Bonchap - Adhyaksa's

1.1K 102 9
                                    

"Nggak mau!!"

"Huee!! Es krimm!!"

"Makanya jangan banyak gaya!! Jatuh kan es krimnya, kasian deh."

Andy kecil terus menangis sementara Naren sibuk meledek dan mentertawakannya. 

"Sayang, udah jangan nangis." Sosok wanita lembut berparas ayu itu datang menenangkan Andy. 

"Mama! Bang Naren jahat!!" 

"Naren, kamu apain lagi adik kamu sampe nangis gini?" tanya Nadine. 

"Naren nggak apa-apain kok, dia banyak gaya terus es krimnya jatuh." 

"Andy mau es krim!!" Andy merengek pada sang ibu sembari membawa cone es krim yang kosong. 

"Aduh.. mamang es krimnya udah pergi jauh," ucap Nadine. "Naren, bagi sedikit sama adik kamu ya?" 

"Nggak mau! Enak aja bagi-bagi." 

Andy menangis semakin keras ketika mendengar penuturan kakaknya. 

"Sayang, bagi sedikit aja ya? Besok Mama beliin Naren es krim lagi," bujuk Nadine. 

"Nggak mau!"

Wanita paruh baya itu menghela napas pelan kemudian menggendong Andy dan pergi meninggalkan Naren kecil sendirian. 

Naren masih bergeming di halaman rumahnya sembari menatap kepergian ibunya dengan es krim yang kian mencair di tangannya. 

"Jagoan Papa, ngapain disini sendirian?" tanya Rudy yang baru pulang dari kentor. 

"Mama nggak sayang Naren, Mama cuma sayang Andy," ucap anak itu dengan suara bergetar menahan tangis. 

Rudy berjongkok di hadapan putranya, "Kata siapa Mama nggak sayang Naren?" 

"Mama pergi ninggalin Naren sendirian.." 

"Sayang?" Ayah dan anak itu spontan menoleh ketika Nadine tiba-tiba datang. 

Naren yang masih kesal pun membuang es krimnya begitu saja kemudian berlari ke dalam. 

"Mas.." pelan Nadine. 

Rudy menghela napas, "Dia cemburu karena liat kamu lebih deket sama Andy."

Nadine terkekeh kemudian menghampiri putranya yang menangis sesenggukkan di dalam kamar.

Naren termasuk ke dalam golongan bocil yang kalem ketika menangis, ia sebisa mungkin menahan isakannya agar tidak terdengar sama sekali. Berbeda dengan Andy yang kalo menangis bisa kedengaran sampai depan komplek.

"Sayang.."

Naren menepis tangan Nadine yang hendak menyentuhnya.

"Naren kenapa nangis?" tanya Nadine dengan lembut.

Bocah itu hanya menggeleng sembari mengusap ingusnya dengan punggung tangan.

Nadine pun tersenyum melihat anak laki-lakinya yang tengah merajuk. "Hei, liat Mama dong sini."

Naren malah membuang muka dengan kedua tangan bersedikap di depan dada.

DUREN (Duda Keren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang