22. Melamarmu

1K 153 26
                                    

Hari ini mungkin akan menjadi hari paling bersejarah bagi pasangan itu, karena hari ini juga Naren akan bertemu dengan orang tua Nayla dan menyampaikan niat baiknya untuk melamar putri mereka. 

Kemarin Mark langsung menyampaikan bahwa pernikahannya dan Nayla akan dibatalkan yang lantas membuat kedua orang tua gadis itu terkejut. Alasan Mark juga terdengar cukup klasik yaitu Mark merasa tidak cocok dengan Nayla.

Sebenarnya Mark itu tipe ideal sekali, sudah ganteng, kaya raya, pewaris tunggal, baik, penyayang, dan yang paling penting mau mengalah demi kebahagiaan orang yang ia sayang. 

"Deg-degan gue," ucap Naren kemudian meminum segelas air. 

"Papa nggak ikut, Bang?" tanya Andy. 

Naren meletakkan gelas di atas meja lalu menggeleng, "Lagipula gue udah nggak dianggap anak." 

Andy menghela napas pelan, ia selalu merasa sedih ketika mengingat kenyataan bahwa ayah dan kakaknya itu tidak bisa akur sampai saat ini. Ibunya meninggal terkena serangan jantung ketika mendengar kabar bahwa Karina menggugat cerai Naren. Hal itu lantas membuat ayahnya murka dan terus menyalahkan Naren atas kepergian sang ibu. 

"Aku doain semoga semuanya lancar, Kak," ucap Yuri. 

"Makasih," balas Naren. "Kakak titip Nana sebentar ya." 

"Iya, kakak selesain aja dulu semua urusannya." 

"Yaudah-" 

"Apa nggak mau gue temenin, Bang?" tanya Andy. "Sebagai perwakilan keluarga gitu." 

Naren tampak menimbang-nimbang, "Boleh juga. Hari ini lo libur kan?"

 Andy mengangguk, "Gue ganti baju dulu." 

Naren pun duduk di sofa sembari memperhatikan Nana dan Icung yang sedang bermain mobil-mobilan di ruang tengah.

"Ih! Jangan ditabrak dong, Icung!" seru Nana.

"Biarin wlee." Icung menjulurkan lidahnya.

"Awas aja kamu ya-"

"Nana, nggak boleh pukul-pukul," ucap Naren ketika melihat putrinya sudah melayangkan tangan ke arah Icung.

Nana mendecak, "Icung nyebelin!!"

"Nana, jangan marah dong. Icung kan cuma bercanda, ayo main lagi." 

Akhirnya kedua anak itupun berbaikan dan melanjutkan bermain mobil bersamaan dengan Andy yang terlihat sudah rapi menggunakan kemeja.

"Ayo, Bang."

Naren pun bangkit dari tempat duduknya, "Papa pergi dulu ya."

"Mau kemana?" tanya Nana.

"Kerja," balas Naren sedadanya. "Sebentar kok."

"Stobeli!" seru Nana.

"Iya, nanti pulangnya Papa beliin strawberry." 

"Oghey!" Nana mengacungkan jempolnya. 

Naren dan Andy pun akhirnya cus menuju rumah Nayla.

Naren sudah mempersiapkan beberapa kue sebagai buah tangan, jadi mereka tidak perlu mampir-mampir lagi. 



"Bapak Kak Nayla galak?" tanya Andy. 

"Hm.. Lumayan," balas Naren. 

"Mampus lo, Bang." Andy malah menakut-nakuti, persis sekali seperti Icung yang sering menakut-nakuti Hachi. Ternyata buah jatuh tak jauh dari pohonnya. 

"Gue udah pernah ketemu sekali," ucap Naren. 

"Nah, terus gimana?" 

"Gue diusir dari rumahnya." Naren tersenyum kecut. 

DUREN (Duda Keren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang