"Mana anak saya?!!!"
Naren hanya diam menatap tajam pria yang ada di hadapannya. "Kenapa nyarinya baru sekarang?"
"Kata Mark, dia dan Nayla pergi ke luar negeri, tau-taunya dia ada di apartemen ini!"
Naren tertawa, "Yah, kena tipu deh."
Bugh!
Satu pukulan mendarat di wajah Naren.
"Ya ampun Mas Naren!!" Nayla yang baru saja habis mandi langsung berlari ke depan ketika mendengar suara ribut dari luar. "Mas Naren nggak apa-apa?"
Naren menggeleng pelan kemudian menatap Ardi dan Maha bergantian, "Silahkan masuk dulu."
Keduanya pun masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tengah.
"Nayla, kamu ngapain tinggal disini? Ayo pulang aja! Dia ini nggak becus jagain kamu!"
"Bapak liat kan kalo aku ini sehat, segar bugar tanpa kekurangan suatu apapun?" tanya Nayla. "Mas Naren baik kok, aku juga dikasi makan 3 kali sehari disini."
"Tetap saja, Nak. Nanti kalo mantan istrinya dateng lagi nyari kamu gimana?"
"Mantan istri?" tanya Nayla. "Apa mantan istri Mas Naren yang udah nembak aku?"
"Iya sayang, Ibu nggak mau nyawa kamu terancam lagi gara-gara deket sama pria ini."
"Wait, tapi Mark bilang mantan pacarnya dia yang nembak aku?"
"Dia pembohong," ucap Naren.
"Aku bingung sekarang," ucap Nayla sembari memijat pelipisnya.
"Udah ya, Nak. Kamu tinggal sama Ibu sama Bapak aja."
"Pak, Bu, bisa nggak sih berhenti ikut campur di urusan rumah tangga anak kalian?" tanya Naren.
"Diam kamu! Jadi suami nggak becus!" sentak Ardi.
"Mas Naren beneran suami aku?" tanya Nayla.
"B-bukan Nayla, dia bukan suami kamu."
"Kalian semua lagi mainin aku hah?! Sebenarnya kalian itu siapa?! Aku itu siapa?! Arghh!!"
Nayla memukuli kepalanya karena saking sakitnya, belum lagi potongan-potongan memori tak beraturan yang terputar begitu saja membuat dirinya semakin gila.
"Sakitt!!" seru Nayla sembari memukuli kepalanya.
"Nayla, jangan dipukulin terus," ucap Naren mencoba menenangkan sang istri.
Kepala Nayla terasa semakin pening hingga gadis itu jatuh ke lantai tak sadarkan diri.
"Nay, bangun! Nayla!"
***
Perlahan Nayla membuka mata dan mendapati dirinya berada di rumah sakit. Ia melihat sekeliling dan mendapati kedua orang tuanya tengah mengobrol di sofa.
"Aku kenapa?" Nayla tampak kebingungan.
"Nggak apa-apa, Nak." Maha menghampiri putrinya dan duduk di sebelah ranjang.
"Mas Naren dimana?" tanya Nayla.
"Di rumahnya," balas Ardi.
"Kok dia nggak kesini?"
"Nggak tau, sibuk selingkuh kali." Ardi mengangkat bahu. "Oh iya, Mark sebentar lagi datang kesini."
"Aku mau pulang," ucap Nayla lantas bangkit dari tempat tidur. "Aku sehat, aku nggak sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...