20. Cerita Dede Bayi

1.1K 149 4
                                    

"Eh eh, kalian tau nggak-"

"Nggak tau," potong Icung dengan cepat.

"Ih, dengerin dulu!" Nana nampak kesal dengan sepupunya itu.

"Iya nih Icung, nggak baik tau motong pembicaraan orang." Rena menasehati.

Icung menghela napas kemudian mengalihkan pandangannya pada Nana, "Iya iya. Kenapa?"

"Aku mau punya dede bayi!!" seru Nana.

Hachi yang baru turun dari perosotan pun berlari menghampiri Nana. "Dede bayi?!! Kapan?!!!"

"Belum tau, Papa sih nyuruhnya tunggu aja."

"Memangnya Papa kamu mau buat dede bayi sama siapa?" tanya Icung.

"Gimana emang cara buat dede bayi?" Rena bertanya.

"Nggak tau." Icung mengangkat bahu. "Tapi kata Ayah, buatnya itu harus sama Bunda."

"Yaudah, kita tunggu aja. Ayo main lagi," ucap Zeno karena tak ingin kejadian Anak Pungut itu terulang lagi.

"Tapi nih ya-"

"Kalian mau jelly?" Zeno memotong ucapan Icung.

"MAU!!" seru semuanya serentak.

Zeno pun mengeluarkan jelly drink dengan bungkus plastik dari rompinya. "Ini, Nana pasti rasa strawberry."

"Yey, stobeli!!" seru Nana. "Makasih ya, Zeno."

Zeno mengangguk kemudian membagikan sisa jelly-nya pada Icung, Hachi dan Rena. Selain dewasa dan menjadi penengah, Zeno ini juga agaknya bandar makanan. Mamanya selalu memberinya banyak snack untuk dibagikan kepada teman-temannya yang bar-bar itu.

"Eh, tapi kan-"

"Icung, bisa diam tidak?!!" seru Rena karena kesal kegiatan makan jelly-nya terganggu karena suara Icung.

"Iya ih! galak banget!!" seru Icung kemudian berpindah tempat ke sebelah Hachi.

Tak lama kemudian, jelly itu pun habis dimakan dan kelima anak itu membuang bungkusnya ke tempat sampah.

"Makasih ya, Zeno," ucap Hachi.

"Iya, sama-sama. Ayo main lagi," ajak Zeno.

Kelimanya pun bermain kembali sebelum bel masuk berbunyi. Ada yang main ayunan, perosotan, dan lain-lain.

"NANA! CEPETAN DONG!!" seru Rena tak sabaran.

Nana yang sedang memperbaiki posisinya di perosotan pun tampak kebingungan.

"Nana, duduk biasa aja. Jangan banyak gaya!" seru Hachi yang sudah menunggu di ujung perosotan.

"Iya. ini tapi-"

"Aw!!"

Rena tak sengaja mendorong Nana karena kakinya terpeleset di tangga perosotan. Alhasil, Nana pun jatuh terguling ke bawah.

"NANA!!" teriak Hachi, Zeno dan Icung hampir bersamaan. Ketiganya lantas berlari menghampiri Nana yang kini terduduk di tanah.

"Berdarah!!" seru Icung sembari menunjuk dahi Nana.

Nana yang masih syok kemudian menangis ketika ia meraba dahi dan mendapati darah di telapak tangannya.

"Panggil Bu Guru, CEPET!!" teriak Hachi.

Icung pun mengangguk kemudian berlari secepat kilat menuju ruang guru.

"PAPA!!" Nana berteriak cukup keras hingga beberapa murid mengerubunginya.

DUREN (Duda Keren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang