"MAMA!!!" teriak Nana dengan lantang.
Nayla yang sedang merapikan lemari pakaian pun menoleh. "Kenapa, Sayang?"
"Nggak apa-apa. Nana lagi suka aja manggil Mama," ucap Nana cengengesan.
"Nakal ya kamu." Nayla terkekeh.
"Akhirnya Icung nggak bisa bilang Nana anak pungut lagi, soalnya Nana sekarang kan udah punya Mama!"
Nayla berhenti dari kegiatannya kemudian menghampiri Nana yang lagi goleran di atas kasur. "Jangan pernah bilang gitu lagi ya, Sayang? Nana bukan anak pungut. Nana itu anak Papa sama Mama."
"Iya. Nana sayang Mama." Anak itu lantas merengkuh tubuh Nayla.
"Mama juga sayang sama Nana."
"Oh iya, berarti Mama bakal bacain Nana dongeng setiap hari?!"
"Iya dong!" seru Nayla tak kalah heboh dari putrinya.
"Apaan sih? Heboh banget," ucap Naren yang sedari tadi memperhatikan 2 perempuan kesayangannya dari ambang pintu.
"Mas Naren? Sejak kapan disana?" tanya Nayla.
"Baru aja, waktu kalian teriak-teriak."
Nayla terkekeh pelan, "Hehe.. maaf, Mas."
"Ayo, makan malamnya udah siap."
Nana pun langsung melompat ke bawah dan berlari lebih dulu ke meja makan.
"Istriku sayang." Naren menahan Nayla yang hendak keluar kamar.
"Ck, apaan sih, Mas?!" Nayla tampak malu hingga pipinya bersemu merah.
"Udah sah jadi suami istri masih aja nge-blush kalo aku godain." Naren tertawa.
"Tau ah! Males!" Nayla mendorong suaminya kemudian berjalan cepat menuju meja makan.
"Yey, makan makan makan~" Nana terlihat begitu bahagia sampai ia bersenandung sembari menunggu kedua orang tuanya datang.
"Ya ampun, Mas. Ini kamu masak buat satu kampung apa gimana? Banyak banget." Nayla tampak terkejut melihat meja makan penuh dengan 5 macam lauk yang berbeda-beda.
Naren terkekeh kemudian duduk di kursinya, "Aku cuma mau keluargaku makan dengan baik."
Hati Nayla menghangat, beribu syukur ia ucapkan kepada Tuhan karena memiliki suami sebaik ini. "Tapi, kalo nggak habis-"
"Pasti habis. Ayo!" Naren mulai mengambil sendok nasi dan menyajikan makanan untuk Nana dan Nayla.
Keluarga kecil itupun menghabiskan makan malamnya dengan lahap sambil sesekali bersenda gurau.
Sempurna. Itu yang ada di pikiran Nayla sekarang. Inilah yang selalu diidam-idamkannya sedari kecil. Menjadi seorang ibu, mempunyai suami yang baik, gelak tawa di meja makan. Apalagi yang lebih indah daripada ini?
"Huh, kenyang bangettt!" ucap Nana setelah meminum air. "Masakan Papa itu yang paling enak seduniaaa."
Baik Naren maupun Nayla pun terkekeh mendengar ucapan putrinya.
"Nana mau main dulu." Anak itupun berjalan menuju ruang tengah dan bermain boneka barbie pemberian Zeno yang tangannya sudah hilang sebelah.
"Biar aku yang beresin, Mas. Kamu pasti capek habis masak makanan segini banyak," ucap Nayla.
"Kamu juga pasti capek habis bersih-bersih kamar. Kita beresin sama-sama ya biar cepet kelar," ucap Naren kemudian bangkit dari tempat duduknya.
Nayla tersenyum simpul kemudian mengikuti Naren untuk membawa piring-piring kotor ke dapur. "Kamu belajar masak darimana sih, Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUREN (Duda Keren)
FanfictionPERHATIAN! Cerita ini akan menyebabkan oleng dari bias dan halu yang berlebih, tolong siapkan iman kalian. Bukan cuma itu, cerita ini akan membuat kamu ice moci sampai ubun-ubun dan juga mengabsen nama-nama hewan di kebun binatang. Jadi, sudah siap...