"Nay! Nayla! Bangun, Nay!!"
Perlahan Nayla membuka mata dan melihat Naren dengan wajah yang begitu khawatir. "Kenapa sih, Mas?"
"Badan Nana panas!"
Nayla pun bangkit dan mengecek suhu tubuh putrinya, "Kompres pakai air hangat aja dulu, Mas."
Naren mengangguk kemudian bergegas mengambil air hangat beserta kain, sementara Nayla masih mengecek kondisi Nana.
"Kok bisa tiba-tiba demam sih?" tanya Naren.
"Anak-anak memang rentan sakit, Mas. Kamu nggak usah terlalu khawatir," ucap Nayla kemudian mengompres dahi Nana menggunakan air hangat.
"Aku panik, Nay. Aku takut Nana kenapa-napa."
Nayla memperhatikan Nana yang masih tertidur lelap, "Iya, aku masih inget kok gimana khawatirnya Mas Naren waktu kita pertama kali ketemu di rumah sakit."
Naren terkekeh pelan, "Gimana? Pasti muka aku jelek banget ya? Mana nggak sempat sisiran lagi."
Nayla lantas tertawa mendengar penuturan sang suami, "Nggak jelek-jelek amat kok, Mas."
"Syukurlah."
Nayla melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi, "Berarti hari ini Nana izin sekolah dulu."
"Iya, nanti biar aku yang telfon gurunya."
Nayla mengangguk kemudian bangkit dari tempat duduknya, "Aku masak dulu deh, Mas."
"Nay-" Naren dengan sigap menahan tubuh sang istri yang hampir jatuh karena tersandung. "Kamu ini, masih oleng ya?"
Nayla terkekeh kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Naren, "Seneng deh bisa peluk kamu pagi-pagi."
Naren mengusap surai gadisnya kemudian mendaratkan sebuah kecupan di pipi Nayla, "Aku juga seneng bisa cium kamu pagi-pagi."
"Kita bisa kayak gini terus kan, Mas?"
"Maksud kamu?"
"Ya.. gini saling sayang satu sama lain."
Naren terkekeh, "Iya dong, Nay. Lagian pertanyaan kamu aneh banget."
Nayla menghela napas pelan, "Aku cuma takut kamu tiba-tiba berubah."
"Apa alasan aku buat berubah hm?"
"Ya.. nggak tau."
Naren mendorong Nayla hingga tubuh gadis itu terjatuh di tempat tidur, pria itu lantas mendaratkan bibirnya di atas bibir Nayla dan melumatnya dengan lembut.
Keduanya tampak menikmati permainan pagi ini sampai Nana tiba-tiba bangun dan merusak kenikmatan pagi ini.
"Mama!!"
Nayla spontan mendorong Naren dengan cepat menghampiri putrinya itu, "Kenapa, Sayang?"
"Dinginn," ucap Nana sembari mengeratkan pelukannya pada ibunya.
Nayla pun menarik selimut lantas merengkuh tubuh Nana, "Nana lagi sakit. Istirahat ya, Nak?"
Nana mengangguk pelan kemudian kembali memejamkan mata.
"Biar aku aja yang masak, Nay. Kamu temenin Nana disini," ucap Naren.
"Iya, Mas."
---
"NGGAK MAU!!!"
Nayla menghela napas pelan, "Ayo dong, Sayang. Nanti Nana sakit terus kalo nggak mau minum obat."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...