"Apa gue harus cerita masalah ini ke Mas Naren?"
Sena yang tengah asik menonton YouTube menoleh sekilas, "Menurut gue sih perlu, soalnya ini menyangkut hubungan lo sama dia."
Nayla menghela napas kemudian memperhatikan kontak Naren di ponselnya.
"Ayo telfon," suruh Sena.
Setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat, Nayla pun memutuskan untuk menghubungi Naren malam ini juga.
"Halo?"
"Halo Mas-"
"BU DOKTER!!"
Nayla tersenyum ketika mengetahui bahwa yang mengangkat teleponnya adalah Nana. "Halo, Sayang. Kok Nana yang angkat teleponnya?"
"Papa lagi pup di kamar mandi."
"HEH?! SIAPA YANG LAGI PUP?!"
Nayla tertawa ketika mendengar teriakan Naren.
"Siniin hpnya."
"Nggak mau!"
"Nana.."
"Nana masih mau bicara sama Bu Dokter."
"Hhh, yaudah cepetan."
"Bu Dokter lagi apa? Udah makan belum?"
"Hmm, Bu Dokter sekarang lagi telfonan sama Nana. Bu Dokter udah makan kok."
"Bu Dokter makan apa? Barusan Nana habis makan pasta sama Papa."
"Hmm kalo Bu Dokter makan nasi goreng," bohong Nayla, padahal ia belum makan sama sekali.
"Wah! Pasti enak, besok Nana mau suruh Papa buat nasi goreng ah!!"
Nayla terkekeh, "Iya, Sayang. HP-nya boleh dikasih Papa dulu nggak, Sayang? Bu Dokter mau bicara sebentar aja."
"Oke, Bu Dokter!" Terdengar suara grasak-grusuk sebelum akhirnya Naren bersuara. "Kenapa, Nay? Tumben malem-malem telfon."
"Mas Naren beneran habis pup?" Nayla menahan tawa.
"Enggak, Nay. Ya ampun, aku habis cuci piring."
"Oh kirain," Nayla tertawa. "Oh iya, Mas, ada sesuatu yang harus aku sampein ke kamu."
"Iya, ada apa?" tanya Naren.
Nayla menghembuskan napas panjang sebelum berbicara, "Orang tua aku kayaknya nggak setuju sama hubungan kita."
Naren tertawa hambar, "Gara-gara aku duda?"
"Iya, Mas," pelan Nayla.
"Yaudah, mau gimana lagi, Nay?"
"Maksudnya gimana? Kamu nggak mau berjuang untuk hubungan ini, Mas?" tanya Nayla sedikit kecewa.
"Melawan restu orang tua nggak baik, Nay," ucap Naren. "Tapi aku akan berusaha semampunya. Doakan ya."
Senyuman terukir di bibir Nayla, suara dan ucapan Naren membuat hatinya menjadi lebih tenang, "Iya. Aku akan selalu berdoa, Mas.. untuk kita."
"Kamu nggak perlu khawatir, kalo udah saatnya, aku sendiri yang akan bicara ke orang tua kamu."
Hati Nayla berdesir, gadis itu tak henti-hentinya tersenyum. Menurutnya Naren lebih dari kata sempurna, lelaki itu benar-benar dewasa dan juga bertanggung jawab membuat Nayla sudah tak sabar ingin menjadi istrinya -eh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...