"Sidna tidak suka daun muda, sekalipun suka, pasti bukan lo orangnya."
Terlalu sengit untuk kalimat sapaan, tapi itulah yang dikatakan Naraka kepada Abram.
"Lalu siapa? Anda?" telak Abram menjawab. Tak kalah pedas.
Naraka tertawa, amat keras. "Lo denger sendiri kata nenek lampir itu, cuman gw yang bisa bikin Sidna ketawa. Lo pikir lo mampu?"
"Mungkin anda berbakat menjadi komedian."
Setelah menjawab Abram hanya diam, dia berulangkali berpikir. Apa dia mampu?
Diperhatikannya ujung sepatunya sendiri. Apa yang dia lakukan? Merusak reuni keluarga antara Ayah-Ibu-Anak dan kawan lama? Dia ini sedang apa? Dia ini siapa?
"Lagipula, kalau memang anda sehebat itu, kenapa saya tidak melihat anda dan Sidna bersama?"
Naraka yang dari tadi bersandar di tembok Sidna, kini memasukkan gawainya ke saku, ia mengambil pose berdiri tegap sambil meremas satu bahu milik Abram dengan tangan kanannya.
"Boy, terkadang kita harus tahu klau manusia dan malaikat tak bisa hidup bersama. Lo baru kenal dengan Sidna, lo belum tahu apa yang sudah Sidna lewati, hingga Sidna yang lama hilang dan diganti dengan Sidna yang baru. Sidna yang lupa cara bagaimana untuk tertawa, tersenyum, dan bahagia. Satu-satunya penyelamat Sidna, cuma Rendra. Lo? Debu yang nempel. Alias ganggu."
"Sidna bakal marah besar kalau karpet hadiah dari gw lo injek. Minggir!"
Kalya datang dan Abram diam-diam menghela napas lega, hampir saja ia tercekik. Apa yang dikatakan pria tadi? Seperti ancaman.
"Oops, sorry kanjeng ratu, setau hamba ini keset emang buat diinjek. Lagian lo punya temen mimpinya tinggi amat." sahut Naraka tak peduli, lalu masuk meningalkan Kalya dan Abram disana.
Dia menghampiri the real kanjeng ratunya, yang kesusahan didapur.
***
"Pindahin kipasnya bisa kan mas?" pintaku melihat Naraka yang diam saja disampingku. dia dengan sigap bangun dan menuruti apa yang ku katakan.
Sebetulnya bukan sekali dua kali kami mengadakan bbq seperyi ini, biasanya lebih ramai, tapi karena kali ini mendadak, jadi yaaa aku terlihat sedkit kerepotan.
Naraka tidak suka aku repot, tapi aku tidak suka juga makan di luar, jadi seperti biasanya dia yang mengalah, memilih merelakan tenaganya terbuang demi aku tidak kesusahan.
Rendra dan mbok Jah belum pulang, mereka sedang ku minta untuk membelikan bahan yang kurang.
Kalya, sahabat sekaligus wanita kaya raya yang pandai mengeluh itu sedang wira wiri di kebun belakang. Kedengarannya sedang menelfon siapapun yang dia maki. Mungkin suaminya, supirnya, artnya. Entahlah.
Ku perhatikan dia sejenak. Pantas saja dia jadi kembang kampus, sedang memaki saja masih terlihat seksi.
"Kalya mungkin bidadari kampus, tapi kamu juga cantik."
Hampir saja aku melayang karena pujian, ku tahan agar bibirku tetap segaris tidak melengkung, sedikitpun.
"Tidak akan berdosa kalau kamu tersenyum, Sidna."
Aku menyesal punya anak yang terlalu baik, hingga mengundang Abram yang bukan siapa-siapa ke sini.
Aku mengabaikannya, siapa dia menyuruhku tersenyum?
Ku lanjutkan kegiatanku memotong sosis menjadi 3 bagian dan kentang menjadi 4 bagian. Aku sedikit cangung dengan cara Abram menatapku. Memangnya aku malaikat, sampai dia memintaku tersenyum. Abram ini pria aneh yang terlihat jelas menyukaiku, tapi tidak sedikitpun pernah memujiku. Yang ku tahu, dia ini cukup menjaga jarak. Kalau aku bilang tidak ya tidak. Aku bilang jangan, ya jangan. Dia ini, memang anak-anak.
"Aku bantu buat bumbunya ya?"
Belum sempat aku jawab pertanyaan Abram, Kalya muncul dengan petaka baru.
"Laki gw mau nyusul." dia seperti mengeluh, tapi aku yakin, dia yang memaksa suaminya ke sini. Sudah tau Kalya kan, lain dibibir lain di hati, liat semringah diwajahnya? Beda denganku, wajahku memang biasa saja, tapi sebetulnya aku malas juga, Kalya dan suaminya ini semacam Love Hate relationship.
"Sid... Boleh ya?" rajuk dia karena tidak kunjung mendengar jawaban dariku.
"kamu boleh mengundang siapapun, kecuali Annabella." ucapku akhirnya.
"Siapa yang memberi nama anaknya dengan boneka kutukan?" timpal Naraka.
Aku tidak sedang cemburu, tapi Annabella dan segala yang berkaitan dengannya, sama sekali tidak ingin ku temui. Tolong. Hidupku ini sudah penuh gejolak seperti IHSG yang naik turun tiada henti. Jadi, sekali ini saja, jangan bertingkah memusingkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDE TO SIDE
RomanceAku, Sidna Minara. Bukan Janda, karena aku tidak pernah menikah. Bukan Nona, karena aku sudah punya anak. Semua baik-baik saja, kalau hari itu, anakku, tidak bertemu dengam boneka kutukan bernama Annabella!