
Karina pun bangkit dan menatap Naren lamat-lamat, "Kamu masih sama aja kayak dulu, Mas. Lembut dan penyayang."
Naren menghela napas pelan kemudian memalingkan wajah, "Sekarang mending kamu pergi dari sini."
"Mas, aku ini rindu sama kamu," ucap Karina lantas memeluk Naren erat-erat.
"Mas Naren?"
Naren spontan menoleh ke arah pintu dan melihat Nayla berdiri disana. "N-nay, aku bisa jelasin."
Nayla lantas menutup pintu dan pergi tanpa mengucapkan apa-apa.
"CK, KARINA!!" Naren mendorong Karina dengan keras hingga wanita itu tersungkur menabrak meja.
"M-mas Naren, darah.."
Naren yang hendak pergi mengejar sang istri spontan berhenti dan berbalik. Ia melihat ada darah mengalir dari dahi Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...