"JANGAN DIANGKAT!!" Nayla tak segan membentak Sena ketika gadis itu hendak menggeser tombol hijau di ponselnya.
Sena pun hanya bisa menghela napas pelan kemudian meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Gadis itu benar-benar terkejut ketika Nayla datang ke kosnya sembari menangis sesenggukkan. Ponselnya pun sedari tadi tak berhenti berdering karena orang tua Nayla terus meneleponnya.
"Udahan ya nangisnya," Sena mengusap punggung sahabatnya.
"Gue nggak mau menikah sama dia, kenapa sih dipaksa gini?" tanya Nayla dengan suara serak.
"Ya.. gue juga bingung harus gimana," ucap Sena dengan jujur. "Mau gue telfonin Mas Naren?"
Nayla menggeleng, "Nggak usah, Mas Naren lagi banyak masalah. Gue nggak mau nambah masalahnya."
"Yaudah. Lo udah makan? Mau gue pesenin apa?"
"Gue nggak laper."
"Tapi tetep lo harus makan, Nay. Nanti kalo sakit yang repot siapa? Gue juga kan."
"Terserah lo deh," ucap Nayla akhirnya.
Sena lantas mengambil ponselnya dan segera memesan makanan untuk sahabatnya itu.
Nayla pun meringkuk di atas tempat tidur sembari memeluk boneka Teddy milik Sena yang baru saja dibelikan Lele sebulan yang lalu.
"Jangan lap ingus disana ih!! Jorok banget!!" seru Sena ketika melihat Nayla hendak mengelap ingusnya di boneka Teddy kesayangannya.
"Iya iya," balas Nayla dengan suara bengeknya kemudian mengambil beberapa lembar tisu di atas meja.
"Orang tua lo pasti khawatir, Nay," ucap Sena.
"Biarin, gue lagi kesel sama mereka."
Sena menghela napas pelan kemudian mengangkat panggilan yang masuk di ponselnya.
"JANGAN-"
"Dari ojol," potong Sena sebelum Nayla ngegas. Gadis itupun bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan menjauh.
Nayla yang masih menangis sesenggukkan pun kembali menenggelamkan kepalanya di boneka Teddy berwarna cokelat itu. Ponselnya pun sengaja dimatikan agar tidak ada yang mengganggunya saat ini.
"Heh, bangun. Makan dulu," ucap Sena yang tiba-tiba saja datang sembari membawa makanan.
Nayla pun mengambil posisi duduk kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ya ampun, Nay." Sena cukup prihatin melihat kondisi sahabatnya saat ini. "Kalo gue pap ke Mas Naren kira-kira gimana ya?"
"SENA!!"
"Canda," Sena terkekeh kemudian mengluarkan makanan dari plastiknya. "Noh, makan."
Nayla bergeming yang membuat Sena sedikit kesal dengan sahabatnya itu.
"Nay.."
"Puk-pukin dulu kepala gue," Nayla menepuk kepalanya sendiri. "Bilang, Nayla makan yang banyak, gitu."
"Lo kenapa anjir?!!" heran Sena. "Makin nggak waras ya?"
Nayla tampak cemberut kemudian menundukkan kepala.
"Ish, iya!" Sena terlihat kesal dan mau tak mau menuruti perintah temannya itu. "Nayla, makan yang banyak ya."
Nayla terlihat senang kemudian melahap makanan yang ada di hadapannya.
"Horor banget njir."
...
Keesokan harinya, Nayla dan Sena pun bekerja seperti biasanya. Nayla sudah mengompres matanya menggunakan es namun masih saja terlihat bengkak, iapun baru sadar ternyata semalam ia menangis cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...