"Nana, aku mau tanya dong, sebenarnya Mama kamu kemana sih? Kok selalu Papa kamu yang jemput sekolah?" tanya Rena.
Nana yang tengah memakan jelly pun menoleh, "Nggak tau."
Kelima anak manis itu sedang duduk di depan kelas menunggu orang tua masing-masing menjemput sembari menikmati jelly pemberian Zeno.
"Kamu nggak tau Mama kamu kemana?" tanya Hachi.
Nana menggelengkan kepala. "Papa kan belum menikah, makanya aku nggak punya Mama."
"Kalo Papa kamu belum menikah, terus kamu anak siapa dong? Kan Mama yang lahirin kita," ucap Rena.
Nana tampak berpikir.
"Jangan-jangan kamu anak pungut?" Icung tiba-tiba bersuara.
"Anak pungut itu apa?" tanya Nana dengan polosnya.
"Anak pungut itu artinya kamu itu dibuang sama Mama Papa kamu terus Om Naren yang mungut kamu dan jadiin kamu anak," jelas Icung.
"Enggak ah," ucap Zeno. "Mana ada Mama Papa yang tega buang anaknya?"
"Ada. Ini buktinya." Icung menunjuk Nana.
Nana yang sedari tadi hanya diam pun mulai bersuara, "Apa bener aku anak pungut?"
"Iya. Buktinya kamu nggak punya Mama kan?" tanya Icung.
"Mama!!" Rena berseru ketika melihat Shasha datang untuk menjemputnya.
"Lho, yang lain belum ada dijemput?" tanya Shasha.
"Belum, Tante," balas Hachi.
"Kalo gitu, Tante sama Rena balik duluan nggak apa-apa ya?"
"Nggak apa-apa kok, Tante. Hati-hati di jalan ya," ucap Zeno.
"Iya, Sayang."
Rena dan mamanya pun pergi meninggalkan keempat bocah itu yang masih setia menunggu. Pandangan Nana pun sedari tadi tak dapat terlepas dari Rena dan mamanya yang berjalan menjauh.
"Nana jangan sedih," ucap Zeno memecah keheningan.
"Aku anak pungut.." ucap Nana dengan suara bergetar.
"Nana buka anak pungut kok, kita kan nggak tau pasti gimana yang sebenarnya," ucap Zeno sembari mengusap punggung temannya itu.
"Iya, Nana nggak usah dengerin Icung." Hachi menimpali.
"Bunda!!" seru Icung.
"Nana kenapa nangis?" Yuri langsung bertanya ketika wanita itu baru saja sampai.
"Icung bilang Nana anak pungut." Hachi mengadu.
Yuri berdecak kemudian menatap putranya, "Icung! Siapa yang ngajarin kamu ngomong kayak gitu?!"
Icung menundukkan kepala, "Maaf, Bunda.."
"Nana jangan nangis, Nana bukan anak pungut kok," ucap Yuri.
"T-tapi.. Mama Nana dimana?" tanya Nana.
"Hm.."
"Nana nggak punya Mama.." pelan Nana.
Yuri menggendong Nana kemudian mengusap air mata anak itu, "Heh, jangan ngomong gitu. Nana kan punya Bunda."
"T-tapi, Bunda kan mamanya Icung, bukan mama Nana."
"Iya, tapi Nana udah anggap Bunda jadi mamanya Nana kan?"
Nana menganggukkan kepala.
"Bunda nggak sayang sama Icung!" Icung merajuk melihat bundanya terlihat lebih menyayangi Nana daripada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...